15. Jalan

919 77 58
                                    

Cerita yang akan gue ceritain kali ini, mungkin akan terdengar sangat-sangat laknat diawal. Kenapa? Aih, gue aja males kalo nginget lagi.

Jadi begini, kemarin Melody secara tiba-tiba nyulik gue. Enggak, dia udah gak ngiket gue lagi kayak pertama kali dia nyulik gue. Kali ini dia nyuliknya lebih alus. Tapi ngeselin. Iyalah, orang lagi nonton asoy-asoy berjamaah diganggu.

Melody mengajak gue menuju kantin. Disana dia beliin gue jus jeruk. Tumben kan dia baik begini? Nah ini yang gue takutin. Ketika orang yang baik tiba-tiba jadi jahat, ketika orang yang doyan banget ngomong tiba-tiba jadi pendiem, dan orang kayak Melody yang tiba-tiba traktir gue kayak begini, itu pasti ada sesuatu. Halah berprasangka buruk mulu lo ah.

Enggak, khusus buat Melody, gue emang punya prasangka yang buruk. Sewaktu gue minum itu jus jeruk, dia terus natap gue. Namanya cowok ditatap sama cewek sebening Melody siapa yang gak gugup sih?

"Kenapa?" tanya gue.

Dia malah makin tersenyum.

"Lah gila nih orang," ucap gue.

Duk!

Anjir kaki gue ditendang. Jahatnya masih ada ternyata. Oke, kadar prasangka buruk gue sedikit menurun.

Setelah jus jeruk gue habis, itu ketua laknat tetep aja senyum ke gue. Fix, nih anak sakit kayaknya. Emang udah sakit sih sebelum sakit.

"Kenapa sih kak?" tanya gue.

Dia menggelengkan kepala.

"Seriusan? Ya udah, gue balik ya," ucap gue.

"Lo angkat pantat lo sekarang, siap-siap aja nanti pas ekskul," ancamnya.

Wah ini baru Melody yang gue kenal. Gue pun gak jadi berdiri dan melanjutkan untuk duduk-duduk gabut di kantin sama nih hobbit satu.

"Nik..."

"Hah?"

"Jadi pacar gue," ucapnya langsung to the point.

"..."

"..."

"..."

"Enggak."

Gila aja nih cewek. Tiba-tiba nyuruh gue buat jadi pacar dia. Yang ada jadi budak dia nanti.

"Kok enggak mau?" tanyanya.

"Lu jelek," jawab gue cepet.

Dah, mending gue cabut. Gue bakal kena banyak masalah nih sama dia. Pertama, gue nolak dia. Kedua, gue ngatain dia. Jadi, daripada di laknat, mending gue ngungsi duluan.

Pas gue udah deket sama kelas, Melody tiba-tiba dateng sambil lari dari belakang gue.

"Please! Mau ya?" ucapnya.

"Kagak, apaan sih kak, gue udah punya pacar," balas gue.

"Oh ya? Viny?" tanya dia.

"Iya," jawab gue.

"Mana buktinya?" tanya dia lagi.

"Ngapain pake bukti-bukti segala?" tanya gue balik.

"Ya, biar gue percaya," jawabnya.

"Ya udah ayo," ucap gue lalu berjalan masuk ke kelas.

"Eh! Tunggu!" tahannya sambil narik lengan gue keluar dari kelas lagi.

"Gini deh..." ucapnya.

"Lo putusin Viny, jadi pacar gue, lo gak usah foto Lidya, gimana?" tawarnya.

Sobat Kebiri KimiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang