Gue, kak Lidya dan kak Ve lagi duduk disofa nonton tv. Tumben banget kan kita bisa akur gini. Kompak nonton acara tv yang sama tanpa ada peperangan. Yah, jangan sampe aja sih si Zara ikutan, karena dia itu pemicu munculnya perang saudara.
Bokap gue udah balik ke Jepang. Bokap cuman tidur dirumah selama dua malam disini. Yah, mau gimana lagi, salah satu rekannya disana udah nyuruh bokap gue untuk balik lagi, biar bisa langsung ngejalanin shootingnya.
Nyokap juga ikut nemenin ke Jepang, tapi cuman tiga hari doang. Katanya. Dengan alesan biar bokap gue gak jajan ditengah jalan. Lul.
Gue, sebagai satu-satunya pria tangguh diantara kaum hawa yang butuh perlindungan dan belaian dari kaum adam, ditugaskan untuk menjaga mereka, tanpa belaian. Kecuali kalo kepepet. Maksudnya kalo ada yang lagi nangis gitu kita harus ngebelai dia biar diem.
"Kak, gak ada yang laper apa?" tanya gue.
Kedua kakak gue dengan kompak menggeleng.
"Kak Ve masak apa?" tanya gue.
"Ikan asin tadi siang," jawabnya.
"Yah, ya udah temenin Niko yuk keluar beli nasi goreng?" ajak gue.
"Enggak ah, males," balas kak Ve lalu menaikkan kakinya keatas sofa.
"Oi ceweknya om-om!" panggil gue.
"Apaan sih?" balas kak Lidya.
"Lah ngaku dia kalo ceweknya om-om," ucap gue sambil ketawa.
"Berisik, lagi fokus nonton juga," ucap kak Lidya.
"Temenin gue lah kedepan, beli nasgor," ajak gue.
"Gak, capek tau gak tadi abis rapat osis sampe sore gitu," tolak kak Lidya lalu menyenderkan kepalanya ke bahu kak Ve. Kak Ve kemudian menyenderkan kepalanya ke kepala Lidya.
Gue menghela nafas melihat mereka yang malah ndusel-ndusel kayak kucing itu. Gue berjalan menuju pintu kamar Zara.
"Dek! Mau ikut kakak beli nasi goreng gak?" tanya gue dari luar.
"Enggak! Aku besok ada ulangan!" teriak Zara dari dalem.
Yah, ya udah deh gue sendirian aja.
"Niko kedepan dulu ya beli nasi goreng," ucap gue ke kedua kakak gue yang masih asik ndusel-ndusel bareng.
"Nitip!" ucap mereka berdua sambil noleh ke gue dengan kompaknya.
"Gue telornya dadar! Bilangin ke abangnya, gue suka beli disana tapi selalu aja dicampur telornya!" ucap kak Lidya.
"Kakak jangan pedes-pedes ya, telornya terserah mau dicampur atau enggak," ucap kak Ve.
Si anjir...
"Kaaaak! Zara kwetiaw aja ya! Jangan pedes! Kecapnya banyakin!"
Bocah juga ngapain ikutan, belajar mah belajar aja!
"Ya seenggaknya temenin gue kek, masa gue sendirian," ucap gue dengan males.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sobat Kebiri Kimia
FanfictionNiko ingin menjadi pemilik studio JAV. Tetapi sang pujaan hati ingin dia bekerja di bidang lain. Akankah Niko bertahan dengan cita-citanya atau keinginan sang pujaan hati?