1. Affa

39 3 0
                                    

  
      Bunyi detik jarum jam sangat aneh malam ini. Padahal, kemah sudah berlangsung dua hari, kemarin baik-baik saja, dan ini adalah malam kedua, yang justru rasanya mencengkam.

"Raka," panggil Eiren pelan.

Raka menoleh. "Kenapa?"

"Kok sekolahan malam ini, aneh banget, ya?"

Raka berdecak pelan, "nggausah aneh-aneh, Ren."

"Lagian, kenapa kita cuma berdua, sih?!" Seru Eiren.

Raka dan Eiren adalah senior disini. Mereka berdua yang bertugas berkeliling selama dua jam untuk malam ini, dan sekarang baru jam setengah dua belas, masih ada satu jam setengah lagi.

"Gantian, Ren. Kasian Rico sama Vanya."

"Sumpah deh, feeling gue nggak enak banget."

Raka menghembuskan nafasnya kasar, "udah sini," ucapnya merangkul Eiren. "Gue ada disini, ngga usah takut."

Raka dan Eiren bukan sepasang kekasih, mereka berdua hanya bersahabat sejak SMP, hingga kelas dua belas SMA sekarang.

Prang!

Eiren terkejut, dan langsung memeluk Raka, "suara apa itu?!" Serunya.

"Ssstt, tenang."

Raka melepas pelukan Eiren, tetapi Eiren tetap memegang ujung jaket Raka dari belakang. Mereka berdua sedang melewati ruang osis.

Brak!

Pegangan di ujung jaket Raka semakin menguat, Eiren benar-benar takut sekarang.

"Jangan takut, Ren," ucap Raka sambil memasuki ruang Osis. Karena suara pintu terbuka dengan kasar tadi, berasal dari dalam ruang Osis.

"Pelan-pelan Rak," ucap Eiren.

Raka mengangguk, memegang tangan Eiren yang sudah dingin.

"Hiiii... kakak."

Raka dan Eiren menoleh kaget. "Lo siapa?" Tanya Raka berusaha tenang.

Gadis kecil itu hanya terdiam, duduk didepan lemari, sambil menatap lurus Raka dan Eiren.

"Jangan ganggu kita, ataupun anak lain. Kita beda alam," ucap Raka pelan.

Gadis kecil itu menggeleng.

Raka, masih dengan tangan menggenggam Eiren yang semakin pucat pasi, mendekati gadis kecil itu.

Gadis itu langsung berdiri, Raka dan Eiren langsung berhenti. Eiren menatap gadis kecil itu, dan melihat tak ada kaki yang menginjak lantai.

"Lo... lo kenapa nunjukin wujud lo?" Tanya Eiren pelan.

Gadis kecil itu tersenyum. "Bantu saya," ucapnya. Suaranya sangat dingin, dan mengerikan ditelinga Eiren.

Raka mendekati gadis kecil itu. "Gue tau," ucapnya lalu tersenyum. "Kami akan bantu nemuin jasad lo."

END.

WID MISTIK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang