2. Adinda

45 3 0
                                    

Eyes

Beberapa hari lalu, sekolahku mengadakan kemah di sebuah hutan di desa terpencil pinggiran kota. Aku tak begitu mengenal desa terpencil yang menjadi lokasi perkemahan. Aku adalah anak rumahan, tak begitu tau banyak tentang dunia luar, bahkan kotaku sendiri. Tentang tempat-tempat wisata yang bertema alam, apalagi hutan.

Hari pertama, aku sangat antusias mengikuti perkemahan. Hei, ini bukan sesuatu yang buruk. Aku senang mengikuti perkemahan ini. Banyak kegiatan yang bisa kulakukan. Mulai dari mencari petunjuk, memecahkan sebuah kasus, dan tidur bersama dengan teman-teman satu tenda.

Satu regu terdiri atas 9 orang yang berasal dari kelas yang berbeda. Aku senang, teman-teman satu reguku sangat asyik dan ramah. Aku bahkan melupakan kekhawatiranku, tentang seseorang yang akan mengawasiku saat aku tidur. Atau penampakan tentang hantu hutan yang akan muncul dengan tiba-tiba. Atau bahkan tentang hewan buas yang akan menerkam dan menyerbu perkemahan kami. Walaupun guru spiritual sudah membekali murid-murid dengan doktrin bahwa semuanya akan baik-baik saja, aku sama sekali belum bisa tenang saat tidur dengan teman-temanku.

Ketika aku tidur, aku selalu merasa diawasi. Diawasi dengan sepasang mata yang menatapku dari lubang kecil untuk sirkulasi udara yang terletak di sebelah kanan tenda. Aku tak bisa tidur dengan tenang. Tidur, terbangun, tidur, terbangun lagi. Begitu seterusnya sampai pagi. Tidak nyenyak dan sangat mengangguku.

Di hari kedua, aku justru sangat terganggu. Mataku tak bisa terpejam meski aku sudah berusaha keras untuk memejamnya. Aku menatap jam tanganku. Jam dua pagi. Beberapa detik kemudian, aku dikejutkan oleh suara teriakan. Tak hanya satu orang, namun beberapa orang. Ramai. Di luar sangat ramai. Aku menelan ludah, penasaran dengan apa yang terjadi. Rasa penasaranku memuncak, begitu juga rasa kekhawatiranku. Aku memberanikan diri untuk keluar, melawan rasa takut dan semua kekhawatiranku.

Aku semakin terkejut ketika keluar tenda. Sepi. Hanya ada guru yang menjaga di dekat api unggun. Dan guru itu adalah guru spiritualku. Dia berdua dengan guru yang lain.

"Kenapa kau keluar dari tenda?" tanyanya ketika melihatku.

"Aku tadi mendengar suara jeritan,"

"Kau hanya berhalusinasi. Kembali tidurlah, besok kita akan bergegas untuk kegiatan selanjutnya,"

Aku mengangguk. Masih dengan perasaan kaget. Di luar sepi, tak ada keramaian yang kudengar seperti tadi. Saat aku menoleh ke arah pepohonan hutan, aku melihat seorang gadis dengan baju berlumuran darah menatapku kemudian tertawa keras. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WID MISTIK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang