1. Ama

193 18 1
                                    

Who's She?

Jadwal ku pagi itu adalah pelajaran IPA. Tentu saja aku dan teman-temanku harus ke Laboratorium IPA.

Aku sudah merasakan hal yang aneh sejak saat itu.
Ketika aku masuk ke Laboratorium, aku memilih untuk duduk di depan bersama ke empat temanku.

Banyak hal yang aku rasa janggal saat di laboratorium. Mulai dari spidol yang bergerak dengan sendirinya di papan tulis, jari-jari tengkorak yang bergerak tanpa di sentuh siapa pun, sampai suara decitan pintu yang terbuka dan menutup dengan sendirinya.

Aku mengajak salah satu temanku ke kamar mandi perempuan di lantai dua. Saat ku ajak, dia hanya mengangguk dengan tatapan kosong.

'Kenapa semua orang hari ini aneh?' Batinku.

Sesampainya aku di kamar mandi, aku melihat seorang perempuan berbaju OSIS. Mungkin memang dasar ku adalah seseorang yang ramah pada siapapun, aku juga ramah kepadanya. Tapi ketika aku menyapa dia, dia hanya tersenyum.
Aku melihat wajahnya dari kaca. Pucat, dan bajunya sangat lusuh. Aku pikir jika anak ini tidak menyetrika bajunya.

Aku tak pernah melihatnya di lingkungan sekolah. 'Mungkin dia anak baru?' Batinku. "Cit, dia anak baru ya? Eh apa adek kelas sih? Kok bed nya biru?" Tanyaku pada Citra, temanku. Citra hanya menggeleng. Tatapannya masih sama seperti tadi, kosong.

Setelah aku tengok lagi, anak tadi malah tersenyum. Bukan senyum yang biasa aku lihat, tapi senyum yang mungkin membuat orang ketakutan.

Tiba-tiba ada salah satu temanku masuk ke toilet.
"Nan, gawat nan!" Kata Muti.
"Kenapa sih Mut?" Tanyaku.
"Nan, sekolah kita udah ga bener Nan. Semua orang di sekolah kita mukanya pucat dan setiap mereka diajak berbicara, mereka selalu berpandangan kosong." Ujarnya.

Aku melihat ke arah Citra dan anak perempuan tadi.
Sebenarnya aku juga merasakan kejanggalan tersebut.

Anak perempuan tadi tiba-tiba melihat ke arahku dan Muti.
Dia mendekat ke Muti. Mencekik Muti sampai dia kehabisan nafas.

Aku hanya kaget menatap perempuan itu mencekik Muti.
Aku mencoba menolong Muti, tapi terlambat.
Perempuan itu menatap ku.
"Kamu, korban selanjutnya Nanda."

Aku melihat Citra sudah memegang pisau. Dia menusuk tepat di bagian dadaku.
"Dulu, ada seseorang yang membunuh ku disini. Dan sekarang murid- murid di sekolah ini harus menanggung akibatnya!" Ujar perempuan itu.
Dia menancapkan pisau di dadaku. Aku sudah kehabisan darah. Dan inilah saat terakhirku. Pesanku kepada kalian JANGAN PERNAH BERBICARA PADA ORANG YANG TIDAK DIKENAL!

WID MISTIK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang