Satu

124K 6.5K 476
                                    

Vote sebelum membaca, tiap bab hanya 1000 kata/ 1 - 2 scene :))

Happy reading, guys!!!

***

"Kemarin waktu aku diwawancarain sama majalah Famous, aku bilang loh lagi deket sama pengusaha muda, pemilik salah satu club di daerah Dharmawangsa." Cewek yang sejak tadi menggelayut di bahunya kini tertawa cantik, namun terdengar mengerikan di telinga Vino. Cewek itu mengeratkan pelukannya pada bahu lalu menyandarkan kepala ke pundaknya. "Kira-kira mereka tau nggak yah kalau itu kamu. Soalnya aku bilang..."

Setelah kalimat itu, Vino sudah tidak memperhatikan lagi apa yang Gisel bicarakan. Ia menguap, lama-lama membosankan juga berada di dekat gadis itu. Padahal, hubungan mereka baru berjalan tiga hari. Eh, apa empat hari ya? Entahlah. Mungkin juga lima hari. Vino lupa. Intinya, beberapa hari yang lalu dia bertemu dengan cewek blasteran belanda itu di sebuah party dan keesokan harinya mereka jadian.

Vino mengedarkan pandangannya ke sekeliling, menatap dance floor yang lumayan sesak, mengacuhkan Gisel yang kini sudah berganti topik dari wawancara ke pemotretan yang baru kemarin dilakukannya. Sesekali Vino bergumam merespon ucapan cewek yang mulai terdengar annoying itu.

"Gila! Nih tempat pecah banget!" Ucapan dengan nada heboh terdengar dari sofa sebelah. Keras, menyaingi hingar bingar musik tecno yang berdentum di sekitar mereka. "Pesen apa aja semau lo. Gue yang traktir. Syukuran karena gue bisa masuk ke Trandana."

Lalu seruan masih dari arah yang sama terdengar. "Eh, serius, Ndre?"

Vino iseng menoleh, menemukan tiga cowok terduduk di sana. Ia kenal salah satu dari mereka. Cowok berkaos hitam yang duduk di tengah, yang sedang menengguk minuman dari dalam shotglass, yang kemarin menaiki panggung saat penutupan masa orientasi siswa di sekolahnya. Peraih nilai ujian masuk tertinggi di SMA Trandana. Namanya... Al... Alfred... Ali... Aldo... siapa ya... Ah! Lagi-lagi gue lupa.

"Gimana, Beib? Kamu mau 'kan besok temenin aku ke ulang tahunnya Adinda? Itu loh, yang kemarin ketemu di pemotretan buat iklan parfum. Inget 'kan?"

Oh, cewek jangkung yang dadanya kecil itu? Vino mengangguk. Dia ingat. Tapi kayaknya dia nggak akan pergi dengan Gisel lagi setelah malam ini.

Vino menghela napas dalam-dalam, berusaha membuat dirinya sedemikian relaks sebelum berkata, "Gisel, I wanna break up!"

Gisel tersentak. Cewek itu melepaskan pelukannya pada lengan Vino, menatap ke arahnya dengan wajah tak percaya. Gisel pasti berpikir dia salah dengar karena musik di sekitar mereka lumayan kencang.

"APA? Kamu ngomong apa sih? Aku pasti salah denger deh."

Tuh kan benar!

Vino menggeleng. "Iya. Aku mau kita putus."

Sekarang, wajah Gisel memucat. Senyum yang sejak tadi tersungging di bibir berlipstick pink itu tak lagi terlihat. Cewek itu tertawa dengan gugup. "Kamu pasti bercanda 'kan, Vin? Ah, jayus dasar!" Gisel memukul bahu Vino pelan.

"Aku serius." Kata Vino.

Gisel melotot. "Kenapa? Kayaknya kita lagi nggak ada masalah apa-apa. Malah kita makin deket."

Makin deket? Iya, gimana nggak makin deket, lo nempelin gue tiap saat kayak parasit.

"Emang kalau mau putus harus ada masalah dulu ya? Aku lagi pengen aja." Kata Vino santai.

Gisel tampak tak terima. "Nggak bisa gitu dong!"

"So?" Vino meraih botol bacardi yang belum ada setengahnya ia minum dari atas meja kemudian bangkit dari sofa. Saat itu, Gisel menahan tangannya.

Boyfriend With BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang