34• Tanpa Penyesalan

82.6K 5.7K 481
                                        

[TIGAPULUH EMPAT]

"INI pada kenapa!?"

Mata Shanin membulat begitu Arkan tiba-tiba saja ambruk dipelukannya tepat saat dirinya membuka pintu rumah Arga.

Raynzal yang terlihat memapah tubuh Steve dan Al dikedua tangannya hanya tersenyum singkat sebelum berjalan masuk melewati Shanin.

Sedangkan dibelakang cowok itu, mata Shanin segera disambut oleh Arga dengan satu tangan yang membopong Derren.

"Abis pada minum?" Shanin berusaha membangunkan Arkan yang masih saja menempel pada tubuhnya, namun jelas saja usahanya tak akan berhasil. Arkan benar-benar tengah dilanda mabuk yang parah.

"Kenapa gak minum di rumah aja, sih?" Shanin mengomel dengan tangan yang sibuk mengelus-ngelus punggung Arkan, "Arkan? Bangun! Shanin gak kuat bawa Arkan ke dalem, berat!"

Cowok di pelukan Shanin itu hanya menggeram tak jelas, membuat gadis itu membuang napasnya pasrah sebelum berusaha sekuat tenaga membantu Arkan untuk masuk ke dalam rumah Arga.

Namun niatnya itu batal ketika tubuh berat Arkan diambil alih oleh Arga. Tanpa mengeluarkan suaranya, cowok berambut biru muda itu terlihat membawa kedua temannya yang tengah mabuk untuk masuk ke dalam.

Meninggalkan Shanin yang segera mengalihkan pandangannya pada salah satu cowok tertampan di dunia, "Richard mabuk juga? Abis minum berapa botol emang?"

Yang ditanya malah mengeluarkan cengirannya, memberitahu jelas kalau dirinya tengah mabuk.

"Nin?" Suara serak Richard terdengar dengan mata tak fokus khas orang mabuk yang menatap Shanin, "Gue cakep, kan?"

Dahi gadis itu berkerut, tak lama anggukanpun terlihat. Membuat Richard semakin melebarkan senyum manisnya kepada Shanin dengan tubuh sempoyongan.

"Ayuk, masuk?" Ajak Shanin lembut yang berniat untuk membantu Richard berjalan, namun cowok itu menolaknya.

"Kalo gue sayang sama lo, salah gak sih?"

Mata Shanin membulat dengan otak yang sibuk menelaah kata perkata yang baru saja Richard ucapkan.

"Ralat, maksud gue sayang banget."

Lagi, Shanin susah payah menelan saliva-nya, "Ma-maksud Richard?"

Cowok itu tersenyum dengan tangan yang diletakan dikedua sisi pipi gadisnya, "Biasanya gue bakal nyeselin apapun yang gue ucapin pas mabuk," Richard menggantung kalimatnya, sengaja agar Shanin dapat menatapnya lebih lama.

"Tapi untuk kali ini, gue jamin gak bakal nyesel karna udah ucapin apa yang gue rasain." Mata berkaca-kaca Richard menatap lurus ke arah Shanin, kedua tangannya mengusap lembut wajah gadis itu.

"Richard mabuk, biasanya orang mabuk itu suka asal ngomong. Gak di fikir dulu. Jadi mending kita masuk, biar Richard bisa istirahat, ya?" Ajak gadis itu lagi yang kembali berusaha menarik tangan cowok dihadapannya.

Dan untuk kesekian kalinya pula, cowok itu menolak dengan disertai gelengan kecil, "Gue gak mau masuk,"

"Terus mau kemana?"

"Disini aja sama lo."

Shanin mengatup bibirnya rapat-rapat dengan otak yang sibuk berfikir bagaimana cara membawa cowok tampan itu masuk ke dalam.

"Disini dingin, emang Richard gak kedinginan?"

Richard menggeleng.

"Gak pusing?"

Shanin's Diary (Open Pre-Order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang