Part 17

5.4K 316 16
                                    


Sial!

Eh, tapi enak juga sih.

Duuuh! Otak gue udah makin kotor nih gara-gara itu suami. Gue kan jadi ngebayangin yang iya-iya enak.

"Ngelamun jorok ya?"

"Enggak, enak aja!"

Ah, ketahuan kan! Lagian tadi bukannya dia lagi di kamar mandi ya?  Kok cepet amat keluarnya? Apa... Nggak dibersihin?

"Iya juga nggak papa kok. Mau lagi ya? Nagih kan?" Kan, gue diledekin lagi jadinya. Pasti bakalan gini terus nih. "Sini aku kasih lagi," katanya makin mendekat. Gue yang masih duduk manis di ranjang, makin mundur menjauh.

"Enggak!" jawab gue cepet. "Nggak usah deket-deket!"

"Kenapa? Tadi aja nggak boleh pergi."

"Itu... khilaf." Ah, gue ngong apaan sih?

"Nggak papa. Khilaf gitu terus juga nggak papa."

"Apaan! Enakan di kamu dong?"

"Oh ya? Bukanya kamu juga suka?"

"Eng-engak!"

"Iya, aku juga suka banget kok."

"Dibilangin enggak kok!"

"Aku baru tahu. Ternyata tubuh kamu yang gendutan itu enak banget buat dipeluk. So fluffy and squeezeable! Gemes!"

Gendut???

Minta ditabok nih ikan cumi! Dia tahu nggak sih? Kalau wanita dan berat badan itu adalah musuh abadi? Nih gue kasih tau, jangan pernah tanya berat badan dan umur ke cewek. Apalagi kalau nggak kenal deket. Nggak sopan tau nggak! Sensitif itu.

Lagian ya, gue kan udah bilang kalau gue itu nggak gendut. Cuma kelebihan aja 5 kg. Dan jadinya, gue montok! Terus, nggak ada kata lebih sopan apa daripada gendut? Berisi gitu misalnya.

"Bilang gendut lagi, beneran aku lempar pakai sandal!"

"Kan aku muji kamu, bukanya menghina. Aku nggak akan komplain kok, asalkan kamu sehat." Dan, dikatakan oleh seorang suami dengan senyum 50 watt-nya. Aduuh Bang, kan adek jadi malu.

"Eh, blushing!"

"Enggak!"

"Iya itu. Memangnya kamu bisa lihat wajahmu sendiri? Enggak kan? Cuma aku yang bisa lihat wajah agak cantikmu itu."

"Agak ya?"

"Banget!"

Anjay!

Beneran gue berasa kayak ABG nih. Tangan gue dengan refleksnya mukul dadanya dia. Aduuh! Gue umur berapa sih? Sampe lupa.

"Kamu cantik banget kalau blushing begini."

Kan! Lama-lama leher gue ikutan merah nih.

"Udah ah!" Gue tepuk lagi dada bidangnya. Keras euy. Enggak empuk kayak punya gue. Haha.

Ah, makin nggak jelas kan gue.

Tiba-tiba aja, dia yang berdiri di depan gue, udah duduk di sebelah gue. Narik tangan, terus bawa gue masuk ke dada hangatnya.

Aih! Senangnya dalam hati~

Cup!

Hmmmh! Gimana caranya dong, suapaya gue nggak meleleh?

Satu kecupan nangkring di kepala gue.

"Jadi istri yang baik ya," katanya.

"Hmm," jawab gue.

Arwaa and her Bodyguard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang