perawat dadakan

39.6K 3K 27
                                    


Aku merasa cahaya mulai mengusik tidurku, ketika aku membuka mata dan mencoba untuk bangun tetapi kepalaku tidak bisa di ajak kerja sama. Kepalaku sakit sekali dan ketika aku memegang keningku dan aku baru menyadari aku terserang demam. Mungkin karna semalam aku kehujanan dan kedinginan.

Aku kembali menutup mataku dan tidak memperdulikan cahaya yang menusuk mataku. Tidak lama aku medengar suara ketukan pintu tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa selain diam dan tetap tidur.

Tok.. tok.. tok..

Aku masih diam, tidak lama suara pintu terbuka dan aku sedikit membuka mataku. Seorang anak laki-laki menghampiriku.

“Bunda, bunda bangun.”

“Hmm..” aku hanya mampu bergumam.

“Bunda sakit ya?” lalu aku merasakan tangan mungil memegang keningku. “Bunda sakit. Panas badannya bun”

Lalu aku mendengar langkah kaki berlari, mungkin Vello mencoba mencari bantuan ke Mama Prita. Tidak lama aku merasakan tangan besar dan hangat menempel pada keningku.

“Iya Vel, bunda demam nih. Bentar ya om ambilin kompresan dulu.” Itu suara Vigo, kenapa bukan meminta bantuan pada mama Prita melainkan pada Vigo?

Lalu aku membuka mata dan melihat Vigo sedang ingin mengompresku. “Lemah kan, kehujanan langsung sakit.”

“Bodo amat.” Jawabku singkat.

“Emangnya bunda kehujanan om?” Tanya Vello dan aku melihat Vigo mengangguk.

“Om, baju bunda basah keringet. Vello mau gantiin baju bunda kalau ga tambah sakit nantinya bundanya.”

“Emang kamu bisa?”

“Ga bisa sih om. Bun, bunda ganti baju dulu.” Aku mencoba berdiri tapi lagi-lagi sakit kepalaku membuat aku tidak bisa berdiri. “Bunda aku bantuin aja, bunda tidur ya.”

“Sini om bantuin.”

“Minta eyang aja Vel bantuin bunda.”

“Eyang pergi bun ketemu temennya tadi pagi-pagi.”

Lalu aku merasakan Vigo ingin membuka bajuku. “aku bisa sendiri, kamu keluar aja dulu.”

“Jangan sok kuat deh La, aku Cuma bantuin aja kok. Ga macem-macem”

“Iya bun, minta om Vigo bantu aja. Om mau bantuin bunda kan?”

“Gamau! Aku bisa sendiri.”

“Jangan aneh-aneh deh di bantuin kok bukannya bilang makasih.”

“Ih, aku bisa sendiri.” Lalu aku mencoba berdiri lagi dan lagi-lagi aku tidak mampu.

“Tuh kan! Udah sini aku bantuin.”

“Yauda bantuinnya tutup mata.”

“Lah gimana caranya bantuin tapi tutup mata?”

“Nanti Vello yang kasih arah.”

“Kalo tutup mata justru nanti kepegang yang ga boleh di pegang.” Aku menonjok lengan Vigo lemah. “Lagian kan aku udah pernah lihat La, ga usah malu.”

“Vigo! ada Vello tau, ngomongnya!”

“Jadi malu gara-gara ada Vello?”

“Ngaco.”

Lalu aku memasrahkan diri untuk di gantikan bajuku oleh Vigo. aku benar-benar malu.

**

Setelah digantikan baju oleh Vigo, aku di suapi makan oleh Vigo lagi dan Vello duduk di sampingku dan aku meminum obatku yang Vigo berikan. Aku pasrahkan diriku hari ini padanya. entah obat yang ia berikan benar atau tidak aku sudah pasrah.

Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang