Enam

37.8K 3.3K 285
                                    

Masih ada yang baca cerita ini kah?

Semoga perasaan kalian sama seperti aku ketika membuat bab ini.

Takut. Aku takut salah langkah dalam hubungan pertemanan yang mulai melibatkan hati. Takut segalanya berubah ketika aku melangkah maju sendiri, sedangkan dia masih nyaman berada di zona itu.

Bagaimana denganmu? Apakah kau akan maju selangkah? Atau malah terdiam? Membiarkan ia pergi dengan orang lain yang mengambil langkah yang seharusnya kau ambil?

Jawab ya:)

Happy reading :')
***

Kezia membuka pintu mobil BMW putih di depannya. Kepalanya celingukkan, menoleh ke kanan dan kiri sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk.

Di dalam mobil, Vino terduduk. Matanya lekat, menatap Kezia dengan mimik wajah serius. Cowok itu membuang putung rokoknya keluar, lalu menutup kaca mobil yang sejak tadi terbuka. Seketika, suasana di dalam mobil itu berubah. Suara bising area parkir menghilang seolah tertelan.

"Ada apa nyuruh gue ke sini?" tanya Kezia dengan nada senormal mungkin. Hal sulit mengingat seintens apa Vino menatapnya kini.

"Gue mau minta bayaran gue buat yang kemarin," kata cowok itu.

Dan sebelum Kezia berhasil menerjemahkan tatapan Vino barusan, tiba-tiba tubuhnya ditarik mendekat ke dada cowok itu. Kezia terhenyak. Terkejut ketika dirinya merasakan jari-jari Vino meraih bagian belakang kepalanya, lalu hanyut di antara helai-helai rambutnya, mendorong kepala Kezia agar semakin mendekat ke wajah sayunya. Secara perlahan, hingga akhirnya kedua bibir mereka bertemu dalam satu ciuman yang lembut.

Kezia memejam. Menekan emosinya agar tak hanyut dalam suasana emosional yang sudah terlanjur Vino ciptakan. Dan dengan sekali dorongan kuat, Kezia mengakhiri ciuman itu.

"..."

"..."

"..."

"Sorry..." Vino menghela napas gusar, mengacak-ngacak rambutnya sendiri dengan sebelah tangan. "Gue bikin lo kaget ya?"

Pake nanya!

"Lo bisa bilang dulu 'kan sebelum nyium gue? Atau minimal ngasih kode biar gue nggak terlalu kaget kayak tadi. Lo mau bikin gue kena serangan jantung terus mati di tempat, hah?!" hardik Kezia.

Vino malah menyeringai kali ini. "Yaudah, sekali lagi deh. Nih, gue mau cium lo. Siap-siap!"

Lagi?! Kezia membelalakkan matanya. Dan lagi-lagi nggak siap dengan serangan kedua yang Vino lancarkan. Cowok itu benar-benar... ugh! Nggak memberikan pilihan lain untuk Kezia selain pasrah. Tapi bukan Kezia namanya kalau tinggal diam menyaksikan cowok di depannya yang lebih mendominasi permainan.

"Aw!" Vino memekik, lantas melepaskan panggutannya pada bibir Kezia. Cowok itu melototinya sekarang. "Lo kok gigit sih?!"


Kezia nyengir, lalu mengelap bibirnya yang basah dengan sehelai tisu yang diambilnya dari atas dashboard.

"Gue ada latihan cheers sebentar lagi. To the point, mau lo apa? Gue yakin itu nggak cuma sekedar ciuman 'kan, Vin?"

Vino menatapnya tanpa ekspresi untuk beberapa saat.

"Gue butuh lo nanti malam."

Boyfriend With BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang