20• ARKAN

84.5K 6.7K 776
                                        

[DUA PULUH]

SHANIN nampak dengan serius memandangi sebuah anak bunga mawar yang baru akan tumbuh. Ia sudah sekitar setengah jam ini tak mengalihkan fokusnya dari sang calon bunga indah itu.

Pertama, Shanin melakukannya karna penasaran. Bagaimana bunga mawar itu dapat tumbuh dengan indah, yang kedua karna memang ia tak ada kerjaan. Tugas sorenya untuk menyirami tanaman di halaman rumahnya selesai sudah, membuatnya kini melakukan hal tak penting itu.

"Hei,"

Shanin memejamkan matanya terkejud begitu seseorang tiba-tiba saja menyapanya dari sela-sela pagar rumahnya. Menampilkan sedikit mata, hidung dan bibir. Namun Shanin cukup melihat sebagian wajah itu untuk mengenali siapa orangnya.

"Arkan? Kok disini?"

Cowok itu tersenyum, memperlihatkan deretan gigi putihnya, "Gak boleh emang?"

"Ya boleh," Shanin mengangguk, "Maksudnya kok bisa tiba-tiba nongol di sini?"

"Kalo boleh kenapa gak di bukain gerbangnya?"

Shanin menepuk jidatnya, ia kemudian beranjak dari tempatnya lalu menuju gerbang rumahnya sesudah membuka kunci yang tersangkut. Kini kepala setengah itu sudah nampak utuh, seutuh ketampanan Arkan saat ini.

"Arkan belom jawab, kok bisa disini?" Tanyanya dengan ekspresi polos, membuatnya terlihat menggemaskan dengan rambut yang tengah ia ikat dua layaknya anak kecil.

"Tadi abis ke bengkel, dan gue baru inget kalo ternyata rumah lo di daerah sini. Mampir aja sekalian," penjelasan singkat yang membuat Shanin mengangguk mengerti.

Mata Arkan beralih menatap tiga mobil yang terparkir di garasi rumah Shanin, "Ada nyokap bokap lo?"

Gadis itu mengikuti arah pandang Arkan, kemudian mengangguk, "Iya, Papa sama Mama baru pulang tadi malem."

Cowok itu mengangguk, kemudian tatapannya lurus menatap Shanin intens. Memperhatikan setiap detail wajah gadis yang beberapa waktu ini terus bersamanya.

"Bengkak di muka lo udah ilang, tapi bibirnya masih agak lebam. Orang tua lo gak ada yang curiga?" Tanya Arkan begitu ia selesai meneliti wajah Shanin.

"Mama sih nanya, tapi Shanin bilang aja kejatuhan hp waktu lagi main sambil tiduran."

Arkan menahan tawanya, "Terus mereka percaya?"

Shanin mengangguk singkat.

"Lo lagi nyiram taneman?" Kini matanya beralih ke arah selang yang sedang Shanin genggam.

Lagi-lagi ia mengangguk, "Arkan Mau masuk?"

Sedikit rasa terkejud begitu mendengar pertanyaan Shanin terpampang di wajah tampan itu, "Gak usah, cuma mau ketemu lo bentar. Kirain gue masih sakit, udah enakkan ternyata. Yaudah gue balik deh,"

"Balik?" Shanin menaikan alisnya, "Jam segini? Maksud Arkan main kan?"

Cowok itu tersenyum geli, "Iya itu maksudnya," tangannya tergapai ke arah kepala Shanin, kemudian mengelusnya lembut, "gih, masuk. Gue balik ya."

Mendengar pamitan itu membuat Shanin mengangguk dua kali, dan hal itu tak luput dari perhatian Arkan yang lagi-lagi tersenyum gemas.

Cowok itu beranjak dari tempatnya dan mulai berniat menaiki motor miliknya, namun langkahnya terhenti ketika seseorang memanggilnya dengan nada selembut sutra, "Shanin, itu siapa?"

Sontak Arkan mematung dengan pandangan yang kini menatap seorang wanita cantik berambut pendek yang kini juga tengah menatapnya, "Arkan, Ma. Temen Shanin di sekolah."

Shanin's Diary (Open Pre-Order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang