22• Shock Versi Shanin

79.2K 5.9K 37
                                        

[DUAPULUH DUA]

UNTUK kali pertama dalam sejarah kehidupan seorang Arga Leavit, ia melihat sesosok mak lampir yang biasanya cerewet dan meminta untuk di rebus hidup-hidup itu nampak memasang wajah murung dengan mulut yang tertutup rapat. Hanya hembusan nafas kasarnya saja yang dapat cowok itu dengar.

Awalnya Arga fikir, Shanin akan heboh bercerita mengenai kejadian menyeramkan tadi. Bahkan Arga sudah siap memasang telinga untuk mendengar celotehan panjang Shanin, namun ternyata hal ini diluar dugaan.

Dengan wajah yang masih nampak shock, gadis itu hanya melamun dengan kedua telapak tangan yang menggenggam cangkir berisi cokelat panas dihadapannya.

Dan kali pertama juga, seorang Arga mengerjakan otaknya dengan ekstra untuk mencari bahan pembicaraan di sore menjelang malam hari ini.

"Nin?" Setelah berfikir jutaan kali dan mencoba menahan gengsinya yang diatas langit, akhirnya Arga memutuskan untuk mengeluarkan suaranya walau dengan volume rendah.

Tak ada respon dari lawan bicara, tatapan Shanin terlihat kosong menatap cangkir dihadapannya, dan baru sekarang Arga menyadari kalau sedari tadi gadis itu melamun.

Argapun memikirkan cara agar perhatian Shanin beralih dengan cara menendang pelan meja dihadapannya. Membuat Shanin tersentak kaget dan barulah menatap Arga dengan wajah bingungnya.

"Iya? Kenapa?"

Cowok itu berdehem.

"Lo.." Ia memperlambat kata-katanya, "Gak apa-apa?"

"Hm?" Geming Shanin bingung dengan menunjukan ekspresi tak percayanya, "Arga khawatirin Shanin?"

Walau cowok itu terkejud atas pertanyaan tembakan Shanin yang memang benar adanya, ia tetap memasang tampang stay cool sembari menggeleng, "Kasian aja,"

Gadis itu mengerti sembari mengangguk-nganggukan kepalanya.

"Lagian Al mana sih?" Lanjut Arga yang mulai terlihat tak nyaman atas situasi canggung yang ia rasakan sebelah pihak ini.

Shanin menggeleng, "Tadisih masih bersihin toilet." Perjelas Shanin singkat tanpa mau bercerita lebih.

Mendengar jawaban Shanin hanya membuat Arga menganguk-nganggukan kepalanya.

"Yaudah, Shanin pulang dulu aja ya. Arga tolong bilangin Al kalo Shanin pulang duluan." Gadis itu mulai beranjak dari bangkunya dan segera pergi tanpa menunggu reaksi Arga.

Shanin terlihat membuka pintu kaca bertuliskan open itu tanpa menyadari kalau cuaca sore hari ini nampak mendung. Kilauan petir terlihat dimana-mana, awanpun sudah menghitam. Menandakan kalau sebentar lagi akan turun hujan lebat.

Tanpa mau memikirkan hal itu, Shanin seenaknya saja melangkah. Berniat pergi ke pinggir jalan dan menaiki apapun untuk pulang. Yang ia mau sekarang hanya berada dikamarnya dan tidur.

Begitu Shanin sudah berada di pinggir jalan, dilambaikannya tangan untuk memberhentikan sebuah taksi biru yang untungnya sedang kosong. Setelah berhenti, dibukanya pintu taksi itu hingga tiba-tiba sebuah uluran tangan terlihat menyambar pergelangan tangan kanannya, membuat pemiliknya beralih pandang dan mendapati Arga yang kini tengah memegang helm full face hitamnya.

Dan tak lama, helm besar itu terlihat berpindah ke kepala Shanin yang kecil. Bahkan Shanin hampir terjatuh karna dirasa helm Arga yang terlalu besar dan berat untuk dirinya.

"Bareng gue aja," ucapnya singkat, setelah itu ia terlihat mengeluarkan dompet miliknya dan mengambil uang selembar berwarna merah, kemudian Arga mengetuk kaca mobil sang supir.

Shanin's Diary (Open Pre-Order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang