1. Ruru

45 2 1
                                    

Aku dimana?

Aku menyusuri jalan yang penuh dengan daun kering, sepanjang mata melihat di sekitarku penuh dengan pohon bambu.

Berjalan sedikit lagi menuju cahaya dan aku melihat gedung belakang sekolahku. Aku menghela napas lega, ternyata aku di hutan bambu belakang sekolah.

Aku segera berjalan keluar dari hutan, namun sayup-sayup terdengar suara perempuan menangis. Tangisannya terdengar memilukan membuat bulu kudukku meremang.

Aku meniliti sekitar, tepat di pohon bambu dari arah jam dua seorang gadis tengah menangis dengan kepala menunduk. Dari yang kulihat seragam yang ia pakai adalah seragam yang sama denganku, hanya saja modelnya sedikit agak lama —mungkin seragamnya pemberian dari ibunya yang dulu sekolah disini.

"Uhm, kamu murid disini juga kan?"

Hanya anggukan yang kulihat.

"Kau kenapa?"

Jeda untuk hening yang cukup lama. 

"Aku benci sekolah ini, aki benci dia. Lelaki itu telah merampas hakku"

Aku belum begitu paham, "Dia siapa?" 

Lantas jari perempuan itu menunjuk ke arah kanan, dan aku melihat gambaran tiga orang laki-laki yang tengah mengganggu seorang perempuan, si perempuan yakni yang kini berada di hadapanku.

Di penglihatanku si laki-laki yang wajahnya begitu amat kukenal menampar si perempuan, lantas merobek bajunya, dan dengan keji memerkosanya. Itu adalah perlakuan paling kejam yang kulihat. 

Tak peduli si perempuan yang meraung kesakitan lelaki itu terus memasukinya, dan dengan tidak berprikemanusiaanya dua orang lainnya malah ikut menyetubuhi perempuan itu.

Hingga akhirnya, setelah mereka puas memerkosa perempuan malang itu, mereka memperparah dosa dengan membunuhnya. 

Aku benci melihatnya, aku tak pernah tahu ada orang sekeji itu di lingkungan sekolah ini. 

Setelah mereka bertiga memotong-motong tubuh perempuan itu, mereka menguburnya disana.

"Aku ingin membunuhnya."

Seluruh tubuhku bergidik, suaranya bagai sayatan pisau yang terkena kulitku. Membuat ngilu dan mencelos.

Mataku beralih melihatnya, dan

HUWA! 

Aku terjungkal, perempuan itu..

Dua bola matanya berdarah dan sedikit terbakar.  Wajahnya pucat penuh sayatan silet, dan ...  dan tangan serta kakinya terlepas.

"Aku akan membunuh lelaki itu, juga membunuh semua anggota keluarganya."

Perempuan itu mendekatiku, dengan kepala yang juga telah terpisah dari tubuhnya. Dia terus mendekat dan mendekat menyudutkanku ke sumur di belakangku.

"TIDAK!"

Aku berteriak kalap.

Namun sedetik kemudian bernapas lega karena saat ini aku berada di ruang kepala sekolah, bukan di hutan bambu.

"Kamu kenapa Leen?"

"JANGAN DEKATI AKU!"

Aku beringsut mundur, sedikit banyak aku merasa membenci sosok di depanku ini sejak mimpi barusan.

"KAU! JANGAN DEKATI AKU, AKU TAK PUNYA AYAH KEJI DAN BIADAB SEPERTIMU."

Benar, ayah adalah si pemerkosa perempuan itu. Aku tak menyangka, kepala sekolah yang paling di elu-elukan ternyata adalah seorang yang tak punya moral.

WID MISTIK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang