2• Ide Gila

140K 8.1K 211
                                        

[DUA]

SHANIN terlihat duduk di bangku penumpang, sedangkan matanya nampak memperhatikan keindahan alam dari kaca jendela taksi yang tengah ia naiki. Karna tadi pagi Shanin sempat berpapasan dengan Via, mau tak mau Shanin pergi ke sekolah menaiki taksi, wanita cantik itu tak ingin bila anak gadisnya berjalan kaki sendirian. Berbahaya, katanya.

"Mereka lagi,"

Suara pelan supir taksi di tengah keheningan nampak menyapa telinga Shanin, gadis itu sontak saja mengalihkan pandangannya, "Kenapa, Pak?"

"Itu, anak sekolah berandalan yang hobi nutup jalan,"

Shanin mengernyitkan dahinya mendengar penjelesan Pak Supir yang sulit untuk dicerna diotaknya.

"Anak sekolah berandalan yang hobi nutup jalan?" beo Shanin.

Bapak berkumis tebal itu mengangguk kesal, "Mereka tiap pagi sering berulah di daerah sini, saya heran sama orang tuanya, ko bisa anak-anak nakal gitu di diemin."

Shanin terlihat mengikuti arah pandang Sang supir, pencariannya berakhir pada seorang anak cowok bercelana abu-abu namun pasangannya adalah kaos putih polos yang tengah melemparkan telur mentah pada kaca depan sebuah mobil.

Sontak saja mata Shanin membulat, bukan hanya itu, seseorang lainnya yang sepertinya temannya juga nampak menyembur-nyemburkan minuman dari dalam mulutnya pada mobil-mobil lain yang kini sibuk membunyikan klaksonnya.

Keterkejutan Shanin bertambah ketika ia mendengar seseorang mengetuk kaca di samping kanannya, kedua mata sipit yang tadi sudah mulai membulat kini semakin terbuka begitu maniknya menatap manik seorang cowok berambut abu-abu itu.

"Boo!"

Shanin memundurkan badannya begitu cowok tampan berambut acak-acakan itu terlihat mengagetkannya dengan pelan. Sebuah kerutan muncul di dahi Shanin, ia bukan sibuk memikirkan 'mau apa dia?', namun berfikir 'kayanya Shanin pernah liat ini orang, tapi dimana?'.

Otak Shanin behenti bekerja begitu cowok itu tiba-tiba saja melemparkan gelas plastik berisi kopi di hadapan wajah Shanin. Sontak gadis itu memejamkan matanya takut walau ia tahu kalau dirinya tak akan terkena dikarnakan kaca mobil yang tertutup rapat, dan ketakutan Shanin malah membuat cowok itu tertawa geli kemudian pergi dan melakukan hal yang sama dengan mobil yang berbeda.

"Cuci mobil lagi deh," Ucap Sang supir pasrah yang ikut menyaksikan adegan tadi.

"Mereka ngapain?" tanya Shanin yang kini sudah membuka matanya, menenangkan jantungnya atas perlakuan cowok yang sepertinya berumur sama dengannya itu.

"Iseng, itu ketua genknya." Tunjuk Si Bapak ke salah satu cowok lainnya yang tengah duduk di atas mobil Jeep berwarna hitam yang terparkir tepat di barisan paling awal biang kemacetan ini. Jadi ini yang dimaksud dengan menutup jalan, fikir Shanin.

"Gak ada yang berani ngelawan? Bukannya ini sama aja udah masuk kriminalitas? Bahkan ada yang coret-coret kaca mobil pake piloks," Kata Shanin yang saat ini tengah menatap ke salah satu rombongan anak iseng itu yang tengah sibuk menggambar tengkorak pada kaca mobil seseorang menggunakan piloks berwarna merah.

"Kalo ngelawan mah pasti gak berani, neng. Mereka jago berantem semua. Lagian kejadian ini udah sering. Nanti juga orang tua mereka ganti rugi ke semua mobil yang mereka rusak."

Shanin terlihat mengangguk-anggukan kepala mengerti, namun tatapannya tak luput dari ketua genk yang tadi Pak supir ini bilang.

Cowok itu tampan walau penampilannya yang terkesan urakan. Rambutnya berwarna biru muda yang dibiarkan berantakan, dua tindikan di telinga kanannya terpampang jelas. Baju berwarna putih polos yang dibalut jaket kulit hitam juga terlihat serasi di badannya. Ia terlihat memejamkan matanya sembari mengunyah permen karet, bibirnya nampak menampilkan senyuman seolah menikmati acara live yang saat ini sedang berlangsung di depan matanya.

Shanin's Diary (Open Pre-Order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang