32• Perdebatan Singkat

85.3K 5.9K 243
                                        

[TIGAPULUH DUA]

"LETAKKAN di meja Ibu."

Perintah Bu Laras kepadanya yang segera gadis itu lakukan. Dengan perlahan Shanin meletakkan puluhan buku LKS yang ia kumpulkan dari kelasnya menuju meja guru bahasa inggrisnya itu.

"Shanin permisi ya, Bu?" Pamit Shanin setelah selesai menuruti permintaan guru berwajah amerikanya itu, namun ketika namanya dipanggil, Shanin terlihat menghentikan langkahnya.

"Bisa beritahu teman kelasmu kalau minggu depan Ibu tidak masuk?"

Shanin mengangguk patuh, "Memangnya Ibu mau kemana?"

"Ibu ada rapat di jepang, jadi Ibu minta kalian mengerjakan buku paket halaman 144, ya?" Pesannya lagi yang kembali Shanin respon dengan anggukan kepala.

"Baik, Bu. Shanin permisi." Shanin kembali berpamitan dan beranjak dari tempatnya menuju pintu keluar sebelum seseorang tiba-tiba saja nyelonong masuk ke dalam ruang guru. Mengakibatkan orang itu menabrak kencang bahu Shanin.

Dengan mengeluarkan ringisan kecil, mata cokelat gadis itu menatap sang penabraknya yang kini sudah berada di depan meja Pak Raden.

"Pak, tolong sidak ke rooftop. Saya baru mendengar ada beberapa anak yang bermain disana, takut kalau mereka melakukan hal yang tidak-tidak."

Shanin membulatkan matanya begitu mendengar aduan dari sang junior-nya itu kepada salah satu guru killer di sekolah mereka.

Dengan berjalan pelan, gadis itu beranjak menuju pintu keluar dan segera berlari kecil menuju kelasnya. Tak memperdulikan tatapan aneh yang mengarah padanya karna berlarian di lorong sekolah siang bolong seperti ini.

Ketika kelas kesayangannya itu menyapa, tanpa aba-aba Shanin berlari menuju mejanya. Mengubrak-ngabrik isi tasnya untuk mengambil parfum dan buku paket matematika sebelum kembali pergi.

Tujuannya kini menuju rooftop, untuk bertemu dengan 'genk-nya' yang dua jam lalu pamit karna ingin merokok di atas sana.

Banyaknya anak tangga tak menjadikan semangat Shanin luntur, dengan keringat yang sudah melanda, Shanin berlari sekencang mungkin untuk menuju rooftop lebih dulu sebelum Pak Raden tiba.

Dan usahanya kini tak sia-sia, ia berhasil sampai kesana yang segera disambut oleh semua pasang mata. Menatap Shanin yang kini terlihat terengah-engah dengan tangan yang memegang sebotol parfum juga buku paket.

"Ngapain, tong?" Raynzal yang masih asik menghembuskan asap rokoknya ke udara bertanya.

"Lo ngapain lari-lari? Olahraga?" Steve ikut bersuara.

Arkan melompat turun dari atas meja dengan tatapan lurus menatap Shanin, "Ngapain kesini? Lo kan gak kuat sama asep rokok."

"Tau, bocah. Kan tadi udah di pamitin kita mau ngerokok, ngapain disusul?" Sambung Al yang juga merasa tak suka atas kehadiran Shanin.

Richard yang sedang duduk di atas kursi tua tak terpakai nampak ikut turun dari sana, "Lo digangguin?"

Shanin menggeleng lemah dengan punggung tangan yang ia pakai untuk menyeka keringat di dahinya.

Setelah men-stabilkan napasnya, gadis itu berjalan cepat ke arah tujuh orang itu. Dan yang pertama ia hampiri adalah Arga. Cowok itu tengah berdiri di samping tembok penyangga dengan tangan yang memegang sebatang rokok.

Tanpa bertanya, Shanin segera mengambil puntung rokok yang masih panjang itu sebelum membuangnya di lantai dan menginjaknya. Jelas saja si empunya merasa keberatan, namun Shanin tak memperdulikannya dan langsung beralih pada orang kedua.

Shanin's Diary (Open Pre-Order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang