BAB 6

7.4K 557 15
                                    


Kalian tahu betapa beruntungnya aku hari ini? Karena flu yang di derita suamiku, aku jadi memiliki ide gila untuk memberinya obat tidur. Dan menjadi lebih  gila ketika dokter Natalie Ong dengan ceroboh memberitahukan tentang "obat tidur" pada suamiku.

Harusnya ini akan menjadi akhir tragis bagiku, mungkin saja Abi akan marah padaku, melemparku keluar dari apartmentnya dan segera menghubungi pengacaranya untuk menceraikanku secara hukum lalu mengambil alih hak asuh George selamanya dariku.
Rupanya nasib baik hari ini menaungiku, dewi fortuna juga sudah lelah melihatku menangis setiap malam, menahan kerinduanku pada suami dan puteraku.

"Tidurlah dengan George, aku tidak ingin menularkan flu padamu." Abi melepaskan pelukannnya. Aku mendongak menatapnya " Jika aku harus menderita flu seumur hidup, demi memelukmu semalaman, aku rela." Bisikku.

"Aku tidak akan tahan melihatmu menderita flu seumur hidup." Abi menatapku dalam, " Kau manis sekali Mr. Salim." Sekali lagi aku menenggelamkan diriku dalam pelukannya. " Aku tidak suka mengerjakan PR dalam keadaan flu, apalagi jika kau yang mengalami flu, itu menjijikan." Abi menggodaku.

"Oh jadi itu maksudmu?" Aku melotot padanya. Dia tertawa saat aku menggelitik pinggangnya. Dia tertawa lepas, oh aku merindukan suamiku tertawa lepas seperti ini.

"Apakah besok pagi kau akan bangun dan kembali marah padaku?" Aku menyipitkan mataku padanya.

"Apa kau pikir aku sudah mengampunimu Mrs. Salim?"Abi membalasku, dia menyipitkan matanya padaku.

"Belumkah?"Aku menautkan alisku. "Aku bukan pria lemah yang mudah luluh." Jawabnya.

"Kurasa kau harus memandikanku seperti tadi, selama sebulan penuh baru aku akan mempertimbangkan apakah kau layak di ampuni atau tidak."Abi mengerucutkan bibirnya.

"Apa??? Apakah aku layak menerima hukuman seberat itu?" Aku menggodanya.

"Kau hanya terserang flu, harusnya kau bisa berjalan ke kamar mandi dan mandi sendiri. Dasar kau bahkan lebih manja dan kekanakan dari pada George." Keluhku.

"Aku hanya iba padamu, kau pasti sangat ingin memandikanku kan?" "TIDAKKKK...." bentakku. Lalu kami tertawa bersama. Dia tahu betul seperti apa aku, apa keinginanku, dan aku tahu betul bahwa cintanya untukku tidak berubah sampai saat ini, meski dia bersikap dingin padaku, tapi saat aku memandikannya tadi, aku melihat cinta dari matanya, yang selama ini berusaha ia sembunyikan dari diriku.

"Aku tidak ingin kehilaganmu lagi, jadi tolong berhentilah berhubungan dengan pria bodoh itu." Abi setengah memohon padaku "Adam, namanya Adam sayang."

"Siapapun dia, bagiku dia tak lebih dari pria bodoh." Aku mengerucutkan bibirku, kusipitkan mataku padanya " Apa anda sedang cemburu Sir?" "Tidak, tentu saja tidak. Aku tidak berada di levelnya, jadi tidak ada alasan untukku merasa cemburu." Dia bersikukuh tidak mengakuinya.

"Baiklah, aku akan tidur di kamar George." Aku beringsut bangun dari posisiku, berniat meninggalkannya. Tapi dia menarikku lagi sampai aku terjatuh ke pelukannya "Kurasa George sudah cukup besar untuk tidur sendiri." Dia berbisik di telingaku. "Kau ingin aku tertular flu Sir."

 
"Tidak sayang, aku ingin memelukmu, jika kau ingin aku bisa menggunakan masker. Sudah hampir tiga bulan aku kesulitan tidur." jelasnya. Dia bergerak, kurasa dia berniat mengambil masker di kotak P3K di dalam kamar mandi "No, I'll stay."aku menarik tangannya, membuatnya kembali merebahkan dirinya.

Kami berpelukan, dalam diam.

"Kau tak ingin mencari tahu soal Gretha?" Suara Abi memecah keheningan. "Tidak." Jawabku singkat. "Kau pernah melihatku bersama Gretha di dalam lift, tidakkah kau curiga?"

"Aku? Curiga padamu?" aku menarik nafas " Aku percaya padamu sayang, meski saat itu aku merasa begitu sedih, tapi aku tahu siapa suamiku."

"Maaf." Dia menatapku, begitu dalam dan teduh " untuk apa?" " kemarahanku padamu, rasa tidak percayaku padamu." aku mengecup keningnya " aku sudah memaafkan semuanya, jauh sebelum kau meminta maaf. Jangan berpikir bahwa aku akan meninggalkanmu demi pria lain."jelasku.

"Ketakutanku akan sebuah kehilangan sepertinya belum sembuh, aku selalu bereaksi berlebihan ketika aku merasa akan kehilangan sesuatu yang sangat berharga bagiku."

"Aku tidak menyalahkanmu sayang, jika aku di posisimu, aku juga akan melakuka hal yang sama." Oh suamiku malang, meski kau sangat gagah, tapi aku melihat ada bagian dalam dirimu yang begitu rapuh. Kau terluka oleh masalallu, dan luka itu masih membekas sampai saat ini.
Kau seperti seorang anak berusia satu tahun yang berlajar berjalan, pernah terjatuh, dan menimbulkan luka parah. Kau bahkan sudah takut terjatuh meski kau belum memulai berjalan. Pria malang kesayanganku.

Abi meraih wajahku "Apakah tidak masalah jika aku menciummu?" mengapa kau harus meminta ijinku sayang?

"Rasanya pasti berbeda, jika kau tidak keberatan aku ingin sekali menciummu."
"Do it." Bisikku.

Dengan satu gerakan lembut, bibirnya mulai melumat bibirku, perlahan tapi pasti dia terus memanjakanku dengan sentuhan lembut yang mengejutkan.

Brrrtttt brttttttt ponsel Abi bergetar.

Kami menoleh ke sumber suara, dan Abi segera meraih ponsel itu.

"Evelyn." Dia memberitahuku siapa yang menelepon, lalu menggeser tombol pada telepon pintarnya. Aku tak dapat mendengar apapun, hanya satu kata"WHAT!" abi tampak sangat terkejut. Bahkan ponselnya jatuh dari genggamannya. Matanya membelalak, seolah dia tak percaya pada berita yang baru saja dia dengar.

Aku ambil ponselnya lalu mencoba berbicara pada Evelyn, aku tidak mendengarnya bicara, dia hanya terisak. "Honnye, what's going on?" aku mencoba memulihkan kesadaran suamiku. "Abi..." dia menatapku, lalu memelukku, menangis di pelukanku.

"What happend?" aku mencoba menatapnya, tapi dia terus menghindari tatapanku, terus menangis di pelukanku.

"Dady.... he died." Abi berbicara sekilas setelah dia bisa menemukan kembali suaranya.

"WHATT?" aku tidak percaya pada berita yang baru saja kudengar. Ayah mertuaku? Sakit apa? Aku bahkan belum mengunjunginya lagi, terakhir aku mengunjunginya untuk berpamitan, aku harus kembali ke Indonesia. Oh dia bahkan sudah kuanggap seperti ayahku sendiri.

===========================

HAI KISAH INI AKAN DI UPDATE ULANG YANG. SILAHKAN DI BACA ULANG, SEMOGA KALIAN SUKA DAN JANGAN LUPA BERIKAN BINTANG JUGA KOMENTARNYA...

Abraham Salim (Book 3) #Googleplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang