1. Nanda

26 3 0
                                    

Kepala Di Tangan

Bulan bersinar menyinari bumi, bintang menari-nari menghibur langit, angin berhembus menggelitiki leherku.

Malam ini aku dan Dimas akan mengambil soal ujian minggu depan, hal ini sudah kami rencanakan sekitar seminggu lalu. Kami memanjat tembok belakang agar tidak ketahuan pak satpam. Setelah itu aku mengambil senterku dan menyalakannya, demikian juga Dimas.

"Donny, lo yakin?" tanya Dimas berbisik.

Aku mendengus kesal. "Iya, Dim!"

Kami berjalan mengendap-endap menuju ruang guru. Ruang guru terletak di ujung sekolah dan sebelahnya terdapat perpustakaan yang katanya angker.

"Don, gu-gue takut sumpah," bisik Dimas.

"Masih percaya lo sama yang gituan?" ucapku.

"Anjir! waktu itu anak kelas sepuluh ngelihat pocong, Don. Lu gak takut?" Wajah Dimas terlihat ketakutan saat ini.

Aku memutar kedua bola mataku. "Bodo."

Sesampainya kami di depan ruang guru, aku mendengar suara benda jatuh yang cukup keras dan mengagetkanku.

"Don, Don, denger gak lo?!" tanya Dimas panik.

Tengukku meremang karena mendengar suara tadi, udara tiba-tiba saja menjadi lebih dingin. "Ssstttt ... jangan keras-keras, Dim."

"Tapi lo denger kan?" tanya Dimas lagi sambil berbisik.

Aku tidak menghiraukan Dimas dan mengambil kuncu duplikat yang diambilnya di pos satpam. Aku memasukkannya ke lubang kunci dan membuka pintu.

Saat kami memasuki ruang guru, udara terasa lebih dingin di sini.

"Dim, lo cari di lemari itu," aku menunjuk lemari yang berada di sudut ruangan. "Gue cari di meja-meja guru."

Kami mulai melaksanakan tugas kami masing-masing. Aku membuka setiap map yang ada dan mengembalikannya lagi. Ugh! Ternyata mencuri soal ujian lebih susah dari pada mencuri mangga.

"Don! Ketemu!" seru Dimas tertahan.

Aku berjalan ke arah Dimas sambil tersenyum senang. "Hebat lo, Dim."

Namun tiba-tiba saja terdapat suara benda jatuh dari ruangan sebelah.

"Don ...," gumam Dimas.

"Heh! Sedang apa kalian!" seru seseorang.

Aku melihat siluet seseorang di ambang pintu. Ia berjalan ke arah kami, tubuhnya dan pakaiannya seperti pak satpam sekolah, tapi ia tidak mempunyai kepala! Lehernya mengeluarkan terlalu banyak darah dan menetes ke lantai. Di tangannya terdapat kepala dengan mata melotot berwarna putih, bagian bawah kepala itu juga mengeluarkan darah yabg menetes.

Dimas tiba-tiba saja pingsan ambruk ke bawah. Hantu itu berjalan mendekatiku.

"Sedang apa kau di sini!" seru kepala itu.

Ia berjalan mendekat dan mendekat. Saat sesampainya di depanku ia memegang pundakku. Dan tiba-tiba saja semuanya gelap.[]

WID MISTIK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang