3. Ospek part 2

1.5K 73 24
                                    

Bener-bener kebangetan jadi kakak. Udah bangun telat, mandinya lama, eh pake sarapan dulu lagi. Gak tau apa kalo ini tuh lagi ospek. OSPEK!

Iya dia enak ketua osis sekaligus ketua panitia ospek, telat gak masalah. Lah gua pesertanya! Gue udah gak percaya kalo ada yang macem-macem suruh ngadu ke dia. Kemarin aja gue bawa motor kan yang nyuruh dia, eh malah gue di aduin ke salah satu anak buahnya. Kebangetan emang.

"Sempet-sempetnya lu makan," ucap gue begitu dia naik ke jok motor.

"Daripada gue pingsan entar," balas kak Lidya.

Gue langsung ngegas motor gue ke sekolah. Kali ini gak ada kakak senior yang mantengin di depan gerbang, jadi gue merasa cukup aman ngebawa motor ke dalem. Tapi, gue tetep gak enak sama peserta yang lainnya. Masa cuman gue doang yang bawa motor.

"Entar tungguin gue ya pulangnya," ucap kak Lidya.

"Ogah," balas gue langsung ngacir menuju lapangan.

Di lapangan udah disiapin papan bernomer masing-masing gugus. Gue pun baris sesuai dengan gugus gue.

Ospek pada hari ini cuman untuk ngenalin kehidupan sekolah, fasilitas-fasilitas sekolah dan pengenalan terhadap guru-guru yang mengajar. Begitu pengumuman itu selesai disampaikan, kak Roni dan kak Adam menggiring kami, gugus 4 untuk keliling sekolah.

"Yaak! Disebelah kanan bisa dilihat deretan kelas gugus kalian, yang nantinya dijadikan deretan untuk kelas X," jelas kak Adam.

"Di sebelah kiri, ada hutan kecil. Dengan adanya hutan kecil disebrang kalian, sekolah berharap kalian tidak jenuh terhadap pelajaran sekolah," lanjut kak Adam.

"Tapi, tetep aja jenuh, serius deh," ucap kak Roni.

"Bener!" tegas kak Adam.

Kak Adam dan kak Roni memang pinter. Kami dibawa keliling sekolah seperti sedang bertamasya. Perjalanan pun terasa menyenangkan. Sehingga kami lupa kalau ternyata ini ospek. Mungkin mereka berdua cocok jadi tour guide.

"Yak! Dan ini adalah tempat yang paling asik, yaitu kantin," ucap kak Roni lalu berlari menuju salah satu kedai minuman.

"Woi Ron! Gua es teh ya!" teriak kak Adam.

"Siaaap!"

Wah sialan, mereka malah minum pas lagi tugas. Mesti di laporin ke kak Lidya ini.

"Kalian mau minum gak?" tanya kak Adam.

"Maaauuu!" jawab kami kompak.

"Ron! Es teh buat mereka!" teriak kak Adam.

"Siaaap!"

Nah kalo gini gak jadi gue laporin. Tak perlu nunggu lama, es teh pun tiba. Kami minum dengan santainya sambil kak Roni ngejelasin ada makanan apa aja di kantin ini, terus nama penjualnya siapa aja. Lengkap bener pokoknya.

Sewaktu kak Roni jelasin tentang kantin, gugus 3 lewat depan kami. Mereka pada ngeliatin kita yang lagi pada minum. Hehe, kasihan mereka, kayaknya pengen juga. Soalnya gue liat jakunnya pada naik turun.

"Oke, es tehnya 2000 ya, ayo sini duitnya," minta kak Roni.

Anjir.

"Lah bukannya ditraktir?" protes Gilang.

"Enak aja, mana punya duit gue nraktir kalian," balas kak Roni.

"Udah sini duitnya," minta kak Roni lalu berjalan menagih kami uang es teh.

Si anjer, botak sialan.

***

Kami sampai di ruang perpustakaan. Banyak banget lemari buku disini. Semua buku ditata rapih banget. Di pinggir lemari tertulis itu lemari bagian buku apa.

Sobat Kebiri KimiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang