1. Kharisma

28 1 0
                                    


Di pojokan kantin, terdapat sekelompok geng anak orang kaya di sekolahku. Mereka hidup dengan bergelimangan harta, apa yang mereka mau, pasti sudah tersedia dirumah.
Aku melihat mereka dari sini, lorong sunyi tempat kesukaan ku. Dari sini, aku bisa melihat mereka yang tengah membicarakan hal-hal yang tidak penting menurutku.
Aku kembali menyandarkan punggungku di tembok lorong ini. Lorong ini tak pernah ada satu orang pun yang melewatinya setelah kejadian 2 tahun yang lalu disekolahku.

Kejadian yang sempat membuat rate sekolahku jatuh. Salah satu siswi sekolahku ketahuan menggugurkan janin nya di lorong ini dan ia bunuh diri dengan melompat ke lantai bawah. Dan lorong ini menjadi saksi kematiannya.

Entah kenapa setiap pelajaran sosial, pikiranku selalu tertuju pada lorong ini, dan aku selalu pergi ke lorong ini setiap pelajarannya.
Yang aku lakukan di lorong ini hanyalah melamun, dan setelah lama, aku merasa seperti ada yang memegang bahuku, dan bangku yang berada di lorong ini serasa terduduki oleh seseorang, aku tak tahu siapa.

Tak tahu mengapa, angin berhembus kencang dari arah belakang ku. Kursi dihadapanku jatuh begitu saja membuatku memegang dadaku tanda detak jantung ku berdetak cepat.
Lantas aku lari dengan kencang dari lorong ini.

Saat jam istirahat, aku memutuskan untuk pergi ke kamar mandi.
Aku bercermin di cermin yang berada di kamar mandi sekolahku.
Aku mendengar senandung seseorang dari dalam toilet belakang ku. Penasaran, akupun bertanya,

"Siapa di dalam?"

Dengan tiba-tiba, senandung tersebut berubah menjadi tangisan seorang wanita. Bulu kudukku sudah berdiri, tangisan tersebut semakin meraung-raung.
Aku pun memutuskan untuk meninggalkan toilet.

.
.
.

Bel yang selalu mengagetkan ku pun berbunyi, sekarang jam 15.00.
Bel ini selalu bunyi sendiri di sekolahku, dan semua murid dan juga kegiatan apapun itu diharap untuk berdiam diri dahulu.
Dengar-dengar, itu adalah bel kematian salah satu siswi 2 tahun lalu yang bernama Maria, padahal penjaga sekolah telah memblokir bunyi bel tersebut, tetapi sampai sekarang bel tersebut masih berbunyi dan tidak bisa berhenti sampai jam menunjukkan pukul 15.05.

Bunyi bel yang membuat setiap yang mendengarnya menjadi merinding tersebut akhirnya mati, semua kegiatan kembali berjalan.

Aku yang menahan ingin buang air kecil, akhirnya bisa keluar kelas dan menuju toilet.

Saat aku tengah berjalan, seperti ada yang membuntutiku dari arah belakang. Tak ada apa-apa.

Ketika sampai di toilet, kagetnya, ada sosok berambut panjang yang memegang bahuku dari belakang.
Aku tak bisa melihat wajah nya. Badanku menegang. Akhirnya, sosok itupun mengangkat wajah nya dan melihat ke cermin. Tampak disitu, wajah nya hancur, dan terdapat air mata yang mengalir, tanda ia selalu menangis. Wajahnya hampir semuanya tertutup oleh darah. Aku melihat mulutnya ingin berbicara sesuatu.

"Tolong aku," ujarnya menangis.

"Hanya kamu yang satu-satunya bisa aku minta tolongi." Tambahnya.

Aku tak memutus pembicaraan nya.

"Tolong, aku hanya ingin kau memberitahu pada orang-orang, bahwa aku telah dihamili oleh Rio, kapten basket sekolah ini. Aku hanya ingin ia ditindak lanjuti, agar aku ikhlas pergi dari dunia ini." Ujarnya lagi.

Aku melongo, tidak percaya akan kata-katanya, hingga ia marah dan merasuki tubuhku.

Aku adalah Maria, aku hanya ingin meminta keadilanku saja.

WID MISTIK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang