1. Arka

84 6 1
                                    


Peter menghidupakan motor besar miliknya, ia harus menanyakan sesuatu kepada pamannya yang berada di sekolah, tapatnya di ruag musik.

.

Setelah menerobos jalanan dengan kecepatan luar biasa, Peter sampai di sekolah. Dengan langkah tergesa, Peter langsung masuk ke ruang musik pamannya, mendobrak pintu itu rusuh, dan mengabaikan panggilan temannya yang menyambutnya.

Begitu sampai,yang dia temukan hanyalah ruangan kosong, dengan tumpukan berkas dan alat musik milik pamannya yang masih tersusun rapi.

"Nah kan, gue lupa. Paman lagi pergi," gerutu Peter sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Salahnya terburu-buru seperti itu, padahal tadi pagi pamannyaberpesan pada bibi Melin, bahwa dia sedang ada urusan dengan investor luar negeri.

Peter pun menghela nafas panjang.

Brak!!!

Saat hendak berbalik, jendela di belakang tempat duduk seorang pianis terbuka dengan keras.

"Peter ..."

Sialan. Dua puluh tahun peter hidup, dan lima belas tahun dia mengenal hal-hal yang tidak nyata, ini pertama kalinya ada suara lirih yang sarat akan rasa sakit dan dendam yang begitu gelap. Membuat Peter meringis, mengepalkan tangannya kuat-kuat.

Suasana di ruangan yang biasa digunakan pamannya untuk bermanin musik itu berubah menjadi suram, gelap, dan dingin. Samar-samar bau amis menguar di seluruh ruangan, membuat yang menciumnya mual. Suara angin menderu dari balik jendela yang sudah terbuka,

"Peter ..."

Demi semua hantu jelek yang pernah mengganggu Peter, tidak pernah dia merasa lidahnya kelu seperti ini. seolah udara di sekitarnya menghilang, membuatnya sesak. Dan keringat mengucur di pelipisnya.

"A-apa mau lo?" tanya peter mengabaikan bau amis yang mengganggu, berjalan semakin dalam, mendekati meja kerja kebesaran ayahnya.

"Hihihi ..."

Tiba-tiba suara tawa mengerikan terdengar. buku-buku koleksi pamannya yang semula tertata rapi di dalam rak terlempar, bertebangan di depan mata Peter. Bau amis yang tadi tercium samar kini semakin kuat. Membuat Peter lemas, dan terjatuh sambil memegangi kepalanya yang terasa berat, seolah ditimpa beban puluhan kilo.

"Hahahah ...."

Suara tawa itu semakin menggelegar. Peter mengalihkan pandangannya ke seluruh ruangan. tak ada wujud apapun. hanya buku yang bertebangan, dan dinding yang berubah warna sepekat darah.

"KEMBALIKAN SEMUANYA! BAWA YANG BERSALAH KE BAWAH DAUN YANG TERBAKAR! HABISKAN DARAH YANG KOTOR UNTUK MEMBALAS JIWA YANG TERLUKA!!!"

Brakkk.

Bersamaan dengan teriakan itu, sebuah cermin setinggi orang dewasa di sudut ruangan retak. menampakan sosok seorang gadis yang menyeringai, dengan mata semerah darah, dan rambut hitam yang terlihat halus sepinggang. bibirnya yang penuh luka gores itu bergerak pelan.

"Kembalikan se.mu.a.nya."

Prang!!! dan kaca itu pecah bersamaan dengan menghilangnya sosok itu, seolah angin membawanya pergi. meninggalkan bau amis, ruangan yang berantakan, dan Peter yang menunduk di depan meja kerja ayahnya sambil terus menarik-narik rambut di kepalanya.

"Aaaaaaaaah!!!"

"Peter!"

Dan Peter pun jatuh pingsan saat itu juga, bersamaan dengan Roh-nya pergi

WID MISTIK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang