36• Genggaman Tangan

74.8K 5.5K 230
                                        

[TIGAPULUH ENAM]

MATA Arkan sibuk memperhatikan gadis di hadapannya yang tengah melahap sushinya dengan antusias. Berbeda dengan dirinya yang sekuat tenaga mencoba untuk menghilangkan rasa mual yang melanda.

"Enak banget sampe gak inget ada gue disini?" Arkan menyindir Shanin, sedangkan yang di sindir kini terlihat tak perduli dan tetap fokus pada makannya.

Gadis itu bahkan tak menyadari kalau semua mata penghuni kedai sushi ini tengah tertuju pada cowok tampan di hadapannya itu. Tatapan memuja, memuji dan rasa kagum yang luar biasa atas makhluk ciptaan Tuhan satu ini.

Berbeda dengan Shanin yang bahkan tak melirik Arkan sama sekali.

Begitu suapan terakhir masuk dengan utuh ke dalam mulut gadis itu, barulah pandangannya kini mengarah pada Arkan yang masih saja menutup hidungnya karna bau sushi yang menyengat.

Di ambilnya sehelai tissue sebelum Arkan terlihat menyeka mayonaise yang berada di bibir gadisnya. Membuat pekikan ke-irian terdengar dari cewek-cewek yang memperhatikan Arkan sedari tadi.

Mata Shanin tertuju pada jam dinding besar yang sudah menunjukan pukul tujuh malam, "Arkan kenapa tiba-tiba ngajak Shanin makan sushi? Kan Arkan gak suka?"

Cowok itu melepaskan tutupan pada hidungnya, "Karna lo suka, jadi gue bakal tahan sebisa mungkin."

Dahi Shanin berkerut, "Ngapain di tahan? Harusnya Arkan gak usah lakuin itu, Shanin bisa makan sama Raynzal kok."

Dalam diam Arkan tersenyum, gadis itu tak mengetahui perjuangan dirinya untuk membawa Shanin pergi. Bahkan cowok itu harus merelakan persahabatannya yang tengah berada di pinggir jurang.

"Udah selesai?" Arkan kembali bertanya, "Minum dulu."

Dengan bibir yang masih sibuk mengunyah, dilakukannya apa yang tadi Arkan suruh.

Pandangan cowok itu menatap sekitar, lebih tepatnya melihat situasi di dalam kedai sushi yang cukup ramai ini, "Nin?"

Gadis itu mendongak dengan pipi mengembung, menyimpan minuman yang baru saja ia masukan dari dalam sedotan. Membuat Arkan tertawa geli sebelum meletakan tangannya di atas meja bernomor 21 itu.

"Siniin tangan lo?"

Tanpa bantahan dan pertanyaan, Shanin meletakan tangannya tepat di atas telapak tangan Arkan.

"Gue bakal itung sampe tiga, abis itu lo ikutin tarikan tangan gue, ya?"

Shanin berusaha menelan minumannya agar ia dapat membuka mulut, "Kenapa emang?"

Kepala Arkan mendekat ke arah Shanin, "Rahasia."

Ucapan yang meninggalkan bibir manyun Shanin walau dirinya menyetujui apa yang Arkan perintahkan.

"Satu.."

"Dua.." Arkan mengeratkan genggaman tangannya pada Shanin, sedangkan Shanin masih belum dapat menyadari situasi yang sebentar lagi akan terjadi pada dirinya.

"Tiga!"

Tepat pada hitungan ke tiga, Arkan bangkit dari posisinya dan terlihat menarik tangan Shanin untuk berlari keluar dari dalam kedai Sushi.

Shanin's Diary (Open Pre-Order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang