5. Calum Itu Apa?

190 26 40
                                    

Jadi, om Calum itu apa?

Pertanyaan itu terus berputar di kepala Ayu sampai mereka duduk di sebuah sofa butut yang motifnya sangat bertabrakan dengan keadaan sekitar. Ayu mengedarkan pandangan, dari mulai atap yang masih di penuhi sarang laba-laba dan jamur sampai ke tangga kayu kropos yang mengarah ke lantai dua.

Ayu heran bagaimana Om Calum bisa bertahan di tempat sesuram ini. Shere dan Keke pun tampak biasa saja dengan bau tengik yang menguar dari sofa. Kalau Ayu, lebih baik tinggal di kolong jembatan daripada di rumah angker gini.

Eh, tapi nggak deng. Ayu mau tinggal sama Ibu dan Bapak aja.

Baru saja Ayu akan memberitahu kedua temannya tentang apa yang beberapa saat lalu ia dengar, Om Calum tiba-tiba menjatuhkan pantatnya di sebelah Ayu. Membuat gadis itu berjengit seketika.

"Eh, gue--maksudnya aku, eh, saya nggak gigit kok." kata Om Calum pada Ayu dengan seringai lebar yang malah membuat Ayu semakin gusar.

"Om, ini sofanya memang cuma ada satu, ya?" tanya Shere lantang, masih sambil memandang sekeliling. Keke yang duduk tepat di sebelah Shere langsung menggeplak pahanya keras. "Aw! Apaan sih?"

Keke hanya memelototi Shere.

Calum yang tampak biasa saja atas pertanyaan Shere hanya mengangkat bahu. "Yah... dia miskin kali jadi nggak mampu beli satu set sofa ruang tamu." jawab Calum santai sambil mengelus-elus sandaran tangan sofa butut itu.

Sontak ketiganya mengernyitkan dahi pas mendengar ucapan Calum. "Dia... siapa Om?" tanya Keke.

"Dia? Eh, maksudnya gue... ngh... saya." Calum menggaruk-garuk rambut hitamnya yang sudah berantakan. "Kalian mau minum apa nih?"

Sekarang Calum berdiri lalu berjalan menuju dapur sambil menggaruk-garuk bagian dalam celananya. Membuat tiga remaja itu langsung mengernyit jijik.

"Mau minum ap--eh, hehehe." begitu sadar kalau dia sedang melakukan sesuatu yang nggak banget, Calum langsung menarik tangannya keluar dari celana lalu mengelapnya pada tembok. Dan hal itu sukses mempertahankan ekspresi jijik di wajah Ayu, Shere dan Keke.

"Uh, a-air putih aja cukup kok Om." jawab Keke kaku. Calum mengangguk-angguk lalu mengacungkan satu jempolnya sebelum berlalu ke dapur.

"Dia kok aneh," kata Shere menatap Ayu dan Keke dengan wajah bingung. Baik Keke maupun Ayu hanya bisa menggelengkan kepala.

Nggak sampai lima menit kemudian, Calum kembali dari dapur. Tapi tangan yang seharusnya membawa nampan berisi gelas-gelas air putih malah terayun pelan di samping badannya saat dia berjalan.

"Guys, ternyata gue--eh, saya--nggak punya air minum. Dan saya baru sadar kalau dari kemarin belum makan, hehehe." Calum terkekeh sendiri seolah apa yang baru dia katakan adalah hal seremeh 'gue baru sadar kalau tadi malem gue kelewatan nonton tayangan ulang GGS'.

Ayu, Shere dan Keke saling melempar pandangan keget. Sampai akhirnya Shere adalah orang pertama yang mampu menguasai diri dari keterkejutan. "Oh, kalau gitu, nggak apa-apa Om kita langsung aja mulai lesnya."

"Les?" Calum tampak kebingungan lagi. "Gue--maksudnya, saya--mau beli minum dulu aja. Kalian tunggu sini ya!" Calum langsung berjalan menuju pintu, tanpa menyadari kalau penampilannya sangat salah untuk keluar rumah.

"Om?" panggil Keke.

"Iya?" Calum membalikkan badan dengan senyum lebar di wajahnya.

"Om, nggak mau cuci muka sama ganti baju dulu?"

Calum langsung melihat ke badannya lalu menepuk jidat keras. "Aduh, kebiasaan nggak kelihatan sih." gumam Calum cukup keras untuk di dengar ketiga remaja itu.

Om CalumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang