17. Jingga Oh Jingga

864 77 84
                                    

Hari yang cerah untuk memulai sekolah. Jalanan entah kenapa lancar banget. Kak Lidya yang biasanya susah dibangunin jadi gampang bangun. Zara yang biasanya teriak-teriak gara-gara mandi air dingin tiba-tiba diem. Kak Veranda yang selalu masakin telur dadar buat sarapan tadi nanyain mau sarapan apa. Dan nyokap gue yang biasanya bangun tidur langsung ke depan tv tadi tiba-tiba langsung keluar rumah dengan alasan mau jogging.

Ya baguslah, berarti ada kemajuan.

Setelah memarkirkan motor, gue berjalan beriringan masuk sekolah bersama kak Lidya. Kami berpisah di tangga seperti biasa. Sebelum berpisah kak Lidya memberi semangat terhadap gue.

Yap! Semangat untuk menjalani hari ini dan tantangan laknat yang katanya dari mantannya si ketua laknat. Gue berjala menuju kelas gue dengan santainya. Beberapa orang yang gue lewatin tampak ngeliatin gue. Ada juga yang lagi ketawa-ketawa tiba-tiba diem dan melototin gue. Dih, sentimen tuh bocah?

Gue pun berbelok kedalam kelas. Dan saat itu kelas tumben-tumbennya udah rame. Gue langsung berjalan ke tempat duduk gue. Dan saat itu juga, para laki-laki hina langsung ngerubutin meja gue.

"Heh! Ceritain kenapa bisa sama Melody!" suruh Gilang.

"Iya ceritain sekarang! Seru ini pasti," sambar Jafro.

Viny yang saat itu duduk disebelah gue diseret-seret sama mereka biar pindah tempat duduk. Njir, kejam amat nih anak-anak. Setelah mereka mengambil posisi terenak mereka, gue mulai cerita. Desy yang kebetulan baru dateng langsung loncatin mejanya dan duduk dimeja depan gue. Gila tuh anak.

"Di kantin, gue jadian sama Melody, tamat," ucap gue.

Semuanya pun kaget. Si Gilang teriak-teriak, Jafro sama Guntoro jambak-jambakan, Luki ngiler, si Agung batuk TBC dan Tio mendadak step. Oke, terlalu lebay. Intinya mereka kaget.

"Lu tau kan konsekuensinya apaan?" tanya Gilang.

"Tau gua, santai aja sih mantan doang elah," jawab gue.

"Mantannya serem-serem! Lu gak takut?" tanya Gilang lagi.

"Lu tau mantannya yang mana?" tanya gue.

"Kagak," jawab Gilang.

"Kok lu tau serem darimana?" tanya gue.

"Dari cerita anak-anak," jawab Gilang.

"Anak-anak siapa?" tanya gue.

"Anak-anak sekolah lah!" jawab Gilang.

"Halah, gua gak percaya kalo gua belum liat pake mata gua sendiri," balas gue.

"Yeee, batu nih anak dibilangin," ucap Gilang.

Tiba-tiba sebuah botol menghantam kepala gue. Anjir siapa nih. Gue langsung liat keluar dari jendela di belakang gue. Sepi, terus siapa yang ngelempar?

Gue pun melihat botol yang terisi dengan beras di lantai. Gue mengambilnya dan membuka botol itu.

"Ini maksudnya apaan dikasih beras?" tanya gue.

"Gak tau, tapi coba keluarin berasnya, siapa tau ada sesuatu," usul Agung.

Gue pun menerima usulan Agung dan menumpahkan seluruh berasnya di atas meja. Bener aja, diantara tumpukan beras itu terselip kertas kecil yang digulung dengan rapih. Gue mengambilnya dan semuanya pun mendekatkan diri ke kertas itu.

Gue membuka kertas itu perlahan.

Deg deg deg deg

Semuanya pada antusias nungguin isi dari kertas yang gue pegang.

Sobat Kebiri KimiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang