4. Ketuk Dong Pintunya!

167 26 12
                                    

"Ke, kenapa nggak mau di rumah lo aja sih?" tanya Ayu dengan gelisah. Sekarang dia, Keke dan Sherepia sudah berdiri didepan rumah guru les mereka alias Calum.

Bangunan itu cat putihnya sudah berubah menjadi abu-abu kusam akibat termakan waktu. Besi gerbangnya pun sudah keropos dan karatan. Suasananya suram, di tambah rumput liar yang tumbuh bebas di sepanjang halaman.

Seperti halnya Ayu, Shere pun langsung meminta untuk les bersama Keke begitu dia sampai rumah kemarin. Tapi berbeda dengan Ibu Ayu yang ragu atas permintaan anaknya, Mamak Shere langsung setuju dan mendukung Shere sepenuhnya.

Mamak nggak tahu aja, kalau sebenarnya niat Shere les itu bukan untuk memperbaiki nilai. Tapi untuk bisa berada lebih dekat dengan gurunya yang menawan dan rupawan.

"Rumah ini udah kosong sejak kita brojol kan?" wajah Ayu kelihatan semakin nggak nyaman atas fakta kalau bangunan di hadapannya itu sudah tidak di tempati bahkan mungkin sejak Ayu dan kedua temannya belum di buat.

Cuma demi si Calum nih, gue rela nggak nonton Marimar.

Dan malah uji nyali di rumah angker gini.

Eanjir, gue nyebut dia si Calum.

Berasa temen. Hehe.

"Ha!" pekik Shere tiba-tiba yang langsung membuat kedua temannya terkejut. "Lo takut kan?! Hayo ngaku!"

"Gue nggak takut!" bantah Ayu. "Gue cuma... ngg...." Ayu melirik kanan dan kiri mencari alasan dengan kakinya yang menghentak-hentak pelan.

"Hari ini, di rumah gue ada arisan." jawab Keke langsung saat mengetahui kalau Ayu dalam kesulitan mencari alasan. "Udah yuk, takut Pak Calum nungguin."

Keke maju satu langkah lalu membuka gerbang rumah Calum dengan tangan berkeringat. Keke juga sebenarnya agak takut saat melihat rumah gurunya yang ternyata lebih menyeramkan jika di lihat dari dekat.

Tapi dia berusaha berani. Karena kalau Keke tiba-tiba pulang dengan alasan rumah Pak Calum angker, Bunda akan kembali menyeretnya kesini. Bunda Keke memang nggak percaya sama hal-hal irasional.

Gerbang rumah itu berderit keras saat Keke mengayunnya kedalam. Dan hal itu berhasil membuat Ayu menarik nafas ketakutan.

Keke menengok kebelakang untuk mengecek kalau teman-temannya nggak meninggalkan dia sendiri. Syukurlah mereka masih disana walaupun dengan wajah super tegang. Apalagi Ayu, dia kelihatan seperti orang kebelet pipis di toilet umum.

Ayu, Sherepia dan Keke melangkah dengan ragu kedalam. Walaupun ada jalan setapak kecil yang langsung tertuju ke teras rumah, tapi rumput yang panjang-panjang itu membuat ketiganya was-was kalau tiba-tiba ada ular atau tikus got muncul dari sana.

Kresek kresek.

Sontak ketiga remaja itu langsung menyentakkan kepala ke arah suara itu berasal. Ayu langsung memegang tangan Shere dan meremasnya tanpa sadar. Shere pun nggak keberatan karena dia sedang berusaha keras merasionalkan pikirannya kalau yang tadi itu mungkin cuma angin.

"Udah, nggak apa-apa!" hibur Keke lalu lanjut berjalan ke depan pintu rumah Calum.

Keke nggak langsung mengetuk saat sampai. Dia membenarkan posisi kacamatanya lalu menelan ludah, berusaha mengumpulkan keberanian.

"Ke, buruan!" Ayu mendorong bahu Keke pelan. Keke meliriknya sinis.

Kenapa nggak lu aja sih!

Nyuruh-nyuruh doang bisanya.

Keke memencet bel yang entah masih berfungsi atau tidak. Apa salahnya mencoba kan. Tapi setelah lima menit orang didalam nggak juga keluar. Keke langsung mengasumsikan kalau belnya rusak.

"Sini, biar Sherepia yang mengetuk!" Shere maju ke depan lalu menyiapkan tangan didepan pintu sebelum dia menggedor-gedornya seperti orang yang menggerebek rumah prostitusi.

"OM CALUM! KITA SUDAH DATANG, KAU BUKA LAH PINTUNYA SEKARANG JUGA!" teriak Shere dengan logat Bataknya yang khas.

"Lu mau bertamu atau ngajak ribut sih?!" marah Ayu sambil menarik tangan Shere dari pintu. "Yang ada Om Calum malah ngusir kita karena di sangka debt-collector!"

"Yakali dia didatangin debt-collector, pindah aja baru kemarin. Masa udah banyak utang lagi aja!" bantah Shere.

"Hidup orang siapa tahu. Bisa jadi di tempatnya dulu dia banyak hutang. Makanya mau beli rumah angker kayak gini, buat melarikan diri!" Ayu masih bertahan dengan pendapat ngawurnya. Sebenarnya hal itu hanyalah sebuah kode agar mereka segera pergi dari sana.

"Lo nggak usah asal tuduh gitu dong, Yu. Sotoy banget jadi bocah!" Shere memarahi Ayu habis-habisan. Di belakang mereka, Keke menepuk jidat. Heran, kenapa hal kecil seperti mengetuk pintu saja harus di perdebatkan oleh Ayu dan Shere.

"Jadi nggak nih mau lesnya, elah, malah berantem!" pekik Keke kesal lalu dia kembali mengambil alih tugas mengetuk.

"Nih ya Yu, kata Nyokap gue, di kamar atas itu suka ada penampakan laki-laki terus mukanya pucet gitu." bisik Shere dengan dramatis. Hal itu berhasil membuat bulu kuduk Ayu merinding, dan tiba-tiba ingin pipis.

"Mak lu halusinasi aja kali," kata Ayu berusaha nggak percaya. Walaupun wajahnya berkata lain. Shere yang menangkap ketegangan di wajah Ayu, melanjutkan ceritanya.

"Beneran Yu, Abang gue juga pernah lihat penampakan itu. Malah kadang, Abang kalau pulang malem suka denger suara orang nyanyi dari dalem." melihat wajah Shere yang sangat serius membuat Ayu semakin ketakutan.

"Udah ah, gue nggak mau denger lagi cerita begituan!" tegas Ayu lalu pergi dan berdiri di sebelah Keke. Di belakangnya Shere terkikik puas karena berhasil menakuti Ayu.

"Om Calum barusan nyahut," kata Keke singkat.

Insting Ayu mengatakan kalau mereka sebaiknya segera pergi sebelum Om Calum keluar. Karena entah kenapa, Ayu merasa ada sesuatu yang nggak beres sedang terjadi, dan hal itu di luar masalah bangunan yang angker.

Tapi insting cuma tinggal insting karena beberapa saat kemudian si pemilik rumah membuka pintunya. Masih dengan piama satin berwarna biru gelap, mata mengantuk dan rambut hitam yang acak-acakan, Calum menatap tiga gadis di hadapannya kebingungan.

"Hai, selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?" sapa Calum dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Uh, maaf Om, tapi ini udah sore." jawab Keke. Calum langsung melihat ke langit yang cerah sambil mengangguk-angguk. Seolah nggak peduli dengan fakta kalau dia tidur hampir 12 jam.

"Saya mau les, 'kan?" lanjut Keke dengan ragu mengacu ke pertanyaan Calum yang menanyakan tentang kedatangan mereka.

"Hah, les? Saya bukan gu--eh, iya les, les. Masuk, masuk!" Calum berbicara seperti kepada dirinya sendiri, sambil memegangi kepala yang tiba-tiba seolah menjadi sangat berat. "Kok diem, ayo dong masuk!"

"Om, maaf...," Shere bersuara sangat pelan. "Tapi gimana kita mau masuk, kalau Om halangin jalan."

"Oh!" Calum menepuk jidatnya keras, lalu memberi mereka jalan ke dalam rumahnya. Shere, Ayu dan Keke saling melempar seringai ngeri atas keanehan guru mereka.

"Dasar bego, udah lama nggak jadi manusia, jadi gini."

Ayu bersumpah dia mendengar Calum bergumam seperti itu. Udah lama nggak jadi manusia, dia bilang?

Jadi, Om Calum itu apa?

***

Om CalumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang