Vigo sedang melihat pantulan dirinya di cermin. Ia di minta menemani mama Prita untuk menghadiri acara. Vigo sendiri heran kenapa mamanya meminta ia untuk menemaninya lagi, padahal Vigo tau betul mamanya sudah meminta Gisella untuk menemaninya juga.Penampilannya hari ini sedikit santai. Ia menggunakan kemeja putih dengan kancing paling atas dibuka lalu di balut dengan jas abu-abu. Terlihat simple memang.
Vigo pulang tadi pagi setelah sarapan dirumah Gisella. Ia dan Gisella tidak berbicara apapun setelah kejadian semalam. Perkataan Gisella masih menjadi pikirannya sekarang. Gisella juga memutuskan untuk datang ke rumah mama Prita sendiri menggunakan mobilnya. Jadi Vigo pulang pagi hari. Mungkin ini alasan Gisella agar tidak canggung setelah perkataannya tadi malam.
Setelah melihat penampilan yang cukup rapi, ia mengambil kunci mobil dan pergi dari apartemennya dan menuju ke rumah mamanya.
Jarak apartemen dan rumah mamanya tidak terlalu jauh hanya menempuh 15 menit jika tidak macet. Sebenarnya mama Prita sangat berharap Vigo ingin kembali ke rumah mamanya karna ia kesepian. Mungkin karna kesepian itu, mama Prita senang sekali ketika bertemu kembali dengan Gisella terlebih lagi Vello. ah mengingat anak itu, aku jadi rindu. Meskipun ia bukan anakku atau sepupuku, tapi dengan semua yang ada di Vello membuatku menyukainya, bahkan aku ingin selalu berada di dekatnya.
Ketika sampai dirumah mama Prita aku tidak melihat mobil Gisella. Mungkin ia belum datang karna masih ada waktu 1 jam sebelum pesta di mulai. Aku memasuki rumah dan sepi.
“Maaaa.. Maaaa” aku setengah berteriak agar mama mendengar suaraku.
“Yaa, kenapa sih teriak-teriak Go?” ucap mama sambil membuka pintu kamarnya. Aku melihat ia masih menggunakan roll rambut di kepalanya, meskipun muka mama sudah di balut oleh makeup.
“iseng ma. lagian sepi banget.” Ucapku sambil masuk ke kamar mama. Mama melanjutnya aktivitasnya.
“Makannya mama kesepian, kamu aja baru dateng udah ngerasain. Kasih mama cucu dong makanya.”
“Lah istri aja ga ada gimana kasih cucu. Skandal dong nanti.”
“Ya lagian waktu punya istri di anggurin, sekarang ga ada istri malah nyari.”
“Yee.. oh ya ma. Ella belum dateng?”
“Belum, sebentar lagi mungkin.”
Ting… Tong…
“Nah itu dia Go. Buka pintu cepet sana.”
“Iyaa.. Iyaa..”
Vigo berjalan keluar kamar mama Prita dan berjalan mengarah pintu. Ia membuka pintu dan terpesona dengan wanita di depannya. Gisella. Ia sangat cantik, baju warna pink nude dengan brukat Sabrina, makeup simple yang memberikan ia aura cantik, sepatu senada dan clutch senada.
“Sampe kapan ngeliatin aku begitu?” ucap Gisella, ia risih Vigo melihat ia seperti itu. Apa ada yang salah dengan penampilannya?
“Masuk, mama belum selesai.” Gisella mengangguk dan masuk. Ia duduk di ruang tamu.
Tidak lama mama keluar dan mengajak kami jalan. Selama perjalanan Gisella duduk di sampingku. Mama dan Gisella sedang ngobrol membicaraan Vello. Vigo melihat jika mama Prita menyayangi Vello seperti cucunya sendiri.
30 menit setelah menempuh perjalanan mereka sampai di sebuah hotel mewah di bilangan Jakarta Selatan. Mereka turun dan langsung menuju ballroom acara tersebut.
Ketika sudah sampai di ballroom, mama Prita terlihat menyapa teman-temannya, sedangkan Vigo dan Gisella hanya mengekori saja. Karna memang mereka berdua hanya menemani nyonya besar ke acara tersebut.
“Prit, ini mantu kamu? Cantik ya. Vigo nya ganteng istrinya cantik. Lengkap deh.”
“Iya Prit, seneng dong. Kalau belum jadi mantumu, sudah pasti kukenalkan pada anakku Prit.”
Gisella hanya tersenyum mendengar perkataan teman mama Prita, sedangkan Vigo sudah menekuk mukanya. Vigo badmood setengah mati dengan kata-kata itu. Kenapa? Karna memang Gisella sekarang bukan istrinya lagi, dan teman mama sudah berencana mengenalkan untuk anaknya. Ia kira menjodohkan orang bisa seenaknya.
“Ah, iya nih mantuku memang cantik. Aku beruntung banget dia jadi mantuku udah cantik, pinter masak, pinter urus anak lagi. Kurang apa coba?” ucap mama. Ha? Menantunya? Bukannya mama Cuma punya 2 anak Kak Viella dan Vigo? jadi yang di maksud mama tuh apa, menantunya dari mana. Vigo dan Gisella kan sudah bercerai. Lagi-lagi Gisella hanya tersenyum, senyuman manis andalannya. Senyuman itu bisa membuat laki-laki luluh! Aku benci jika senyuman itu di berikan ke laki-laki lain.
Ada apa dengan mu Vigo? kenapa jadi sewot dengan senyuman Gisella?
Mama meikmati acaranya, sedangkan Gisella juga menikmatinya. Sesekali ia ikut dalam pembicaraan bersama teman mama Prita. Vigo? tidak usah di bilang, ia badmood setengah mati karna semua mata laki-laki melihat kearah Gisella. Rasanya Vigo ingin menusuk mata-mata yang jelalatan.
“Kenapa kamu?” Tanya Gisella pada Vigo.
“Bosen.” Ucap Vigo singkat.
Gisella melihat tingkah Vigo yang seperti tidak nyaman dengan acara ini. Entah apa yang ia pikirkan, kenapa juga Gisella harus memikirkan apa yang dipikiran Vigo.
“Ma, Vigo ke toilet dulu.” Ucapnya pada mama.
Mama hanya mengangguk karna ia sedang berbicara dengan salah satu perancang busana terkenal, dan momen untuk berbincang dengan designer ini sangat langkah. Gisella pun ikut dalam pembicaraan tersebut.
Ketika Vigo kembali dari toilet, mama Prita mengajaknya untuk pulang karna acara sudah hampir selesai. Mama Prita selalu seperti ini jika datang keacara temannya, pulang ketika acara hampir selesai, dengan alasan ia tidak mau berlama-lama ngantre di parkiran untuk keluar.
Ketika mereka bertiga sedang jalan keluar dari ballroom, seseorang memangiil mereka.
“Vigo!” Vigo mencari sumber suara tersebut dan betapa kagetnya jika Daniel lah yang memanggil mereka.
“Loh, Gisel? Kok kamu bisa disini? Sama Vigo dan mama lagi.” Daniel memang memanggil mama Prita sebutan mama karna mereka memang sudah dekat sejak dulu.
“Loh, kamu kenal Ella Dan?” ucap mama
“Ella?” kening Daniel menyerngit. “Gisella maksud nya mama?”
“Iya ma, Daniel itu dokter theraphy mama dulu. Jadi aku kenal Daniel.” Ucap Gisella.
“Mama? Kamu kok manggil mama Vigo mama sih?” ucap Daniel.
“Biar gue jelasin Dan.” Ucap Vigo serak.
“Jadi lo deketin Gisella? Kan lo tau gue suka dia Go. Gue kenalin lo trus lo tikung gue?” ucap Daniel sedikit meninggi.
“Ini ada apa? Kok jadi emosi?” ucap mama Prita.
“ Daniel suka sama Gisel ma dan waktu itu aku kenalin Gisel ke Vigo trus sekarang kok jadi begini.” Ucap Daniel bingung.
“Udah Dan, lo ikut gue. Biar gue jelasin.” Ucap Vigo merangkul bahu Daniel. Tapi Daniel menepisnya.
“Maksudnya apa ini Sel? Kamu tolak aku karna Vigo?” ucap Daniel ke Gisella.
“Udah.. Udah lebih baik Daniel ke rumah mama. Kita selesaikan semua dirumah. Malu di lihat orang.”
Gisella menurut ketika tangannya di tuntun oleh mama. Ia sendiri tidak takut jika Daniel mengetahui siapa ia sebenarnya, tapi Vigo laki-laki itu terlihat sangat takut dan gugup.
“Sini aku aja yang nyetir.” Gisella mengambil kunci mobil dan mengemudikan mobil Vigo dengan hati-hati.
Selama di perjalanan mereka bertiga asik dengan pikiran masing-masing. Terutama Vigo. Gisella tau jika ia sangat memikirkan perasaan sahabatnya itu, tapi semua memang sudah terjadi dan yang bisa mereka lakukan adalah menghadapi dan menjelaskan semua ke Daniel. Biar bagaimanapun Daniel harus tau apa yang sebenarnya terjadi.
Sedangkan Gisella ia sangat tenang dan memang ini yang ia mau menjelaskan pada Daniel secara jelas agar semua tidak terjadi salah paham lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love
ChickLitMenjadi janda selama 6 tahun bukanlah hal yang mudah untuk Gisella Isabel. Di umur yang baru menginjak 29 tahun ia berjuang sendiri menghidupi ibu yang tidak sempurna dan seorang anak berumur 5 tahun sudah membuatnya bahagia. Kebahagian yang ia ras...