Dua Belas

68 18 2
                                    

"Wanita adalah mahkluk kepastian. Sebagian besar dari mereka bisa menunggu dengan sabar datangnya kepastian tersebut; menunggu, menunggu dan terusss menunggu."

-0-

"Gue anter lo pulang ya Del? Hari ini lo ga usah sekolah dulu. Biar nanti gue izinin ke guru yang jaga" Ucap Amzar setelah melerai pelukannya, dan langsung mengusap air mata Della yang masih mengalir dengan bebasnya.

Tanpa di sadari keduanya, Abid yang sedari tadi melihat kedekattan Della dengan Amzar yang sangat membuat hatinya sakit. Perlahan-lahan Abid berjalan mundur dan meninggalkan kedua orang tersebut dengan perasaan yang sangat sulit di artikan.

'Seharusnya aku yang ada di samping kamu saat kamu lagi kaya gini Fred, tapi aku juga sadar, Amzar adalah sahabat kamu yang jauh lebih kenal kamu dari pada aku' Ucap Abid di dalam hati sambil menghembuskan nafas kasarnya.

-0-

Sesampainya di depan mobil Amzar, Della langsung masuk ke dalam mobil Amzar sambil menunggu Amzar yang sedang meminta izin kepada guru yang jaga untuk mengantar Della pulang.

"Masalah izin udah beres Del, sekarang gue anter lo ke rumah lo ya?" Tanya Amzar yang membuat kaget Della.

"Eh? Jangan ke rumah deh. Gue ga bakalan bisa jawab kalo nanti misalnya di tanya sama mommy kenapa gue udah pulang jam segini"

"Lo ngelamun lagikan? Sebenernya ada apa sih? Apa yang ga gue tau?" Tanya Amzar dengan keruttan di keningnya.

"Kita omongin di apartement gue aja ya, nanti gue bakalan kasih tau" Jawab Della sambil menghembuskan nafasnya secara kasar.

"Ke apartement lo nih sekarang?" Tanya Amzar sambil mencolek-colek daguku. Aku tau Amzar sedang berusaha menghiburku yang hanya aku tanggapi dengan senyum tipisku.

"Ya iyalah, masa tahun depan" Fake smile yang sangat ketara apabila di peragakan olehku.

"Ga usah sok baik-baik aja, kalo sebenernya lo lagi rapuh sekarang" Ucap Amzar sambil mengelus rambutku dan menjalankan mobilnya ke arah apartementku.

-0-

Sesampainya di apartement, kami tidak langsung masuk ke kamar/ruanganku melainkan memesan makanan terlebih dahulu kepada pelayan restoran apartement untuk mengantar makanan ke kamarku.

Setelah selesai memilih dan memesannya kami langsung beranjak menaiki lift untuk menuju kamarku yang berada di lantai 5.

-0-

"Masuk dulu amz" Ucap Della setelah mengetikkan beberapa kode password untuk membuka pintunya.

"Jadi, lo sebenernya ada masalah apa?" Tanya Amzar setelah menjatuhkan tubuhnya ke sofa yang berada di apartement Della dan Dellapun ikut duduk di samping Amzar.

"Berawal dari gue, Adia, Chavali, Angel dan Dena yang lagi main ke rumah gue. Waktu itu kita semua lagi bosen dan Adia nanya 'kita mainan aja yo? Mainan apa ya yang enak?' Dan sepontan gue bilang 'gimana kalo kita main TOD aja. Seru tuh kayanya' Sumpah cuma TOD yang ada di fikiran gue waktu itu.

Dan mereka semua menyetujuinya, di mulai dari Adia dan selanjutnya yang di samping kanan dia. Dan akhirnya sampailah giliran gue, mereka semua lebih memilih truth dari pada dare. Tetapi gue yang kaya nganggap mungkin cuma bakalan di kasih tantangan ke abang-abang yang biasa jualan di pinggir jalan seperti kaya kita biasa main bareng.

Tapi ternyata gue salah. Bukan tantangan itu yang gue dapet, tetapi tantangan yang waktu itu mungkin gue anggapnya enteng banget. Tapi lama-kelamaan gue jadi takut" Ucap Della sambil menunduk, sambil menahan air matanya yang ingin mengalir bebas lagi.

"Tantangan apa yang mereka kasih ke lo?" Ucap Abid masih dengan kebingungannya.

"Gue di suruh buat gue sama Abid jadian dan dalam waktu 3 bulan siapa yang bakalan suka duluan, itu yang mau mereka tau" Ucap Della sambil di selingi isaknya.

"Terus kenapa? Lo bisa akhirin semuanya sekarang, sebelum di antara kalian berdua ada yang suka. Itu malah makin ribet del" Ucap Amzar greget.

"Semuanya udah terlambat amz, Abid sama gue udah ngejalin hubungan sekarang. Dan lo tau? Abid yang pertama kali suka sama gue, gue takut dia bakalan tau semuanya dan gue bakalan ngecewain dia sama kaya gue yang udah ngecewain adik sepupunya" Ucap Della sambil menangis sesegukkan.

"Adik sepupunya? Siapa?" Tanya Amzar.

"Gibran, Gibran adalah adik sepupunya Abid" Ucap Della dan mambuat Amzar geleng-geleng kepala.

"Lo sayang sama dia?" Ucap Amzar berhati-hati, takut salah menanyakannya.

"Untuk sekarang enggak, tapi kita ga taukan ke depannya gimana" Ucap Della sambil mendongakkan kepalanya menatap Amzar.

"Kalo sekarang, gue ga tau mau memihak ke siapa. Gue mau mihak ke lo, tapi emang ini udah kesalahan lo yang dengan gampangnya nerima tantangan itu. Gue mau mihak ke Abid, di lain sisi sahabat gue yang udah buat semuanya kaya gini" Ucap Amzar sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

"Gue mohon untuk sekarang, tolong jangan sampai Abid tau masalah ini" Ucap Della sambil sesegukkan.

"Gue harap dia ga bakalan tau masalah ini del" Ucap Amzar sambil menarik Della kedekappannya.

TBC (:
Hallo! Gimana? Tambah ga jelas ya ceritanya? Maklumlah ini cerita pertama yang gue bikin😅
Jangan lupa Vote, Comment and Kasih saran ya!
ILY! AidahFebriyani❤️

Regrets LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang