Aku menelpon mama Prita untuk memberi tau jika aku akan terlambat karna Vello yang ngerengek tidak mau sekolah. Alhasil aku menceritakan semuanya pada mama.
"Yaudah ga apa La. Kesininya sorean aja ya abis anter Vello. Nanti kabarin mama lagi ya nak."
Setelah itu aku mematikan sambungan dan segera turun.
Di meja makan sudah ada Vello dan Vigo dan beserta bubur yang bibi beli tadi. Kami b3 duduk dan sarapan, Vello sudah kembali dengan mood yang super baik. Becanda bersama Vigo dan tertawa. Aku sebenarnya merasa bersalah pada Vello tapi aku tidak bisa berkata apa-apa karna memang kenyataan nya aku belum bisa menerima laki-laki selain Vigo.
"Bunda."
"Ya Vel?"
"Vello minta maaf bun, udah bikin bunda sedih." Velli langsung memelukku dengan erat.
"Iya, jangan di ulangi ya sayang? Bukannya bunda gamau kasih Vello papa, tapi bunda belum ketemu yang pas sama bunda. Maafin bunda ya?"
"Iya bun. Vello ngerti kok. Kata om Vigo kalau cari ayah buat Vello berarti cari suami buat bunda untuk selamanya, kalau salah pilih bunda bisa sedih trus. Vello gamau bunda sedih." Aku melihat ke arah Vigo, ia tersenyum tulus. Aku jadi tidak enak tadi sempat marah padanya.
Setelah berdrama ria di meja makan, akhirnya kami berada di dalam mobil untuk hadir di acara sekolah Vello.
"Asik naik mobil gede lagi."
"Nanti om sering-sering ajak kamu pergi ya Vel. Biar ga bosen dirumah kalau bunda lagi kerja."
"Horee.. Horee.."
"Lah, emangnya kamu ga kerja?"
"Kerja sih, tapi mau jalan-jalan juga sama Vello."
"Aku gamau kamu jalan-jalan sama Vello trus ga kerja lalu bangkrut. Trus minta aku tanggung jawab sama hidup kamu ya!"
"Ya boleh juga tuh di tanggung hidupnya sama kamu."
"Ngaco."
Ketika sampai di sekolah Vello, aku melihat semua teman-teman Vello datang bersama papa mamanya. Aku jadi merasa kasihan sama Vello, mungkin jika aku jadi Vello aku akan merasalan hal yang sama.
Setiap teman-teman Vello menggunakan baju kembaran dengan kedua orang tuanya. Padahl hari ayah kenapa harus juga harus baju yang sama. Lagipula di pikir-pikir modal sekali sekolah Vello mencetak baju ini. Mungkin uang sekolah yang aku bayarkan digunakan dengan baik.
Semua berkumpul di lapangan sekolah. Acara outdoor ini sepertinya akan meriah.
"Morning mom and dad. Kita bakal mulai sekarang ya acaranya. Acaranya berlomba siapa yang bisa menyelesaikan games paling banyak yaaa.. Jadi kalian harus kerja sama dengan baik. Setuju?"
"Setujuu!!" Suara anak-anak mendominasi jawaban yang keluar.
Aku melihat Vello yang asik dan senang berada di sebelah Vigo. Biarlah aku egois memiliki Vigo sebagai ayah vello dalam sehari. Setelah itu aku akan mengembalikannya pada pemiliknya.
**
"Jadi aturan mainnya, disini banyak kubu-kubur dengan berbagai mission. Kalian harus mendapatkan bendera dari semua kubu. Total ada 10 kubu. Setiap kubu beda-beda ya missionnya jadi kalian harus cepat. Mengerti?""Mengerti!" Lagi-lagi suara anak-anak lebih mendominasi. Aku heran bukannya ini bukan hari libur? kenapa orang tua bisa menemani dan tidak bekerja? Atau kah mereka beranggapan anak mereka lebih penting sehingga meninggalkan pekerjaan mereka? Apa sih yang aku pikirkan ngapain juga mikirin urusan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love
Chick-LitMenjadi janda selama 6 tahun bukanlah hal yang mudah untuk Gisella Isabel. Di umur yang baru menginjak 29 tahun ia berjuang sendiri menghidupi ibu yang tidak sempurna dan seorang anak berumur 5 tahun sudah membuatnya bahagia. Kebahagian yang ia ras...