"Mau apa?" tanya gue.
Tanpa dijawab, telunjuk gue itu dibawa dalam genggamannya lalu menggenggam sesuatu.
"Aaaah!" desahnya lebih keras.
Gue kikuk banget ngerasain jari telunjuk gue ngegesek sesuatu. Pelan-pelan, gue tarik tangan gue dari genggamannya. Geli banget sumpah.
"Jangan, Mas," kata gue.
Dia lepasin gitu aja. Dan tanpa kata, tangannya sepertinya bergerak makin cepat di sana. Gue cuma bisa ngintip dikit dari sela jari gue yang nutupin muka.
Desahannya beneran bikin jantung gue berdesir. Sekaligus lembab di bawah sana. Desahan itu terdengar sangat menyakitkan. Gue, antara nggak tega sama nggak tau mau ngapain.
"Fff... Aaahaah! Ah!"
Sedetik kemudian, gue rasain ada sesuatu yang basah dan panas ngenain bawah dada gue. Tangan gue refleks pindah dan menyingkir dari muka. Gue nunduk buat lihat apa yang terjadi.
Dan, yang gue lihat malah sesuatu yang nggak pernah gue lihat secara langsung, ada di depan mata gue. Terlihat masih keras. Dan cairan putih berceceran di perutnya.
"Maaf," katanya. Tangannya langsung nggambil beberapa lembar tisu yang ada di nakas. Setelah itu, dia lap perut gue. "Kamu boleh turun," katanya lagi.
Gue turun dan dan duduk di sebelahnya. Tangannya masih sibuk ngelapin perut, tangan, dan itunya. Abis itu, dia naikin celananya dan miring membelakangi gue.
"Maaf ya," katanya lagi. "Harusnya aku nggak boleh gini. Aku malu banget."
Gue cuma bisa diam dan melongo. Dia kenapa?
"Bener kata kamu. Lain kali aku akan tahan. Aku nggak akan biarin kamu lihat yang beginian lagi. Sekali lagi maaf."
Apa dia marah sama gue?
"Mas marah ya?"
"Enggak, aku cuma malu, dan merasa bersalah. Maaf."
"Jangan bilang maaf terus. Aku jadinya nggak enak."
"Ya memang aku salah, makanya aku minta maaf. Kamu nggak mau, tapi tetep aku paksa juga. Aku beneran kayak pecundang."
"Eng-enggak maksa kok. Jangan ngomong gitu dong." Duh, kok gue yang jadi ngerasa nggak enak ya. Kok kayaknya gue jahat banget ya, ngebiarin suami gue main sendirian di depan mata gue. Istri macam apa gue ini.
Tapi kan emang gue belum siap. Mau gimana lagi dong.
Sedetik kemudian, dia bangun dan turun dari ranjang. "Mau kemana?"
"Mandi," jawabnya singkat.
"Oh, oke."
Gue harus apa dong? Di awal dulu, gue udah bilang kalau belum siap. Dan dia iya-iya aja. Ini baru juga hari kedua, udah dapet banyak kan dia.
Ah, bodo amat deh. Bukan salah gue juga.
.............
Seharian ini, suami gue itu kayak ngehindar dari gue. Gue nggak tau, apa dia marah, atau emang beneran malu sama gue. Biasanya, ada aja kelakuannya yang bikin gue kesel oas kita lagi deketan. Maksudnya lagi ada di tempat yang sama. Kayak di rumah orang tua gue gini. Tapi ini enggak.
Apa gue separah itu ya, karna nolak dia? Harusnya dia bisa kontrol diri dong. Jangan melakukan sesuatu yang kiranya bisa membahayakan diri sendiri. Seperti tadi pagi misalnya.
"Suami kamu mana?" tanya bunda yang lagi beresin meja makan buat dinner kita nanti.
"Nggak tau, di kamar kali," jawab gue asal. Nyomot apel yang ada di meja makan. Ah, segernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arwaa and her Bodyguard
HumorArwaa, mau tidak mau harus rela dijaga oleh seorang bodyguard 24/7 karena akan ditinggal sepupunya selama 3 bulan. Siapa sangka bodyguardnya itu lebih menyebalkan dari siapapun manusia yang pernah dikenalnya.