•Special Part ( 3 )

43K 3.3K 438
                                        

[SPECIAL PART]

HEMBUSAN napas kasar nampak menyapa bibir Raynzal kala maniknya menatap wajah babak belur Al.

Sibuk memiringkan wajah cowok cungkring itu ke arah kiri dan kanan, memandangi setiap memar yang mengiasi wajah tampannya.

"Kok bisa sih, goblog?" Kedua kalinya Raynzal bertanya, masih tak habis pikir dengan kelemahan sahabatnya yang satu itu.

Al menjauhkan wajahnya, kembali mengambil es batu yang tadi Steve pintakan dari ibu kantin penjual es kelapa, "Mereka bersembilan, tai."

"Halah, kentut," sambar Steve dengan berdecih meremehkan, kembali menggigit apelnya, "Lawan satu aja juga lo K.O."

Lemparan es batu yang malah Steve tangkap dengan mulutnya itu berhasil menghadirkan cekikikan Richard, "Bangsat emang anak tuyul. Botak aja lo sana!"

"Lagi ngapain lewat jalan sana? Udah tau rame." Arkan berkomentar, masih dengan santainya meminum jus jeruknya di atas meja.

"Kurang belaian banget sampe pengen di tonjokin?" Ikut Derren tanpa mengalihkan pandangannya, sibuk bermain ponsel.

"Eh, monyet-monyet, temen lagi kesusahan, bukannya dibantuin malah diomelin," Al berkata dramatis, memandangi tiap mata di sekelilingnya, "Pada gak punya hati?"

Pertanyaan yang hanya menghadirkan gelak tawa Steve dan Raynzal, "Kayu sama lo juga masih kuatan kayu, dasar ranting."

Kembali dilemparkannya es batu itu yang kali ini berhasil mengenai wajah Steve.

"Berapa orang tadi kata lo?" Arga yang tadi hanya memandangi Al ikut bersuara, mengalihkan perhatian Al dalam hitungan detik.

"Sembilan." Jawab Al dengan mengeluarkan ringisan kecil di endingnya.

"Anjir, udah kayak member Girls Generation."

"Ketuanya pasti bening kayak Taeyeon."

"Demen nih, gue."

Candaan itu keluar dari bibir Raynzal, Arkan dan Steve. Menghadirkan gelak tawa para pendengarnya, namun tidak dengan Al. Wajah datarnya nampak membakar ke tiga orang itu.

"Seriusan gue, tai." Geramnya gemas.

Sedangkan Arga, terlihat mengambil topi miliknya sebelum memakainya. Lalu cowok itu terlihat meraih kunci motornya di atas meja kantin.

"Cabut." Cowok itu bersuara, kemudian beranjak.

Disusul Raynzal, Steve, Arkan, Derren, dan Richard. Tidak dengan Al yang masih mematung di tempatnya, "Pada mau kemana?"

Raynzal menoleh, menatap Al yang juga belum beranjak, "Menurut lo?"

Cowok itu menggeleng sebagai tanda jawaban kalau dirinya tak tahu.

"Sahabat gue dibuat jadi pepes ikan gitu, lo fikir kita bakal diem?" Steve merespon, bahkan cowok itu terlihat kembali menghampiri Al dan menarik baju cowok itu agar mengikuti mereka.

"Nyakitin lo sama aja nyakitin gue," kata Steve sembari merangkul Al, "Sekarang tunjukin, bangsat mana yang buat muka ganteng lo jadi gini."

Ucapan yang membuat Al terpaku untuk sesaat, tersentuh dengan apa yang baru saja Steve katakan. Hingga di detik berikutnya, pelukan brutal nampak menyapa Steve.

"Nyet, ah! Citra gue ancur nanti!" Steve berontak, tak nyaman dengan pasang mata yang jelas-jelas tengah menatap ke arahnya.

"Bodo, lagi sweet banget kayak ibu peri." Katanya cepat yang malah semakin mempererat pelukannya.

Shanin's Diary (Open Pre-Order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang