Ali tersenyum kecut saat merasakan rasa logam darahnya. Sudut bibirnya terlihat robek, meski begitu, ia masih mampu menatap Leon yang berkacak pinggang di hadapannya. Salam perkenalan, hanya itu yang Leon berikan. Selanjutnya, Ali harus rela menahan jijik dan mual memegang pupuk dari kotoran sapi untuk di taburkan pada pohon sayuran milik Prilly. Belum cukup sampai disitu, Leon kembali memerintah Ali untuk menangkap ikan koi yang berwarna kebiruan di dalam kolam, dan Ali harus basah-basahan demi menangkap seekor ikan di antara ratusan ikan hias. Oke, itu tidak terlalu buruk kalau dibandingkan dengan segala kesakitan yang ia berikan untuk Prilly selama ini. Hanya saja, dia harus rela menahan malu di hadapan Prilly yang sejak pertama kedatangannya ke rumah ini hanya menertawakan. Saat Leon menganiayanya, Prilly hanya menyaksikan itu dengan sudut bibir terangkat.
"Ini. Bersihin badan kamu di kamar mandi aku, ya. Aku mau buatin sup dulu." setelah menyerahkan selembar handuk bersih pada Ali, Prilly melenggang pergi menuju dapur. Bagi Ali, Prilly adalah yang terbaik baginya saat menyadari perasaan abstrak itu. Ali berjanji akan selalu membuat Prilly tersenyum, tertawa,bahagia tentu hanya bersamanya.
Ketiganya berkumpul di meja makan setelah Ali rapi dengan pakaian santainya. Leon sibuk duduk di kursi ujung meja sambil memainkan gadgetnya. "Kamu makan sup ya, biar nggak kedinginan lagi." Prilly menyodorkan semangkuk sup ayam dengan aroma yang sudah membuat Ali tidak tahan untuk segera mencicipinya.
"Bagi dong, masa Ali saja yang dapat. Ahh, ponakan nih nggak adil sama Om." Leon terlihat pura-pura merajuk sambil mencoba merebut mangkuk sup Ali.
"Apaan sih, Prilly masakin ini buat aku, kamu minta saja sama dia. Udah cukup ya, seharian ini nyiksa, jangan lagi deh ambil jatah sup segala!" Ali menahan tangan leon yang mencoba menjangkau mangkuk sup itu, tak jua mengalah, Prilly akhirnya memukul Leon dengan sendok. Lelaki itu hanya meringis.
"Hari ini kamu dapat jatah bistik ayam saja, nggak ada yang lain. Apaan kamu ini sampai sup saja mau di bajak. Marah nih dedek sama Omnya." Prilly mengomel sambil memberikan jatah Leon. Lelaki itu hanya memberengut sebal, sedangkan Ali tertawa untuk pembelaan Prilly terhadapnya.
Setelah melewati makan malam dengan penuh candaan, Ali dan Prilly memilih duduk di balkon kamar setelah leon lebih dulu pergi kencan dengan Ulan.
Untuk malam ini, Prilly merasakan nafasnya plong dan rongga dadanya tidak lagi terasa sempit. Prilly tidak akan menghindari kebahagiaan bersama Ali lagi, mulai saat ini dia bersumpah akan mempertahankan apa yang memang menjadi miliknya. Walaupun ia sudah tahu dari Ali kalau hubungan suaminya dengan Arumi sudah berakhir, tapi Prilly tetap waspada akan segala kemungkinan buruk itu. Yang baik saja bisa menusuk dari belakang, apa lagi orang asing bagi Prilly.
Ali menggenggam tangan Prilly, membawa ke hadapannya dan memberikan sebuah kecupan di punggung tangan mungil itu. Kelihatannya memang sangat sederhana, tapi bagi keduanya itu sangat menggetarkan perasaan mereka yang selama ini hanya bersembunyi dibalik ke egoisan. "Aku mencintaimu, dan aku baru menyadarinya sekarang. Tapi untuk saat ini dan ke depannya, aku akan selalu mencintaimu. Maaf atas segala luka yang telah aku toreh, maaf atas segala perih yang kamu rasakan. Saat ini dan nanti, aku hanya ingin kalian di sisiku." Ali memberikan kecupan ringan di kening Prilly. Ali berniat menghapus air mata yang dengan lancangnya mengalir di pipi Prilly, namun wanita itu mencegahnya.
"Biarkan saja. Ini air mata atas kebahagiaan yang sudah kamu berikan. Dan aku memaafkanmu, karena aku juga cinta sama kamu. Jaga aku, li. Aku hanya mau kamu di setiap aku membuka mata, aku hanya mau kamu mengisi sela jemariku, aku hanya mau kamu yang menjadi sandaranku". Keduanya terlibat dalam sebuah pelukan panjang yang membawa mereka ke atas cakrawala. Melenyapkan mereka dari kesakitan fana yang selama ini menjerat. Dan mulai malam ini, keduanya berjanji untuk saling berpegangan tangan dalam keadaan apa pun.
Ali hanya pasrah ketika Prilly memintanya tinggal di rumah Leon, karena Prilly tidak bisa meninggalkan apa yang telah ia perbuat di sini. Seperti tanaman dan ikan koi-nya. "Aku akan di sini, sampai kamu merasa jenuh sendiri sama rumah si kunyuk itu." mereka berdua tertawa cekikikan. Menghabiskan malam panjang mereka dengan mengukir warna di atas langit malam. Merekatkan hati yang memang sudah saling bertaut sejak lama.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena cinta (TAMAT)
RomancePrilly hannyalah gadis biasa yang terjebak dalam masa lalu kelam keluarganya, dia bertekad tidak akan pernah jatuh cinta dan menganggap para pria hanya permainan. Namun apa yang terjadi jika hanya karena materi ia rela menyerahkan diri terikat dalam...