Delapan

114 33 8
                                    

"Cuma takut ada orang lain yang bikin kamu nyaman selain aku."

-0-

Suara gemericik air terdengar dari arah kamar mandi rumah sakit ruangan ini. Aku terbangun dan baru tersadar bahwa seseorang yang semalam tidur di single sofa sudah terbangun dari tidur yang mungkin tidak nyenyaknya.

"Fred? Udah bangun?" Suara sedikit seraknya membuatku kembali ke dunia nyataku.

"Ah udah bid, baru aja. Gue siap-siap sekolah dulu deh" Ucapku sambil berjalan kearah kamar mandi.

-0-

"Udah siap Fred? Mau sarapan di kantin rumah sakit apa di sekolah aja?" Tanya Abid, saat dia melihatku baru keluar dari kamar mandi. Tentu saja aku sudah rapi dengan seragamku.

"Di sekolah aja bid" Jawabku sambil mencari-cari keberadaan hpku di tas.
"Eanjir ini masih jam 05.30, gila masih pagi banget. Biasanya mah gue baru bangun jam segini" Ucap Della dengan suara pelan takut mengganggu mamahnya Abid, yang masih tertidur.

"Weh ilah nyantai kali Fred, jadi cewe tuh harus bangun pagi terus. Gimana nanti kalo lo udah punya suami? Ya masa, nanti suami lo yang bangunin lo?" Ucap Abid sambil memutar bola matanya.

"Iya sih. Oh iya, nanti yang jagain nyokap lo siapa?" Tanya Della sambil menghadap kearah Abid.

"Adik sepupu gue" Jawab Abid.

"Ohh, lah bokap lo kemana?" Tanya Della lagi.

"Iya, bokap ada sedikit urusan di kantornya jadi paling kesininya siangan dikit" Jawabnya lagi. Tiba tiba...

Tok! Tok! Tok!

"Assalamualaikum" Ucap seseorang dari luar yang membuat tubuhku seketika mambeku.

"Gibran?" Ucapku dengan lirih.

Setelah menjawab ucapan salam dari luar, Abid langsung menatapku.
"Lo berdua udah kenal?" Tanya Abid kepada kami. Tetapi jawaban seseorang yang sangat kukenal sangat menohok hatiku.

"Gue ga kenal" Ucap seseorang itu dengan nada yang sangat dingin.

"Gib? Lo masih marah sama gue? Gue minta maaf gib" Ucapku dengan mata yang berkaca-kaca.

"Maaf jangan sok kenal, baru pertama kali kita ketemu. Dan gue ga kenal sama lo, dan nama gue bukan Gibran, melainkan Arsen. Lo mau nanya kenapa wajah gue mirip dengan Gibran? Karena emang gue kembaran dia, jangan sebut-sebut lagi nama Gibran. Karena sekarang dia udah tenang disana" Ucap Arsen panjang lebar masih tetap dengan nada dinginnya.

"Maksud lo?" Ucap Della dengan nada tercekat.

"Gibran meninggal 3 bulan yang lalu karena penyakit kanker yang dia derita selama hidupnya" Ucap Arsen yang berubah jadi sendu. "Tapi.. Kenapa saat Gibran udah punya penyemangat hidupnya! Lo harus ninggalin dia Fred?!" Ucap Arsen dengan nada sedikit berteriak dan matanya memerah menahan emosi, kepedihan dan lain-lain di dalamnya.

"Gu.. Gue ga bermaksud sen, gue ga bermaksud ninggalin dia saat itu. Gue ga pantes buat dia. Ada wanita lain yang sangat mencintai dia lebih dari gue" Jawab Della sambil menitihkan air matanya.

"Tapi, apa lo pernah bayangin gimana perasaan Gibran saat itu?! Apa lo pernah berfikir tentang itu?! Gibran kecewa! Dan itu yang membuat keadaan Gibran drop! Dan dia ninggalin kita semua!!!! Brengsek!" Ucap Arsen sambil menampar pipi Della, dan membuat sudut bibir Della mengeluarkan darah.

Tante Adriana yang terusik karena mendengar suara gaduh dari arah sofa langsung membuka matanya dan langsung menutup mulutnya di karenakan kaget dengan apa yang di lakukan keponakannya saat ini. Dan Abid yang sedari tadi diam menyimak langsung menarik Della kedekappannya.

"Lo boleh marah kaya gitu Sen, tapi lo juga harus inget! Dia cewe! Coba lo bayangin kalo nyokap lo yang lo tampar saat ini?!! Gibran pasti kecewa karena lo udah nyakittin cewe yang dia sayang! Seharusnya lo menjaga dia! Bukan malah nyakittin dia kaya gini!" Ucap Abid sambil menarik tasnya dan tas Della yang berada di atas sofa.

"Mah, Abid berangkat. Kalo ada apa-apa lansung hubungin Abid kalo ga papah ya" Ucap Abid sambil bersalaman kepada mamahnya dan Dellapun mengikutinya.

-0-

Sesampainya di parkiran, Abid dan Dellapun memasuki mobil Abid, di karenakan Della tidak di izinkan menyetir oleh Abid dalam keadaan seperti ini.

Saat Della menyadari kalo arah jalan ini bukanlah menuju ke sekolah dia langsung menatap Abid dengan bingung.

"Bid? Kita mau kemana? Ini bukan jalan menuju sekolah" Tanya Della, dan Abid tetap bungkam sampai akhirnya, aku tau aku sedang berada dimana. Di sebuah taman yang sangat indah dan di tumbuhi oleh berbagai macam bunga-bunga yang tampak elok dan rumput-rumput yang bergoyang karena terterpa oleh angin.

"Kita duduk disini aja Fred, kita hari ini ga usah sekolah aja. Lo tenangin diri lo dulu. Jangan dengerin omongan Arsen, dia lagi kalut karena di tinggal sama kembarannya. Nanti, gue coba ngomong ke dia baik-baik buat coba minta maaf ke lo. Dan lo harus inget, Gibran meninggal bukan karena lo, itu emang udah takdir yang ga bisa kita ubah-ubah manjadi apa yang kita inginkan" Ucap Abid setelah duduk di salah satu bangku taman yang ada disitu. Keheningan menyergap kami beberapa saat.

"Makasih bid" Ucap Della sambil menatap Abid.

"Buat?" Tanya Abid yang terlihat ke bingungan.

"Makasih buat lo yang ada di saat gue lagi murung kaya gini" Ucap Della sambil tersenyum manis.

"Salah ga ya? Kalo gue sayang sama mantannya sepupu gue? Apalagi dia udah tenang disana" Ucap Abid yang langsung membuat jantungku berdebar 2x lebih cepat dari biasanya.

"...."

TBC (:
Jangan lupa Vote, Comment and Kasih kritikan..
Hargai karya orang kalau kanu ingin karyamu dihargai juga..
Love love! Aidah Febriyani

Regrets LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang