"Terimakasih untuk tadi malam Mr. Salim." Aku membantu mengikatkan dasi pada suamiku. Dia tersenyum padaku "My pleasure mam."
"Ready to rock the world?" aku sering menanyakan pertanyaan itu akhir-akhir ini.
"No," Abi mengambil nafas dalam "I wanna rock you first, before I rock the world." Dia menggodaku.
"Not with this tie Sir."Aku menarik ujung dasinya, lalu menjatuhkannya. Berbalik dan mengambilkan jas-nya. "Save your dream till the night come." Aku membantunya memakaikan jasnya.
Tiba-tiba ponselnya bergetar, Abi segera menariknya dari saku celana. Matanya sedikit melebar saat melihat layar ponselnya. "James."
***
"Sir, please turn on your TV. You need to see the news this morning."kudengar nada kepanikan dari suara James di seberang sana.
"What happened?"Bentakku
"Mr. Jung."Dia tak berkata banyak, hanya menyebut nama Jung.
"JUNG?"
Aku menyalakan TV dan mencari chanel yang menayangkan berita. Tapi semua stasiun TV sedang menyiarkan berita yang sama.
"Seorang pria tewas tertembus peluru demi membongkar sindikat perdagangan anak." Itu headline mereka.
Aku masih tersambung dengan James. "Jung?" aku tidak percaya itu dia.
"Yes Sir." James tampak menahan getaran kesedihan dalam suaranya. Ponselku terjatuh dari genggamanku, dan itu membuat Anne berlari kearahku.
"What happen?" Dia mengguncagkan tubuhku, tapi aku masih mematung, aku begitu terguncang dengan berita pagi ini.
Aku menangis, tersedu, aku tidak sanggup menahan kesedihanku.
"Honney....." Anne meraihku, aku tertunduk menangis di pelukannya. Jung, mengapa kau bodoh sekali??
"Jung....." aku tak bisa berkata lain selain menyebut nama Jung.
***
Sekali lagi aku melihat suamiku menangis. Dia bukan pria cengeng, tapi berita kematian Mr. Jung begitu mengagetkan.
Saat ini kami sudah berada di rumah duka. Kulihat isterinya begitu tegar, meski matanya terlihat sembab, ketiga puteranya juga terlihat kuat. Aku tidak tahu pasti apa yang terjadi, tapi yang aku dengar Mr. Jung mencoba membongkar sindikat perdagangan anak, sempat terlibat perkelahian dengan mafia perdagangan anak dan akhirnya tewas tertembus peluru. Tapi jaringan perdagangan anak itu akhirnya bisa di ringkus polisi berkat jasanya.
Sampai saat ini aku bahkan masih bingung mengapa dia melakukannya? Untuk apa?
Terlepas dari semua yang sudah terjadi, tapi aku juga kagum pada kekuatan Mrs. Jung yang tetap tergar saat aku mengungkapkan belasungkawaku tadi.***
Jika isteriku tahu latarbelakang kematian Jung, dia pasti akan menyalahakan dirinya sendiri. Tapi semua salahku, dia membantu mengungkap semua ini sampai Patric dan isterinya juga turut di ringkus karena aku berkata jujur soal masalahku. Harusnya dia tidak perlu bersikap bodoh dengan melakukan semuanya sendiri, tanpa memberitahuku rencananya.
Aku menyesal, sangat menyesal, saat dia sedang berjuang untukku, aku justru sedang menikmati malam dengan isteriku.
"Jung, maafkan aku." Aku berbisik di samping jasadnya. Meski dia meninggal tertembus peluru, tapi dia seperti seseorang yang tertidur pulas.
Saat aku memeluk isterinya, Mrs. Jung justru menguatkan aku. Dia berkata bahwa dia bangga pada suaminya. Dia bercerita pada isterinya atas apa yang akan dia lakukan. Dan isterinya mendukung semua tindakannya. "Jika hidupku harus berakhir, aku rela, tapi setidaknya aku sudah melakukan hal baik sekali seumur hidupku." Itu yang dikatakan isteri Jung, menirukan suaminya.
Aku harus menjaga rahasia ini dari Anne, dan entah sampai kapan aku akan berada dalam suasana duka. Limabelas tahun bersama dengan Jung, itu bukan waktu yang singkat. Aku bahkan sudah mengenalnya sejak kecil. Meski badannya besar, lebih besar dariku, tapi dia selalu mengalah padaku jika kami bermain bersama. Dulu rumah kami berdekatan, dan ayahnya juga bekerja pada Daddy. Oh Jung. Aku berterimakasih padamu, untuk semua yang kau lakukan untukku. Kau tak hanya menyelamatkan calon puteriku, Nathania, tapi kau juga menyelamatkan ribuan anak di Singapore, bahkan di belahan bumi lainnya mungkin.
***
"Aku tahu kau berduka atas kepergian Mr. Jung, tapi setidaknya makanlah sekali saja. Seharian kau tak makan apa-apa." Aku menyodorkan sepiring makanan untuk suamiku. Dia duduk di kursi, di ruang kerjanya, wajahnya murung. Meski dia berusaha tersenyum padaku, tapi aku tahu senyumnya palsu.
"Biar kubantu." Aku menyodorkan sendok berisi makanan ke bibirnya.
"Aku sedang tidak berselera sayang, maaf."
"Setelah dua suapan aku akan meninggalkanmu sendiri." Aku memaksa.
Dan akhirnya dia membuka mulutnya. Aku tahu bahwa kehilangan seseorang yang dekat denganmu begitu sulit kau terima sayang. Dan sampai saat ini efeknya selalu sama. Aku tidak tega melihatmu seperti ini, tapi aku harus meniggalkanmu.
Kau butuh waktu untuk sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abraham Salim (Book 3) #Googleplaybook #JE Bosco Publisher
RomanceAku sedang berada di kursi tunggu bandara ketika aku mendapat pesan singkat. kubuka layar ponselku dan air mataku hampir saja tumpah meilat backgroun di ponselku, foto suamiku dan pangeran kecil kami George. Pesan dari Agnes kakakku "Take care dear...