"Please jangan terlambat sayang." Aku sedang mengikat dasi untuk suamiku. Hari ini adalah hari penting untuk George. Sekolahnya akan mengadakan semacam malam penggalangan dana untuk sebuah panti asuhan yang dikelola oleh Mrs. Angelique Wijaya salah satu orang tua murid di sekolahnya."Ya akan ku usahakan." Jawabnya. Aku benci ketidak pastian, tapi setidaknya dia sudah berjanji untuk berusaha datang tepat waktu.
Tiba-tiba George masuk ke kamar kami "Daddy,...." dia berlari kepelukan ayahnya sesaat setelah aku selesai mengikat dasi untuk suamiku.
"Hai Dude, ....ready for the show?" Abi mengangkat putera kesayangannya itu dalam gendongan. Aku baru menyadari bahwa puteraku tumbuh dengan cepat, dia bahkan sudah sangat besar untuk di gendong seperti itu.
"Of course Dad, ...please don't be late." Dia menatap ayahnya, penuh pengharapan.
"Yes,...of course my prince, I promise." Abi menurunkannya dan berjongkok agar tinggi mereka sama.
"You will donate ?" Dia bertanya apakah ayahnya akan mendonasikan dana untuk malam penggalangan dana itu, kau tidak perlu bertanya sayang, ayahmu pasti dengan sukarela akan melakukannya.
"I do." George memeluk ayahnya " Thank you dad."
***
George sudah siap di belakang panggung, dia tampak gugup sekali, aku berkali-kali harus meyakinkannya bahwa dia akan terlihat keren dengan kostum itu diatas panggung nanti. Tapi dia selalu menanyakan ayahnya. Mengapa belum juga duduk di kursi penonton, meski sudah beberapa kali George mengintip ke kursi penonton.
Aku juga sudah hampir putus asa menghubunginya, dia bahkan tak mengangkat teleponnya. Oh Abraham Salim, baru kali ini kau tidak menepati janjimu.
George dan teman-temannya sudah bersiap di belakang panggung, dan pembawa acara juga sudah menjalankan tugasnya membuka acara ini.
Satu-persatu anak mulai berlakon dalam drama yang sudah mereka persiapakan sejak lama untuk malam ini. Mata George menatap nanar padaku, kuberikan senyum terbaikku, tepuktanganku yang paling keras, aku bahkan bersorak untuk memberikannya semangat. Dia tersenyum, tapi senyumnya tak menyentuh matanya. Aku tahu dia sedang mencari dimana keberadaan ayahnya. Maafkan Daddy sayang, tapi Mommy berjanji, akan memberikannya hukuman setiba kita dirumah nanti. Dia sudah membuat putera kesayangan Mommy begitu kecewa.
Aku baru menyadari bahwa puteraku begitu tampan diantara teman-temannya dia terlihat menonjol, dia juga berlakon dengan baik. Semua bertepuk tangan, memberikan sorakan penyemangat, apalagi saat pertunjukan itu berakhir semua memberikan standing ovation.
Aku berlari ke belakang panggung, kulihat semua anak bersorak-sorak, mereka begitu bergembira karena pertunjukan mereka telah usai. Tapi aku tak melihat puteraku. Dimana dia.
Aku masuk ke ruang ganti dan kulihat dia tengah terduduk di lantai, menangis. Hatiku hancur sekali melihat dia menangis seperti itu. Aku tahu dia begitu kecewa pada ayahnya, akupun sama. Perlahan aku berjalan mendekatinya. "Hai superhero..." Aku duduk dilantai bersamanya.Dia menghapus airmatanya, lalu menatapku dengan tatapan keterkejutan. "It's ok to cry... come." Dia selalu ingin terlihat kuat di hadapanku. Oh puteraku, kau anak yang hebat. Aku memeluknya, aku bahkan lebih terguncang ketika melihat puteraku seperti ini.
Tiba-tiba Abi masuk keruang ganti, tapi terhenti ketika melihat kami. Geroge menarik diri dari pelukanku, dia berlari keluar ruangan. Kurasa dia begitu marah pada ayahnya kali ini. Aku bangkit saat dia menghampiriku.
"Maaf..." Abi meraih taganku, tapi aku juga jadi sangat marah padanya, seharusnya dia bisa memilih ribuan hari lain untuk terlambat, tapi tidak hari ini. Hari ini begitu penting bagi George, dan dia telah melukai hati puteraku karena keterlambatannya ini " Save your apology for your self. You hurt him so much." Aku meniggalkannya sendiri di dalam ruangan. Aku berlari menyusul puteraku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abraham Salim (Book 3) #Googleplaybook #JE Bosco Publisher
RomansaAku sedang berada di kursi tunggu bandara ketika aku mendapat pesan singkat. kubuka layar ponselku dan air mataku hampir saja tumpah meilat backgroun di ponselku, foto suamiku dan pangeran kecil kami George. Pesan dari Agnes kakakku "Take care dear...