Part 2

7.5K 592 56
                                    

"FAHIIIM!! kapan pulang?" teriak gue pada Fahim di seberang sana.

"Waalaykumsalam, Lupa cara salam?"

"Iya, iya. Assalamualaik yaa habiby," ulang gue menuruti kemauannya. Mau muntah juga sebenarnya.

"Walaykumsalam. Apa? Kakak sibuk!" Kampret banget kan, belum apa - apa gue udah ngerasa saja.

"Elah! Sok sibuk sih kak! Kapan pulang? Arwaa udah gak betah nih di rumah."

"Uluuuuh, udah kangen aja sama kakak."

"Najong. Najiss mugholadoh. Kakak kapan pulang? Beneran deh kak, dapet dari mana manusia macam Madona ikan teri itu?! Arwaa udah nggak betah hidup sama dia."

"Kenapa emang?"

"Kenapa kakak bilang? Heh, dimana - mana tuh ya yang namanya bodyguard nurut sama majikannya. Bukan majikannya yang nurut sama bodyguarnya." Gue bersungut - sungut menyampaikan argumen sama Fahim. Dasar cumi!

"Dia nurut kok." jawabnya santai.

Gue mendengkus kasar, "enggak. Yang ada malah aku diatur atur sama dia."

"Emang kamu majikannya? Dia nurut sama kakak."

"Taik."

Tuhkan, nyebelin banget. Klop banget deh kayaknya kalau dijejerin sama Madona ikan teri.

"Udah sih, dia melakukan pekerjaannya dengan baik dan benar sesauai dengan Standar Nasional Indonesia dan sesuai dengan UU serta perundang - undangan yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia atau yang biasa disingkat NKRI. Jadi apa masalahnya. Emang kamu itu perlu diatur biar nggak bar-bar."

"Ngomongnya udah kayak DPR kampanye aja. Nggak guna ya nelpon kakak. Pokoknya dia tuh nyebelin banget. Galak lagi." kata gue nggak mau ngalah.

"Nyebelin gimana? Dona itu ya udah ganteng, tinggi, tegap, baik, sopan, santun, pinter, kuat, sholeh, rajin sholatnya, ngerti agama, sayang sama orangtuanya, bertanggung jawab, loyal pula sama temen."

"Wait, jangan bilang kakak naksir sama si Madona. Pantesan udah bangkotan masih betah ngejomblo aja. Jadi ini alasannya. Kakak nggak doyan sama pegunungan himalaya?"

"Eh, setan! Gue. Masih. Normal. Dan kakak juga masih doyan berpelukan ketemu bukit bukit mulus teletabis."

"Berpelukan pantat lo! Mau pelukan sama sapa? Cewek aja nggak punya. Pelukan sama debog pisang?"

"Emang kamu nggak ada manis-manisnya ya jadi cewek. Kakak doain gak laku kamu. Lagian ya kalau nggak ada cewek kan masih ada kamu dek. Yaah walaupun bukit mu gak mulus dan gak tinggi tinggi amat, tapi masih empuk kok, dikit."

Arwaa and her Bodyguard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang