37• Datang Bulan

73.8K 5.3K 370
                                        

[TIGAPULUH TUJUH]

"ARGA!"

Shanin memanggil Arga heboh ketika cowok itu tak sengaja berpapasan dengan Shanin dan Arkan yang juga baru saja turun dari dalam mobil di parkiran sekolah mereka.

Dengan malas, cowok itu hanya melirik Shanin sekilas sebelum berjalan memasuki arena sekolah. Meninggalkan Shanin dengan bibir manyunnya karna tak mendapatkan respon baik dari Arga.

"Gue ke warung Mpok Onah sebentar, ya?" Suara Arkan mengalihkan pandangan Shanin.

"Mau ngapain? Ngerokok?"

Cowok itu menggeleng, "Ada urusan bentaran kok. Sekarang hari apa?"

Shanin berfikir sejenak, "Rabu."

"Tugas Derren yang jagain lo berarti. Lo jangan aneh-aneh, nanti istirahat pertama ke kantinnya sama gue aja, ya?"

Dengan polos Shanin mengangguk, "Arkan jangan berantem, ya?"

Mendapat pesan manis seperti itu membuat bibir Arkan tersenyum, "Siap, bos."

Dan setelahnya, cowok itu beranjak pergi menuju lubang ajaib.

Mata Shanin kembali menatap punggung Arga yang sudah sangat jauh dari posisinya sekarang. Cowok itu sepertinya ingin pergi menuju kelasnya yang berada paling ujung itu.

Tanpa fikir panjang, gadis dengan rambut tergerai itu berusaha menyamakan langkahnya dengan Arga yang saat ini tengah berjalan di lorong sekolah dengan diikuti tatapan mata para 'penggemarnya'.

Penampilan Arga yang urakan justru menambah nilai ketampanan cowok itu. Belum lagi karna rambut biru mudanya, membuat cowok yang memiliki predikat 'tak tersentuh' itu mudah untuk diingat. Dan di sukai.

"Arga, gak denger ya Shanin manggil?" Gsdis itu bertanya ketika dirinya sudah berada di samping cowok itu.

Dan untuk yang kedua kalinya, Arga hanya melirik Shanin kilat sebelum cowok itu mempercepat langkahnya dengan satu tangan yang menenteng tas ransel kosongnya.

Merasa kembali di abaikan, dengan kesal Shanin menghadang jalan Arga dengan bibir manyunnya, membuat cowok itu menghentikan langkahnya malas, "Arga? Kok diemin Shanin?"

Cowok itu melepaskan napas kasarnya dengan tatapan tajam ke arah Shanin, "Minggir!"

"Gak mau! Jawab dulu."

"Jawab apaan?"

"Kenapa diemin Shanin?"

Dalam diam Arga memaki gadis itu. Apa otak Shanin tak sepeka itu sampai-sampai dirinya tak menyadari kalau kedekatannya dengan Arkan dan Richard-lah yang membuat Arga mendadak 'datang bulan' pagi ini.

Di tambah gadis itu yang meng-iyakan ajakan Arkan tadi pagi untuk berangkat sekolah bersama tanpa memperdulikan tatapan geram dirinya juga Richard.

"Pikir aja sendiri."

Otak Shanin berfikir serius, dan ketika berhasil menemukan jawabannya. Di tatapnya wajah Arga dengan ekspresi terkejud.

"Arga---mens?"

Yang ditanya memasang tampang datarnya, tanpa berniat merespon pertanyaan tak berakal Shanin, cowok itu kembali berjalan melewati gadis itu. Menaiki tangga dan segera menghilang dari jangkauan matanya.

Shanin yang masih berada di posisinya semakin memanyunkan bibirnya. Dengan langkah malas, di naikinya anak tangga yang menuju ke kelas cowok itu. Dan ini untuk pertama kalinya dalam sejarah, Shanin pergi ke kelas lain.

Shanin's Diary (Open Pre-Order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang