18• Burung Merpati

82.7K 6.3K 105
                                        

[DELAPAN BELAS]

SHANIN nampak sibuk merapihkan semua buku milik teman-temannya yang akan ia kumpulkan pada guru bahasa inggrisnya di ruangan guru. Padahal ia bukan seorang ketua kelas ataupun sekretaris, namun entah mengapa Bu Ellia malah meminta Shanin untuk melakukan tugas merepotkan itu.

Semua buku tugas yang di letakan di meja miliknya oleh teman-teman sekelasnya nampak berantakan. Dan setelah semuanya selesai Shanin bereskan, puluhan buku itu segera ia angkat dari sana dengan susah payah, apalagi karna tangannya yang kecil.

Shanin nampak berjalan dengan hati-hati, ia sangat mencoba untuk tidak tersandung atau mungkin terpentuk sesuatu dari benda yang menghalanginya seperti kursi atau meja. Dan berhasil, ia memang berhasil melewati itu, namun begitu pintu kelas terbuka, seseorang yang berlari melewatinya nampak menyenggol lengan Shanin sehingga semua buku yang ia bawa pun jatuh berserakan kemana-mana.

Sementara si pelaku yang membuat kerjaannya menambah, nampak tahu diri kemudian menghentikan larinya dan berbalik untuk membantu Shanin yang juga sudah mulai memunguti buku-buku itu.

Shanin nampak melirik Steve dengan kesal sekaligus kaget, sementara yang di lirik nampak serius memperhatikan Pak Fahri sang guru Olahraga yang sepertinya sedang mencoba menangkapnya itu sembari membawa sebuah pentungan. Semakin Pak Fahri mendekat, Steve terlihat semakin mempercepat gerakannya untuk memunguti buku-buku yang berserakan akibat ulahnya itu.

"Kali ini Steve ngapain lagi?" Tanya Shanin yang mencoba untuk menahan tawanya begitu melihat ekspresi panik Steve, "Pasrah aja udah." Lanjut Shanin lagi dengan entengnya.

Cowok berkumis tipis itu sempat melirik  Shanin sekilas kemudian terlihat menunjukan ekspresi pasrahnya, "Haish, padahal bukan dia yang mau gue kerjain," gumamnya di sela-sela ajalnya itu.

"Ini, nitip," kata Steve tiba-tiba sembari memberikan sebuah tas ransel berwarna hitam yang sedari tadi ia tenteng kepada Shanin, "Punya Arga, kasihin orangnya kalo udah balik nanti, ya."

"Arganya kemana emang? Bolos lagi?" Tanya Shanin bingung dengan tangan yang meraih tas itu.

"Iya, tadi gue mau ketemuan di taman belakang. Tapi gak bakal sempet, bentar lagi ada malaikat maut. Kasihin ya." Steve mempercepat ucapannya karna kini Pak Fahri yang baru saja sampai nampak menarik kerah baju belakang Steve yang membuat cowok itu kembali menumpahkan semua buku-buku yang baru ia punguti itu.

Sementara Shanin yang melihatnya hanya tertawa kecil lalu mulai kembali mengambil semua bukunya satu persatu.

"Bapak heran sama kamu, mau sampai kapan kamu berbuat iseng? Memang tidak bosan masuk ke ruangan khusus?" Tanya Pak Fahri yang masih terus memegangi Steve agar tersangkanya itu tak kabur.

"Pak, niat saya tadinya itu bukan mau ngerjain Bapak. Sumpah deh, walau emang saya pernah niat gitu, tapi saya masih ngehormatin Bapak sebagai guru terbaik saya." Balas Steve dengan kepolosannya yang benar-benar hampir meledakan tawa Shanin yang masih sibuk menyusun bukunya dengan tangan kanan yang menyembunyikan tas milik Arga agar Pak Fahri tak melihatnya.

"Sudah, ikut keruangan khusus!" Kalimat terakhir sebelum Pak Fahri membawa Steve hidup-hidup dari hadapan Shanin.

Sementara Shanin yang sudah selesai dengan bukunya, terlihat kembali ke kelas untuk meletakan tas milik Arga di laci mejanya sebelum kembali pada niat awal. Meletakan tumpukan buku itu ke ruangan guru.

Shanin's Diary (Open Pre-Order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang