"Seandainya ini mimpi, tolong jangan bangunkan aku dari mimpi indah ini. GOD!" Prilly bermonolog dengan perasaan campur aduk."Tentu saja ini bukan mimpi. Dasar aneh!" Ali mencibir.
Prilly tak peduli, gadis itu tetap saja bergumam tidak jelas. Hanya ketika para tamu undangan memberi ucapan selamat, baru dia berhenti mengoceh. Begitu seterusnya yang dia lakukan, sampai-sampai Maya menggeleng geli mendengar gumaman Prilly.
Acara resepsi yang mewah itu sudah berakhir, rasa penat dan letih mulai menjalari tubuh kedua insan yang baru selesai berdiri dari atas singgasana pelaminan pengantin. Angin sepoi yang berasal dari laut lepas menerpa tubuh keduanya yang kini sedang duduk menikmati panorama sore hari.
"Ini juga gak mimpi kan, Li," Prilly memejamkan kedua matanya mencoba meresapi tiap belaian angin yang menerpa tubuhnya. Ada rasa sejuk yang menusuk ke dalam relung jiwa Prilly ketika berada di tempat ini.
Rasa penatnya seketika menguap entah ke mana. Yang ada hanya rasa nyaman.Ali memperhatikan tingkah gadis itu sambil tersenyum simpul. Dia juga heran kenapa dia seperti ini, mengabulkan permintaan Prilly dengan mengadakan resepsi pernikahan di Pulau Dewata. Dan sekarang keduanya berdiri di tepi pantai seusai resepsi tadi. Acara yang melelahkan, namun hati kecil Ali merasa tak terbebani dengan ini semua.
Lembayung senja terukir indah di ufuk barat, memendarkan warna kuning keemasan yang memantul di permukaan laut. Ombak bergulung saling berkejaran Menciptakan suasana romantis.
Prilly masih betah memejamkan matanya sambil bersender di bahu Ali. Begitu nyaman dan menenangkan. Tak pernah Prilly merasa berada di dalam zona ternyaman seperti ini. Pernah ... tapi itu dulu sekali. Ketika kehidupannya masih berada di istana yang indah.
Kehangatan yang mengalir di dalam jiwanya secara perlahan, menciptakan suatu getaran aneh yang sulit di mengerti.
Ia memejamkan matanya sejenak, meresapi setiap rasa letih yang telah berganti kenyamanan. Menenggelamkan dirinya dalam ruang pekat."Prill, Prilly ...." Ali menepuk pelan pipi Prilly, namun gadis itu bergeming.
Ali tersadar kalau ternyata Prilly telah terlelap dalam buaian mimpi indahnya."Ckck, gadis aneh, malah keenakan dan tidur berdiri gini." Ali menggeleng kecil.
Tapi segera di ulurkan tangannya untuk menopang pinggang Prilly dan menggendong gadis itu pulang ke vila tempat mereka menginap.Sesampainya di vila, Ali langsung bertemu Mamanya yang memang sudah menunggu sedari tadi.
"Lho, Prilly kenapa Li?" Maya merasa heran ketika melihat Ali menggendong Prilly dalam keadaan terlelap.
Ali tidak menjawab, hanya memberi isyarat kalau Prilly sedang tertidur."Oh, ya sudah, kamu bawa dia ke kamar, mungkin Prilly capek." Maya mengecilkan suaranya dan sedikit mengode Ali dengan senyum simpulnya.
Pria itu berlalu dari ruang tamu yang berada di dalam vila, membawa Prilly ke kamar dan merebahkan gadis mungil itu ke atas tempat tidur yang empuk.
Prilly menggeliat sebentar dan mencari posisi nyaman.
Ali hanya bisa tersenyum menyaksikan wajah polos Prilly ketika tertidur, terlihat sangat menggemaskan. Ali memasang selimut hingga batas dada Prilly. Gadis itu terlihat nyenyak masih dalam balutan gaun pengantin berwarna tosca yang melekat di tubuh mungilnya.**
Tengah malam Prilly terbangun dari tidur, dia terperanjat ketika mendapati dirinya sudah berada di atas tempat tidur, dan pula masih memakai gaun pengantin.
"Tadi sore kamu ketiduran, aku gak tega bangunin." Suara serak Ali membuat Prilly menolehkan wajahnya ke arah samping. Tepat di mana Ali berbaring dengan menjadikan kedua tangannya sebagai bantalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena cinta (TAMAT)
RomancePrilly hannyalah gadis biasa yang terjebak dalam masa lalu kelam keluarganya, dia bertekad tidak akan pernah jatuh cinta dan menganggap para pria hanya permainan. Namun apa yang terjadi jika hanya karena materi ia rela menyerahkan diri terikat dalam...