sebelas

21.1K 1.9K 236
                                    

Jangan lupa Vote dan luangin diri buat komen ya karena aku udah luangin juga waktu nulis skripsi aku buat nulis ini :))

Semoga kangen kalian terobati.

Semoga suka :))

Maaf ya lama update cerita ini karena aku lagi sibuk skripshit heheh.

Kalian mau nunggu kan?

Ini hadiah buat yang nunggu wkwkwk

Happy reading yaaa :))

***

"PULANG SEKARANG, KEZIA! PULANG!" teriak Kevin. Kezia mengerjap, refleks menjauhkan ponsel dari telinganya yang sepertinya terancam tuli sekarang.

Kevin kini sudah mulai mengoceh tak jelas tentang betapa haram hukumnya cewek sama cowok tidur bareng, zina, apalah itu. Arggghh!! Kepala Kezia rasanya makin mau pecah saja. Kezia paling kesal kalau Kevin sudah berlagak paling tahu agama kayak begini, sok-sok nasehatin Kezia, padahal pesantren kilat di sekolah aja Kevin nggak pernah datang, alasannya sakit.

"Iya, iya, entar gue pulang. Santai aja kenapa sih!" jawab Kezia jengkel. Kepalanya terasa pusing karena dibangunkan mendadak tadi.

"Lima belas menit lo nggak ada di sini, gue panjat pager rumah lo, gue masuk secara paksa dan gue bilang ke bokap lo kalau semalem lo tidur sama cowok yang bukan mahramnya!" ancam Kevin. Kezia sontak menegakkan posisi berdirinya. Matanya melotot.

Gila! Bisa dipersekusi gue sama bokap!

"Astaga, Kevin!!! Mana bisa?!" Kezia menjambak rambutnya sendiri saking kesalnya.
"Lagian ya gue nggak ngapa-ngapain sama Vino, gue cuma tidur--"

"Heh, Kezia! Gue nggak mau tau juga lo udah ngapa-ngapain aja sama tuh curut bule!" potong Kevin cepat sebelum Kezia sempat menyelesaikan ucapannya. "Kirim alamatnya sekarang! Gue jemput!"

"Gue di Vinclub."

"Setengah jam lagi gue sampai sana!"

Pip!

Panggilan berakhir.

"Dih seenak jidatnya matiin telepon!" gerutu Kezia sambil menatap layar ponselnya yang kini telah menampilkan fotonya dengan Kevin di wallpaper.

"Siapa yang nelpon pagi-pagi begini?" Suara serak Vino membuat Kezia memalingkan pandangannya dari layar ponsel.

Cowok tampan dengan rambut berantakan dan mata sayu itu sudah kini terduduk menyandar pada kaki sofa bed yang semalam ditiduri Kezia. Matanya melirik malas ke arah jam dinding di atas televisi besar di hadapannya, sudah pukul sepuluh. Sudah cukup siang untuk kembali memejamkan mata, tapi Vino malah membaringkan kepalanya ke atas sofa bed dan menatap langit biru dari balik langit-langit kaca kamarnya. Matanya menyipit, menghalau terik matahari yang menyapanya dengan terlalu semangat.

Boyfriend With BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang