18-Bingung

1.7K 107 0
                                    

Lelaki itu menginjak pedal gas mobilnya dengan tak sabaran, ia gusar dan ingin cepat sampai ke tempat tujuan. Menyalip di malam hari membuatnya kesulitan oleh kemacetan seperti saat ini, dan ia dengan geram memukul stir mobilnya merasa kesal oleh waktu yang memburu.

Hampir sejam terjebak kemacetan, sampai akhirnya mobilnya memasuki parkiran luas sebuah Rumah Sakit Swasta. Langkahnya tergesa seiring ketukan nyaring sepatunya yang mengisi keheningan koridor panjang rumah sakit. Ia melangkah lebar mencari ruangan ICU yang sudah diberitahukan sebelumnya. Dan ia menghampiri dua lelaki beda generasi yang tengah duduk bersandar pada kursi tunggu dekat ruangan itu. Ia mengatur nafas sejenak.

"Gimana keadaan Mama Hana?" Ia langsung melempar tanya pada dua lelaki yang menatapnya dengan nanar.

"Duduk dulu, Ran." Leon menepuk pundak Rano, menarik lelaki itu agar duduk di sampingnya. "Mama kritis." Leon menjawab lemah, nadanya terdengar frustasi.

Jantung Rano berdegup tak beraturan mendengar kabar buruk itu. Memejamkan mata sejenak demi mentralisir perasaannya itu. Ya, Rano sudah memaafkan mereka. Awalnya ia sama marah dengan Lily, namun ia yang sudah dewasa harus mengambil sikap bijak. Hana sangat baik dalam mengurus Papanya, ia dan juga Leon. Rano bukan orang yang gegabah seperti adiknya, tetap bertahan sampai badai di keluarganya selesai. Dan fakta sebenarnya terkuak. apa lagi setelah tahu kondisi Hana yang tidak sehat.

Ia berterimakasih pada Wanita paruh baya yang menjadi sahabat Mamanya itu, setidaknya dia tidak akan merusak kebahagiaan para orang tua. Papa dan Mamanya mungkin hanya berjodoh sampai di situ saja, Rano hanya menyesal karena tidak menemukan Lily bertahun-tahun, hingga suatu hari sahabatnya yang memang seorang detektif, memberitahu keberadaan Lily yang ternyata sudah menikah. Rano membuntuti Lily hingga ke apartemen, ia belum siap bertemu adiknya saat itu, takut Lily akan murka mengingat kejadian di masa lalu.

"Pulang Leon, kamu belum makan dari tadi. Biar Papa sama Rano yang jagain Mama." Papa membujuk Leon yang hanya menggeleng lemah tanda menolak. Bisa apa lelaki tua itu selain membiarkan Leon yang terlihat kusut itu menunggui Mamanya. Saat perjalanan pulang dari rumah leon tadi pagi, tiba-tiba saja Hana mimisan dan pingsan. Mereka panik dan membawa Hana ke Rumah Sakit tanpa perlu mengabari Prilly. Meremas rambutnya dengan kasar, Leon kembali menyandarkan kepalanya di sandaran kursi.

"Leon!" Ketiganya menoleh pada arah sumber suara. Di sana Ulan berjalan menghampiri mereka sambil membawa rantang. "Aku sengaja belum pulang, aku bawain kalian makanan." Ulan duduk di samping Leon saat Rano bergeser dari tempat duduknya, memberikan ruang pada Ulan yang sudah ia kenal sebagai kekasih Leon itu.

Awalnya ketiga lelaki ber'ego tinggi itu menolak tawaran Ulan, namun karena gadis ceriwis itu terus memaksa, akhirnya mereka menyerah dan menikmati nasi padang yang sudah Ulan belikan.

Ulan memperhatikan ketiganya, ia mengulas senyum demi melihat mereka yang sangat akur, beda dengan Prilly yang belum bisa menerima. Ulan tahu semua cerita keluarga ini, ia mengenal Leon saat masih Kuliah semester dua. Mereka satu kampus namun beda jurusan. Dan seiring perjalanan waktu, mereka makin akrab hingga menjalin hubungan serius.

"Ekhem. Segitu banget lihatin Leon."

deheman Rano membuat Ulan salah tingkah hingga cengengesan. Ia melirik jam dipergelangannya. "Aku balik ya, udah malam."

"Aku anterin." Leon bersuara seraya berdiri.

"Nggak usah, kamu temenin Om saja."

"Nggak apa-apa, Lan. Lagian ini sudah tengah malam, nggak baik pulang sendirian." Papa lekas menyahut. Karena Leon sudah mau pulang, padahal tadi dia bersikeras untuk tetao di sini.

Ulan hanya pasrah membiarkan Leon menggandeng tangannya meninggalkan kedua orang itu. Ulan berbisik pada Leon, menceritakan kisah konyol saat Dokter yang selalu mengganggunya terpeleset di depan umum. Lantas Leon terkekeh mendengar cerita itu, membuat Ulan senang. KArena sedari tadi Leon hanya diam kaku tanpa ekspresi.

Karena cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang