13. (Nggak) Apa-apa

90 16 18
                                    

"GUE BUTA!" teriak Ayu tepat didepan wajah roh Om Calum yang walaupun nggak bisa merasakan nafas seharum surga Ayu, namun masih bisa mendengar dengan jelas. Roh Om Calum pun sangat yakin kalau dia masih menjadi manusia, sekarang ini dia sudah tuli temporer. Roh Om Calum langsung menatap Keke dengan prihatin. "TOLONG...GUE BUTA!"

Keke menarik pundak Ayu hingga mereka berhadapan, baru saja Ayu akan mengeluarkan teriakan lainnya saat tangan Keke sudah membekap mulut Ayu. Perlahan tapi pasti, nafas Ayu kembali normal dan matanya nggak lagi membelalak ketakutan, Ayu mulai menyadari siapa yang ada di hadapannya.

"Keke!" pekik Ayu sambil menarik temannya yang sudah dua hari hilang itu kedalam pelukan. Perasaan Ayu bercampur antara senang karena akhirnya bertemu Keke lagi, sedih karena dia gagal menyelamatkan Keke dan malah bergabung dengan Keke didalam penjara, dan masih shock karena dia baru saja bangun di tempat yang super gelap.

"Ayu, lo nggak buta!" Keke menenangkan sambil mengusap-usap punggung Ayu.

Disitu Ayu mulai menangis, awalnya cuma setetes demi setetes tapi lama-lama wajah Ayu banjir dan bahkan sampai membasahi baju Keke yang masih sama sejak terakhir kali mereka bertemu. Ayu pun nggak lupa untuk mengelap ingus disana.

Pikir Ayu, Keke sudah dua hari nggak berganti baju dan selama ini berdiam diri di tempat super menjijikan seperti itu. Jadi apa salahnya sekalian mengotori baju Keke yang sudah kotor.

"Ke, lo nggak apa-apa kan?" tanya Ayu sambil melepas pelukan mereka. Wajahnya yang masih di penuhi air mata tampak khawatir sekaligus merasa bersalah. Tentu saja, Ayu kan salah satu orang yang membuat Keke harus melewati dua hari bagai di neraka sendirian. Keke pikir, Ayu memang seharusnya merasa bersalah.

Keke sebenarnya ingin sekali menjawab kalau dia dengan jelas apa-apa. Entah Ayu dan roh Om Calum sama-sama buta atau bagaimana sampai mereka nggak menyadari betapa apa-apanya Keke. Tapi karena nggak tega melihat airmata Ayu yang hampir bisa di pakai untuk membuat sweater karena saking banyaknya itu, Keke hanya mengangguk sebagai jawaban.

Ayu menarik Keke lagi kedalam pelukan, dan kali dengan bonus cium pipi. Tentu saja itu hanya di maksudkan sebagai tanda kasih sayang antar sahabat. "Maafin gue sama Shere ya, Ke." kata Ayu sambil sesenggukkan. "Kita nggak pernah bermaksud tinggalin lo, kita waktu itu terpaksa."

Keke memutar mata di balik punggung Ayu. Alasan itu sudah terlintas di pikiran Keke ribuan kali dalam waktu luangnya yang sangat panjang saat di sekap di ruang bawah tanah. Mereka mungkin memang nggak bermaksud meninggalkan Keke yang sedang pingsan sendiriran waktu itu, tapi fakta kalau butuh dua hari setengah untuk menjemput Keke masih membuat hatinya terluka.

Tapi... Ayu ada disini sekarang. Gagal menyelamatkan Keke dan malah ikut bergabung di ruangan gelap nan sunyi itu.

"Nggak apa-apa, Yu." Keke berbohong. Lalu tiba-tiba terdengar suara decakan tak jauh dari sana. Keke mendongak dan mendapati roh Om Calum sedang menggeleng-gelengkan kepala. Keke langsung menyentak ke arah roh Om-om itu. "Apa?!"

"Apa, apanya, Ke?" tanya Ayu sambil melepas pelukannya dengan Keke.

"Itu si Om Calum ngeselin banget jadi hantu!" Keke mendelikkan matanya ke tempat roh Om Calum sedang berdiri.

Tanpa Keke duga, hal itu membuat Ayu ketakutan setengah mati. Ayu menggerakan leher dengan sangat perlahan ke arah pandangan Keke tertuju, dan Ayu nggak melihat apa-apa kecuali kegelapan. Ayu kembali melihat Keke dengan penuh kehororan, sulit percaya kalau disini benar-benar ada hantu. Apalagi kata Keke itu hantunya... Om Calum.

"H-hantu, Ke?" tanya Ayu dengan suara hampir hilang. Keke terkejut melihat Ayu tampak ketakutan. Keke menganggukkan kepala sebelum menunjuk roh Om Calum. Sekali lagi Ayu hanya melihat kegelapan yang hampir pekat. "Beneran... ada hantu, Ke?"

"Yah, dia bukan hantu sih, tapi roh. Gue juga nggak ngerti kenapa dia malah jadi hantu tapi badannya masih hidup diatas." Keke mengangkat bahu dengan cuek seolah apa yang baru saja ia katakan adalah hal yang sangat sangat wajar.

"Ke..." Ayu membelalakkan matanya pada Keke sebelum iris cokelat mata Ayu berputar ke belakang lalu tubuh Ayu terjengkang. Sekali lagi, pingsan.

"Dia nggak bisa lihat saya, Ke." roh Om Calum menggeleng-gelengkan kepala. "Dan lihat apa yang udah kamu perbuat, sekarang dia pingsan lagi."

Keke melihat roh Om Calum dengan pandangan super kesal karena telah menumpahkan semua kesalahan pada Keke. Ya, Keke kan mana tahu kalau Ayu nggak bisa lihat roh Om Calum. Keke pikir semua orang bisa melihat roh sialan itu.

---

Lidya dan Shere terburu-buru berlari ke dapur, atau kemungkinan besar suara teriakan yang mereka dengar beberapa saat lalu berasal. Keduanya lupa kalau mereka sedang berselisih.

Yang ada didalam pikiran Shere tentu saja berbeda dengan apa yang Lidya pikirkan. Shere benar-benar ketakutan kalau Ayu sampai di apa-apakan oleh Om Calum. Nasib Keke aja belum jelas masih hidup atau nggak, sekarang di tambah Ayu yang ceroboh. Shere nggak mau kehilangan kedua sahabatnya sekaligus.

Sedangkan apa yang ada di pikiran Lidya adalah, "anak ini nggak mungkin bener kalau Calum nyekap anak cewek yang namanya Keke itu. Nggak. Calum orang baik. Teriakan itu pasti berasal dari anak yang namanya Ayu kepeleset atau jatuh ke lubang kelinci di halaman belakang. Tapi... Calum kan nggak punya kelinci?"

Saat sampai didapur keduanya berhadapan dengan Calum yang tampak marah. Jeans hitam yang ia kenakan tampak kotor, begitupun rambut hitam ikalnya. Api berkobar di kedua Mata cokelat gelapnya, dan baik Shere maupun Lidya hampir dapat melihat asap keluar dari kedua telinga Calum.

"Kamu!" sentak Calum sambil menunjuk Shere, yang di tunjuk secara reflek langsung mundur ke belakang lalu menyembunyikan diri dibelakang tubuh Lidya. Ketakutan. "Kenapa dia masih ada disini sih?! Aku kan udah suruh kamu usir dia!" kata Calum pada Lidya dengan seluruh urat di dahinya yang menegang.

"Nggak usah tarik urat gitu dong mas! Anak ini nyari temennya yang nyelonong masuk ke rumah, siapa namanya? Ayu atau Keke sih? Lupa. Ah, pokoknya itu aja!" Lidya balas berteriak.

Calum memijat pelipisnya sambil memejamkan mata. Om-om itu lalu pergi dari dapur tanpa berkata apa-apa lagi. Lidya menatap pria itu setengah kesal, setengah bingung. Bertanya-tanya sendiri sebenarnya apa yang sedang terjadi diantara kekasihnya dengan ketiga muridnya? Semuanya begitu aneh dan sulit di pahami.

"Lihat, kan? Calum nggak nyekap siapa-siapa disini!" tekan Lidya pada Shere dengan nada penuh kemenangan. Karena disana memang tidak ada lagi pintu menuju ruangan lain kecuali pintu jebakan dibawah kulkas yang keduanya sama sekali belum ketahui.

Ya, Lidya belum tahu soal itu, karena selama dua hari kunjungannya dia sibuk menata seluruh halaman depan dan belakang hingga tak memliki waktu untuk mengecek hal seremeh pintu jebakan dibawah kulkas. Tapi kita semua tahu kalau di rumah ada pintu jebakan, pasti ada rahasia besar di baliknya.

Shere melihat ke sekeliling lagi mencari tanda-tanda jika Ayu bersembunyi di balik perkakas stainless itu atau sebaginya. Tapi tentu saja, sekurus-kurusnya tubuh Ayu nggak akan muat kalau bersembunyi di balik wajan atau panci stainless. Dan satu fakta lainnya kalau Ayu nggak kurus, tapi nggak gendut juga.

"Tan, aku kasih tahu sesuatu ya. Pacar tante itu psiko, sumpah. Sebelum sekap Keke, dia berusaha racunin kita bertiga pake es krim cokelat yang nggak berdosa, tapi karena Keke yang pertama kali makan, jadi dia yang pingsan duluan. Aku nggak tahu nih Keke masih hidup atau udah... udah...-" Shere nggak bisa melanjutkan kata-katanya, jantungnya melewatkan satu detakan, dan matanya mulai berair.

Benar juga, Shere masih belum tahu apakah Keke masih ada di dunia ini atau nggak? Dan sekarang nasib Ayu pun nggak jelas. Shere kembali menatap Lidya dengan penuh harap agar Lidya memberitahu dimana Calum menyembunyikan kedua temannya, tapi Lidya pun sama tidak tahunya dengan Sherepia.

Lidya yang khawatir melihat Shere langsung menariknya kedalam pelukan, menenangkan anak itu. Lidya masih bimbang apakah semua ini benar atau akal-akalan bocah tengil itu saja, tapi matanya mengatakan kalau ia berkata sungguh-sungguh.

"Oh, tebak siapa yang bakal gabung sama Ayu dan Keke di kuburan?" pertanyaan horor itu datang dari arah pintu dimana Calum berdiri dengan peralatan penyekapan yang sama seperti waktu itu; lakban super besar, tambang, dan sebuah botol dengan tanda X besar merah di badannya.

Om CalumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang