Isteriku Anne sudah melewati masa tiga bulan pertamanya, dan belum ada perubahan apapun. Dia masih terus muntah, tubuhnya bahkan sudah kurus kering. Dan yang paling kusesalkan adalah aku tidak bisa berada di sekitarnya setiap hari, pekerjaanku juga menuntut perhatianku disaat aku sedang sibuk memperhatikannya, isteriku.Aku masuk ke dalam kamar, dan kulihat dia sedang kesulitan memakai pakaiannya.
"Biar ku bantu." Aku ingin meneteskan air mata melihat tulang-tulangnya iganya menonjol di balik kulit tipisnya.
"Sayang, jangan menatapku seperti itu. Apa aku terlihat menyedihkan?" apakah aku harus mengatakan apa yang kulihat? Apakah aku harus jujur padamu sayang? "Tidak, baju ini pas untukmu." Aku mengikatkan tali di pinggangnya. Kuraih wajahnya, kukecup keningnya. "Aku harus pergi ke kantor sebentar, ada meeting yang tak bisa kulewatkann."Aku sudah memaksa sekretarisku untuk mempersiapkan Vidio Call Meeting, tapi rekanan kami ingin bertemu langsung, jadi aku terpaksa meninggalkan isteriku.
***
Hari ini pertama kali dalam bulan ini Abi meninggalkanku di rumah untuk bekerja. Kasihan dia harus mengerjakan hampir semua pekerjaannya dari rumah karena kondisiku. Apa yang bisa kulakuka di rumah jika tidak ada dia dan George?
Kuambil smartphone-ku, kurasa sudah waktunya aku mencari hiburan dengan melihat-lihat sosial media milikku.
***
Aku sedang rapat ketika ponselku terus bergetar. Agnes, ini kakak Anne. Ada apa dia menelepon?
"Halo." Aku meneleponnya sesaat setelah rapatku selesai.
"Abi, dimana Anne?"mengapa suaranya terdengar panik? Apa yang terjadi?
"Anne dirumah, aku sedang di kantor."Aku masih bertanya-tanya.
"Apakah kondisinya baik?"
Aku sudah menceritakan banyak hal pada Agnes tentang kondisi Anne, tapi kami mencoba merahasiakan dari ibu mertuaku, lagi. Kami tidak ingin membuatnya khawatir dengan memberitahu soal kondisi Anne.
"Kau harus kuat Abi, dan tolong jaga Anne."Mengapa Agnes berkata begitu?
"Apa yang kau katakan?"
"Mama pergi pagi ini, dia sudah kembali."
"Agnes, katakan padaku, apa yang terjadi?"
"Mama meninggal pagi ini."
Oh God, haruskah kami mengalami kesulitan bertubi-tubi? Bagaimana aku bisa memberitahukan kabar buruk ini pada isteriku? Bahkan melihatnya di gigit seekor nyamuk saja aku tak bisa. Dia begitu lemah saat ini, begitu juga kondisi kehamilannya.
Kudengar Agnes terisak "Agnes....aku..."
"Kau tidak perlu datang, kami titip Anne padamu." dia berbicara di sela isakannya.
Bagaimana aku bisa melepas ibu mertuaku tanpa memberika penghormatan terakhir padannya? Tapi jika aku pergi bagaimana dengan isteriku? Siapa yang akan menjaganya? George? "Agnes..." aku bahkan tak bisa berpikir, aku tak tahu harus berkata apa? Pikirank begitu kalut."Tenangkan dirimu, jaga Anne, dia akan tahu pada saatnya."
Kami menutup pembicaraann kami dengan kesepakatan bahwa kami harus merahasiakan hal ini.
Aku segera berlari keluar dari ruanganku, kulihat beberapa karyawanku menatap kearahku kebingungan. Mr. Jung juga tampak tak kalah kebingungan setelah melihatku menerima telepon, aku meninggalkanya di ruanganku tanpa penjelasan.
Saat ini yang ada di kepalaku hanya aku harus sampai di rumah. Memastikan bahwa kondisi Anne baik dann tidak ada seorangpun yang memberi kabar soal kepergian ibu mertuaku untuk selamanya.
***
Sebuah pesan masuk di kotak pesan di media sosial milikku, dari Matt. Kalian ingat Matt? Kami bahkan sudah lama sekali tidak berkomunikasi secara langsung. Oh Mattew, Anggie, dan Claire, bahkan sekaranng sudah ada Robin dan Vanessa. Mereka keluarga bahagia.
Ku buka pesan dari Matt .
"Hai Anne, bagaimana kabarmu?" tulisnya.
"Baik Matt, aku sangat merindukanmu, Anggie, dan tentu saja Claire puteri kecilmu. Kurasa sekarang dia sudah besar, dan aku juga sangat ingin bertemu si tampan Robin dan si mungil Vanessa."Balasku.
"Aku juga sangat merinndukannmu Anne." Tulisnya.
Lalu di susul pesan berikutnya "Anne, maaf aku tidak bisa datang ke pemakaman ibumu. Aku medapat kabar mendadak pagi ini, dan aku sekarang sedang pergi ke Manado."
Mendadak dunia seolah jungkir balik bagiku.PEMAKAMAN?
IBUKU?
MAMA?
Aku tidak percaya ini terjadi padaku. Perlahan air mataku menetes, lalu berubah menjadi isakan, lalu histeris. Aku histeris. Didalam kamarku.***
Aku mendegar Anne menangis, dan Fernando tampak mengetuk-ngetuk pintu kamar kami bersama Mrs. Morrison.
"Dobrak." Aku memerintah saat aku berlari ke dalam kamar.
Dalam tiga kali usaha keras akhirnya pintu terbuka, kulihat Anne sedang menangis histeris, mengacak-acak rambutnya, dia terduduk di lantai kamar sambil memegangi perutnya.
"Sayang... hei...." aku memeluknya erat, memaksa tangannya menjauh dari wajah dan rambutnya.
"Anne, tenanglah." Aku tidak bisa melihatmu seperti ini. Dia terus meronta dan menangis, lalu tangisnya berubah menjadi teriakan "Auw...."Dia meremas lenganku.
"Sayang... Anne?" Aku begitu panik ketika dia memegangi perutnya.
Aku segera membawanya naik ke ranjang, dan meminta Mrs. Morrison menelepon Dokter Natalie.
***
Anne terus saja berteriak, menangis, memegangi perutnya sampai Dokter Natalie datang dan memeriksa konndisinya.
"Kita harus membawanya ke rumah sakit, dia mengalami kontraksi sebelum waktu persalinan." Jelasnya singkat.
Tak ada yang bisa kucerna lagi. Kami hanya segera membawanya kerumah sakit.
Sesampai kami di rumahasakit, hari buruk belum juga berakhir. Aku bernar-benar sesak nafas di buatnya. Lagi –lagi aku di hadapkan pada pilihan yang sulit.
"Ketubannya pecah karena kontraksi hebat yang dia alami, dan kami tidak bisa menelamatkan bayi anda Sir."Dokter Natalie.
"Kehamilannya masih terlalu muda untuk dilahirkan, mereka baru berusia 29 minggu dan detak jantung dari kedua bayi anda sudah tidak terdeteksi saat kami melakukan pemeriksaan." Dokter Natalie mengusap pundakku. Sementara aku menahan getaran tubuhku, aku tidak bisa menanggung semua ini. Aku menangis, meski aku lebih ingin memukul tembok bahkan merobohkan tembok ini dengan tanganku, tapi pada akhirnya aku hanya bisa menangis.
"Bagaimana kondisi Anne?" satu-satunya yang bisa kuselamatkan adalah isteriku, dan aku berharap aku tidak terlambat untuk itu.
"Sangat lemah. Silahkan tandatangan persetujuan operasi agar prosedur selanjutnya dapat kami lakukan."
"Lakukan yang terbaik dokter."
Aku tidak boleh menghabiskan waktu dengan menagis, karena setiap detik begitu berharga bagi isteriku untuk berjuang mempertahannkan hidupnya.
Anne, andai kau tahu aku begitu ingin melindungimu dari berita buruk, tapi aku justru mendapatkan berita buruk bertubi-tubi. Seandainya aku tidak meninggalkanmu, persetan dengan meetingku, tapi aku meninggalkanmu. Kau harus kembali mengalami masa sulit dalam hidupmu karenaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abraham Salim (Book 3) #Googleplaybook #JE Bosco Publisher
Roman d'amourAku sedang berada di kursi tunggu bandara ketika aku mendapat pesan singkat. kubuka layar ponselku dan air mataku hampir saja tumpah meilat backgroun di ponselku, foto suamiku dan pangeran kecil kami George. Pesan dari Agnes kakakku "Take care dear...