sepuluh

20.9K 2.1K 239
                                    

Sesuai permintaan. Akhirnya aku update cerita ini. Hehehe

Gimana? Seneng nggak?

Gimana? Seneng nggak?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vino ganteng nggak?

Gantengan mana ama Aldi?

****
"Temenin gue tidur ya di sini."

Kezia melotot. "APA??!!"

Dia nggak mungkin salah dengerkan? Memang sih suara musik EDM di bawah masih terdengar sampai ke tempat mereka, namun ucapan Vino masuk tergolong amat keras untuk sebuah halusinasinya. 

"Gue nggak bisa tidur kalau enggak ada temennya," kata Vino dengan nada yang--kalau Kezia nggak salah denger--terkesan manja. Membuat Kezia akhirnya menghela napas, lalu menganggukan kepalanya dengan cepat.

"Boleh," jawabnya enteng. Pandangan cewek itu lalu turun ke karpet bulu berwarna merah yang sedang Vino injak. "Tapi lo tidur di bawah ya."

Vino melongo.

***

Ketika berbaring, Kezia baru sadar jika langit-langit tempat itu begitu indah. Atapnya kaca, memungkinkannya melihat langit malam bertabur bintang, ditemani cahaya bulan yang semakin terasa ketika Vino mematikan lampu kamar itu. Matanya mengedar ke sekeliling, terpana melihat beberapa lampu-lampu kecil yang membingkai langit-langit dan sudut kamar tiba-tiba menyala.  Lalu menyambung ke dinding kamar dan melingkari gambar mural yang ternyata bertuliskan kata save me. Kezia baru bisa membacanya sekarang.

Kezia berbalik menyamping dan menatapn Vino yang berbaring di karpet, memunggui Kezia dengan posisi lengannya sebagai bantalan kepala.

"Vin?" gumam Kezia.

"Hmm?" Suara sahutan Vino terdengar.

Oh belum tidur, batin Kezia.

"Gue... Boleh nggak nanya sesuatu?" kata Kezia.

"Apa?"

"Lo kenapa mutusin Kak Flo? Kak Flo baik, cantik."

"Flo itu sempurna. Terlalu sempurna," jawab Vino cepat.

Kezia menatap punggung Vino. Tersenyum sedih tanpa sadar.

"Bagus dong," kata Kezia dengan nada semangat, menyembunyikan secuil perasaan kecewa yang didapatnya dari jawaban Vino.

"Kata siapa?" Vino memutar posisi tidurnya menghadap Kezia, menatap cewek yang terus memancarkan sirat keingintahuan di matanya.

"Kesempurnaan Flo malah buat gue nggak nemuin alasan buat terus ada di sebelah dia," kata cowok itu.

Kezia terdiam mendengarkan, sambil menatap wajah Vino yang sayu menahan kantuk. Cowok itu terlihat manis dengan wajah seperti itu.

"Flo terlalu baik--"

"Alah! Alasan klise," sela Kezia sambil melempar bantal kecil yang sejak tadi di peluknya ke arah Vino. 

Vino terkekeh. "Emang."

Cowok itu lalu menatap langit-langit kamar, cukup lama.

"Kez, lo pernah jatuh cinta tanpa alasan?" katanya tiba-tiba.

Kezia terdiam sejenak, mencoba mengingat-ngingat apa pernah ia jatuh cinta seperti itu. Rasanya tidak. Mana ada. Selama ini ia jatuh cinta pada Kevin karena Kevin baik, membuat Kezia nyaman dengan kesederhanaannya yang telihat tulus. Zico, karena Zico artis dan populer. Alan, karena Alan sedikit mirip V BTS. Tito, karena Tito loyal dan sering jajanin Kezia. Semua punya alasannya.

Kezia lalu menggeleng.

"Everything happens for a reason, Vino," katanya. Vino melirik ke arah gadis itu. "Semua yang terjadi di dunia ini perlu alasan, bukan? Makan kalau laper, minum kalau haus, tidur kalau ngantuk. Cinta tanpa alasan itu bullshit sih kalau gue bilang."

Vino tersenyum saja meski jauh di dalam lubuk hatinya ia menentang semua yang dikatakan Kezia.

"Jadi lo nggak percaya sama cinta yang tanpa alasan?"

Kezia menggeleng mantap. "Nggaklah. Mana ada. Bukan cinta yang tanpa alasan, mungkin lonya aja yang belum nemuin alasan atau nggak bisa mendefinisikan dengan baik kenapa lo bisa jatuh cinta."

"Tapi gue percaya kok yang begitu ada," kata Vino seraya menatap Kezia lembut. Sangat lembut hingga membuat Kezia tertegun sejenak, terkejut dengan sengatan-sengatan kecil pada dadanya. Ia lalu cepat-cepat membuang muka, tak tahan ditatap seperti itu. Kezia memutar posisi memunggungi Vino dan menyembunyikan rona merah di pipinya yang tiba-tiba muncul tanpa sebab.

Malam ini, seperti ada yang salah dalam dirinya.

****

Intro lagu boy in luv dari ponsel yang tergeletak di bawah bantal mengagetkan Kezia. Dengan mata yang masih terpejam, tangan cewek itu meraba-raba bagian bawah bantalnya. Setelah berhasil menemukan ponselnya, Kezia tak ambil pusing dan langsung mematikan panggilan masuk itu.

"Ngantuk, elah," gumamnya. Kezia lalu kembali memejamkan mata, masuk ke alam mimpi yang begitu indah. Namun hanya sesaat. Handphone dalam genggamannya itu kembali berdering. Ganggu banget deh!

"Apaan sih nelponin mulu?! Gue masih ngantuk tau!" sewot Kezia.

"Lo udah bangun?" Suara Kevin terdengar dari sambungan telepon.

Oh, Kevin.

"Hmm...," jawab Kezia sekenanya.

"Bukain pager dong. Gue di bawah nih."

"Iya... Bentar.... Masih ngantuk, Vin."

"Cepetan. Gue udah setengah jam nunggu di bawah nih."

"Iya." Kezia lalu memutus sepihak panggilan teleponnya.

Gadis itu bangkit dari tempat tidur dalam keadaan setengah sadar. Kakinya melangkah ke arah yang diingat sebagai jendela kamar. Tangannya membuka tirai jendela, membiarkan cahaya matahari pagi masuk menembus kelopak matanya yang masih setengah tertutup. Begitu matanya terbuka sempurna, Kezia terkejut mendapati pemandangan asing yang di luar kamar. Kemacetan, lalu lintas, jalan besar, itu jelas bukan sesuatu yang biasanya ia lihat begitu tirai kamarnya terbuka.

Kezia menepuk jidat. "Mati gue!"

***

Suka nggak?

Moga suka yaa. Gue nulis ini cuma beberapa jam.

Kasih pesan buat:

Vino

Kezia

Yaaaa!!! Jangan lupa vote dan komen!!

Jangan lupa follow instagram kita:
Vinobarta
Kezia_adindagi
Putrilagilagi


Boyfriend With BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang