tujuh

36.1K 3.8K 289
                                    

Vote sebelum membaca yaaaa :)

Vote!

Vote!!

Vote!!!

-80% tubuhmu mengandung cairan, dan sekarang aku haus-

Di bagian ini, gue jatuh cinta banget sama kevin :''

Semoga kalian juga ngerasain itu yaaa :)

Happy readinggg!!!!!!

***

Di jalan pulang memasuki komplek rumahnya, motor yang dikendarai Kevin tiba-tiba saja berhenti. Di belakangnya, Kezia terlonjak. Hampir saja wajahnya membentur helm Kevin kalau-kalau nggak refleks pegangan pada behel motor matic di belakang bokongnya.

"Lho? Kok berhenti di sini?" tanyanya bingung.

Kevin melepaskan helm dari kepalanya, mengalihkan tatapan matanya ke arah taman yang ada di sisi kanan mereka. Sejenak, cowok itu termenung, tertarik kembali oleh kenangan yang masih berada di sana.

"Lo masih inget nggak dulu waktu pertama kali kita ketemu? Di sini kan?" tanyanya tiba-tiba.

Kezia terdiam sesaat, lalu ikut mengalihkan tatapannya ke taman itu. Benar. Di sana! Di dekat tanaman hias itu, nggak jauh dari lapangan basket.

"Duduk di sana yuk sebentar!" ajak Kevin.

Kezia mengangguk, lalu turun dari motor dan berjalan mengikuti Kevin menyusuri taman yang lumayan ramai malam itu.

Langkahnya terhenti ketika mendengar suara derit ayunan kayu yang baru saja Kevin duduki. Cowok itu ternyata lebih memilih duduk di sana dibanding bangku taman yang dulu sering mereka jadikan meja ketika bermain masak-masakan bersama.

Kezia mengambil posisi duduk di ayunan sebelahnya. Matanya mengedar, menatap setiap sudut taman yang kini terasa asing di ingatannya.

"Rasanya udah lama banget ya kita nggak ke sini. Waktu cepet banget berlalunya. Nggak kerasa, semuanya kelewat gitu aja, berubah, udah nggak sama kayak dulu lagi," ujar Kezia. Kevin tersenyum hangat menatap cewek yang kini sedang mengayunkan ayunannya pelan.

"Tapi... kita tetep sama kan?" tanya Kevin tiba-tiba.

"Lo tetep..." Kezia menelan ludah, agak ragu melanjutkan ucapannya. "sahabat gue, Vin. Selamanya bakal begitu."

Kezia tersenyum, tanpa tahu sebesar apa rasa sakit yang Kevin rasakan karena jawabannya barusan.

Kevin menghela napas berat sebelum akhirnya tertunduk. Seenggaknya gue tahu kalau kita bakal terus sama-sama. Itu udah cukup buat gue ngerasa lega, batinnya.

Kevin mendongak, lalu menoleh lagi ke arah Kezia. Cowok itu terkekeh menyembunyikan rasa tak nyaman yang sejak tadi dirasakannya.

"Kapan ya terakhir kali kita duduk di sini? Saking lamanya gue sampe lupa." katanya basa-basi.

Kezia mengangkat sepasang bahunya sebagai jawaban. "Nggak tau, gue juga lupa." Lalu tak lama, wajahnya terlihat menerawang. "Tapi banyak yang masih gue inget di sini."

"Masa?"

Kezia tersenyum membalas tatapan penasaran yang Kevin lemparkan.

"Tentang bocah SD botak dengan kulit kecoklatan, yang baju kutung basketnya selalu basah karena keringat. Dia nyamperin gue yang lagi main masak-masakan di bangku itu, ngebuang bola basketnya, ikutan jongkok, terus bilang 'kayaknya masakan lo nggak enak---"

Kevin tersenyum, ingatannya tentang hari itu masih terekam jelas.

"Dan lo malah jawab, 'hai, pelanggan pertama gue!'" Kevin terkekeh. "Tapi demi apa pun, Kez, daun teh-tehan di mana enaknya sih?"

Kezia mendengus. "Please, Kevin. Seenggaknya lo bisa pura-pura makan, terus bilang, 'Wah! Lezatnyaaa.' terus gue bisa jawab dengan, 'terima kasih! Silahkan datang kembali besok.' dan gue bakal ngasih lo kopi sebagai bonusnya."

Kevin terbahak. Ingat ketika dulu Kezia kecil selalu menawarkannya minuman berisikan air keran dicampur tanah merah yang gadis itu sebut sebagai kopi tadi. Lucunya.

"Wah! Kopi buatan lo pasti bakalan enak kalau ditambah cacing di dalemnya."

"Iyuh!" Kezia memutar bola matanya.

Kevin tertawa.

"Dulu di sana ada telepon umum." Kezia menunjuk ujung taman, tak jauh dari pintu masuk tempat motor Kevin terparkir.

"Mainan favorite kita kan?." Kevin terkekeh. "Mbak-mbak minimarket depan komplek sampai hapal sama gue saking seringnya kita nukerin uang receh di sana."

"Yang katanya kalau lo udah gede mau dijodohin sama anaknya kan?" Kezia terbahak. "Iya... Iya... Gue inget."

Kevin manyun. "Lo ingetnya bagian yang nggak enaknya mulu nih. Males gue."

Tawa Kezia semakin menjadi-jadi ketika Kevin membuang muka ke arah lain, gestur kesal yang selalu cowok itu tunjukan setiap kali kalah main ledek-ledekkan dengannya.

"Lo inget nggak sama Rey? Cowok yang sering buat lo nangis waktu SMP itu. Yang ngebakar rok lo, yang ngelempar cicak ke rambut lo, yang pernah ngintipin lo di kamar mandi seko--" Ucapan pelan Kevin terpotong oleh suara antusias Kezia.

"Yang abis itu lo hajar sampe babak belur itu gara-gara dia ngebuka rok gue di kantin sekolah?" Kezia ingat dan nggak akan pernah lupa. Cowok gendut, item, dekil, idup lagi! Yang punya geng paling nakal satu sekolah, yang doyan pake baju the jakmania di lapisan dalam seragam sekolahnya.

Waktu itu, Kevin belain Kezia mati-matiian pas Rey hampir buat Kezia nangis karena naro tikus mati di kolong mejanya, juga saat Grace menjambak rambutnya karena Kezia memakai jepit rambut yang sama dengan cewek itu, juga saat guru olahraga mereka melototi Kezia penuh napsu, juga saat Kezia dituduh mencontek oleh teman sebangkunya, juga saat--Huft! Terlalu banyak kebaikan yang Kevin berikan sejak cowok itu hadir di hidupnya.

Bagi Kezia, Kevin adalah sosok pangeran yang selama ini ia idamkan. Seorang pangeran kaya raya yang bisa saja menggunakan mobil BMW, Ford, Chevrolet, dan beberapa mobil impor lain yang terpajang di garasi rumahnya, tapi lebih memilih menggunakan sepeda motor matic ke sekolah. Seorang anak laki-laki yang bisa saja meminta uang jajan lebih kepada Papanya yang bekerja sebagai diplomat di Amerika, tapi lebih senang mendapatkan uang dari hasil nge-DJ tiap malam di Empirica.

Kezia tersenyum. Kevin menarik perhatiannya dengan cara yang tak biasa. Mengenalkan Kezia pada dunia yang amat ia benci, tapi selama Kevin berada di sana bersamanya, Kezia tak masalah. Dia bersumpah tak akan protes jika cowok itu mengajaknya makan di pinggir jalan lagi, lalu pulang pergi ke sekolah menggunakan angkutan umum seperti waktu motor Kevin mogok dulu. Semua itu adalah hal buruk yang sayang untuk Kezia lewatkan.

"Pulang?" Suara Kevin berhasil menarik kembali Kezia dari lamunannya. Kezia tersenyum, kemudian mengangguk dan ikut bangkit menyambar sebuah tangan yang kini terulur ke arahnya.

***

Lanjut setelah votenya.... Banyak wkwkwk....

Biar kayak orang2 😁😁😁

Jangan lupa vote dulu dongssss

Eh komen jugaaa yakkkk, mumpng ceritanya masih awal2. Jadi menerima kritik dan saran.

Love you guys :*

Boyfriend With BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang