Pagi ini aku pergi kembali kerumah sakit. Aku membawa sarapan untuk bibi. Karna bibi semalaman tidak ingin ikut pulang ke rumah mama Prita dan lebih memilih untuk menjaga mama di rumah sakit. Bibi menyuruhku kembali ke rumah mama Prita karna Vello lebih membutuhkanku. Aku sangat berhutang budi pada bibi. Ia sangat menjaga mama bukan sekedar berkerja denganku, tapi benar-benar menganggap kami saudaranya.
Aku dan Vello menggeser pintu rumah sakit dan melihat bibi yang sedang tertidur di sofa. Sofa itu terlalu kecil sehingga kaki bibi harus di tekuk, dan bibi hanya menggunakan kain Bali untuk di jadikan selimut.
Ketika bibi sudah bangun dan mama akan menjalankan theraphy tiba-tiba pintu terbuka dan aku kaget melihat siapa yang datang.
Vigo.
Ia masuk lalu menghampiri mama, “Pagi ma. mau theraphy ya? Semangat yaa..”
Aku melihat ekor mata mama tersenyum melihat kedatangan Vigo.
“Ngapain kamu disini?” tanyaku
“Jengguk mamalah, ngapain lagi?”
“Kok tau mama disini?”
“Tadi aku ke café trus Nana bilang kalian di sini yauda aku kesini. Kok kamu ga bilang mama mau theraphy?”
“Ngapain juga aku bilang ke kamu?”
“Bun, katanya mau pergi.”
“Oh iya, yaudah yuk”
Aku mengambil tas dan menemani mama dan bibi keluar untuk theraphy, sedangkan Vigo membantu menuntun mama. Setelah melihat mama sudah masuk ke dalam ruang theraphy aku dan Vello berniat meninggalkan ruangan itu.
“Mau kemana La?”
“Mau beli kasur lipet sama selimut buat bibi. Kenapa?”
“Aku anterin ya?”
“Asik om Vigo ikut.” Celetuk Vello.
“Lah, emang bunda bilang om Vigo boleh ikut?”
“Emang om Vigo ga boleh ikut bun?”
Aku melihat ke arah Vigo, aku sudah melihat puupy facenya. Aku heran kenapa Vigo tidak bekerja padahal sekarang bukan hari libur.
“Kamu ga kerja?”
“Aku baru pulang dari dinas ke luar kota 2 minggu. Jadi aku minta libur 2 hari.” Aku mengangguk, ternyata Vigo pergi dinas keluar kota sehingga kami tidak bertemu 2 minggu. Hei, perasaan apa pula yang sedang aku rasakan? Perasaan lega dan sedikit bahagia menyelimutiku sekarang.
“Trus ngapain ke sini? Dapet libur kok bukannya istirahat?”
“Tadinya mau, trus aku mau ketemu Vello mau ajak dia main sekalian refreshing gitu, eh pas aku kesana denger kamu di Jakarta trus aku susulin deh.”
Tidak terasa aku sudah berada di luar mobil Vigo dan membukakan pintu untuk Vello masuk setelah itu aku duduk di sebelah Vigo.
“Wah, mobil om Vigo besar ya Bun. Kalau mobil kita kan kecil ya bun.” Ucap Vello setelah masuk dan Vigo menyalakan mobilnya. Ya jelas saja mobilku kecil jika di bandingkan Vigo. mobilku Brio dan Vigo menggunakan Pajero keluaran terbaru.
“Iya, kamu seneng kan naik mobil om?” kata Vigo sambil membelokan setirnya menuju loket parkir.
“Seneng om. Kalau mobil bunda kan kecil, sedangkan mobil om gede. Nanti Vello gede, Vello mau mobil kaya om.”
“Vello, bersyukur dong nak.” Ucapku.
“Iya bun, Vello bersyukur tapi kan Vello Cuma bilang mau punya mobil kaya Om Vigo.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love
Chick-LitMenjadi janda selama 6 tahun bukanlah hal yang mudah untuk Gisella Isabel. Di umur yang baru menginjak 29 tahun ia berjuang sendiri menghidupi ibu yang tidak sempurna dan seorang anak berumur 5 tahun sudah membuatnya bahagia. Kebahagian yang ia ras...