Part 6

5.8K 516 46
                                    

"Om. Om." Gue cari dia di kamarnya.

Ada!

"Hmm." gumamnya singkat tanpa menoleh ke arah gue. Masih fokus sama laptopnya. Wuih, laptopnya aja mahal. Ada logo pisang digigit di tengahnya. Gue beneran penasaran dibayar berapa dia sama Fahim.

"Sibuk nggak om? Bantuin ngerjain tugas dong."

"Tugas apa?" Masih duduk manis di sofa kamarnya dengan mata 100% fokus ke layar. Nonton bokep jangan-jangan.

"Tugas kuliah."

"Saya sibuk."

"Yaah, kok gitu? Tugas om kan buat jagain saya. Nah sekarang saya gak perlu dijagain, tapi perlu dibantuin."

"Bantuan apa? Makanya kalau bicara yang jelas."

"Om lagi liat apa sih? Jangan bilang lagi nonton bokep."

"Kalau kamu hanya mau mengganggu, lebih baik keluar."

"Ih, galak banget sih." Dia menutup laptopnya. Kemudian pandangannya beralih ke mata gue. Tajem. Gak berkedip. Kok ngeri ya diliatin kaya gitu.

Gue diam.

"Bantuan apa? Sini!" katanya lembut dan menepuk sofa disebelahnya. Abis itu, bibirnya mengukir senyum.

Manis banget Ya Allah!


Mungkin karena nggak sabar, dia menarik tangan gu dan duduk disebelahnya. Mepet sama badannya. Tiba-tiba aja lidah gue serasa susah buat dilemesin.

"Bantuan apa?" tanyanya lagi

"Ehm, itu.. Anu.." Sumpah nih kenapa lidah gue. Apa AC nya kedinginan ya, sampe bikin lidah gue beku. Badan gue dingin. Tapi panas juga.

"Anu apa?"

Kenapa duduknya deket banget sih?

"Emm, itu.. E.. Tu-tugas kuliah."

"Iya saya tahu tugas kuliah. Tugas apa?" Matanya masih tajem natap gue. Wajah bagian samping gue berasa panas dingin cuma diliatin gitu aja.

"Mekanika teknik." Goblok. Jawab apa gue.

"Kenapa sama mektek? Kamu nggak bisa mengerjakan soalnya?"

"Bu-bukan. Bikin essay."

"Bikin essay? Yang benar? Mana ada essay mekanika teknik?"

"Ha?"

"Coba lihat mana tugasnya." Diambilnya laptop gue. Terus dia buka email tugas dari Muna. "Ini bukan mektek Arwaa. Maksud kamu fisika bangunan?"

"I-iya itu maksudnya." Kata gue gugup. Kenapa gue jadi gugup begini sih?

"Kamu kenapa?"

"Nggak papa. Bisa bantuin?"

"Ini mudah Arwaa, Masa begini saja kamu tidak bisa?" Nahkan mulai lagi ngeselinnya.

Arwaa and her Bodyguard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang