Chapter 12

13.1K 623 124
                                    

BUAGHH

Darah mulai mengalir dari kepalan tangan putihnya, rasa sakit pada tangan yang baru saja memukul tembok tak sesakit hati yang Uchiha bungsu itu rasakan. Ia benar benar menyesal telah menghianati Sakura kali ini.

Setelah pertemuannya semalam dengan tiga Uchiha senior, Sasuke hanya bisa menyesali perbuatannya selama dua bulan belakangan ini. Putra bungsu dari pasangan Uchiha Mikoto dan Uchiha Fugaku itu berjalan mendekati jendela kamarnya. Tangan besar nan kekar itu sedikit membuka gorden yang berwarna sama dengan manik sang istri.

Tetesan tetesan salju dari langit itu sudah tak terlihat lagi, hanya menyisakan jalanan yang berselimut salju, mentari juga terlihat menyinari Konoha, musim semi telah tiba. Sudut bibir Uchiha bungsu itu tertarik membentuk senyuman, awal Maret telah datang, itu artinya ulang tahun sang istri juga semakin dekat, senyuman itu semakin lebar saat sepintas hadiah dipikirkannya. Tapi, senyuman menawan Sasuke sirna sudah ketika mengingat perlakuannya pada sang istri beberapa bulan ini.

Onyx sekelam malam itu sejenak melirik tangannya yang berdarah, onyx itu berpindah pada tembok yang sedikit retak akibat pukulannya. Sasuke menghela nafas sebelum kembali menatap luar jendela. ‘Sakura~ dimana kau?’

TOK TOK TOK

“Sasuke sama, sarapan anda sudah siap dimeja makan” Uchiha bungsu itu menghela nafas panjang mendengar suara yang ia yakin dibalik pintu, ia berpikir untuk apa ia sarapan jika tidak ada sang istri yang meladeninya.

Sasuke melangkah mendekati pintu kamarnya dengan Sakura, sejenak pria itu menatap sekilas bingkai frame yang ada pada meja nakasnya, ia tersenyum tipis sebelum menutup pintu itu.

BLAM

.

Onyx itu menatap sendu wanita yang tengah berkutat dimeja makan. Wanita yang sejak semalam ia khawatirkan kini terdapat didepannya. Sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman sebelum kembali sirna karena otak cerdasnya kembali mengingat apa yang telah ia perbuat.

Wanita berhelaian merah muda itu mengalihkan pandangannya pada Sasuke yang berdiri ditempat, wanita itu tersenyum meski hatinya teriris mengingat kejadian kemarin. “Ohayou Sasuke”

Kedua alis Sasuke bertaut melihat sikap Sakura yang seolah biasa biasa saja. Helaian raven itu bergerak mengikuti kepala yang mengangguk mantap, sudut sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman canggung.

“Maaf, aku tidak berpamitan denganmu jika aku menginap dirumah Itachi nii” tangan ibu rumah tangga itu bergerak lincah mengolesi roti dengan selai sebelum meletakkan roti itu pada piring.

Onyx itu menatap emerald yang sepertinya menghindari tatapan mata onyx miliknya. “Sakura~” jantung Sasuke seakan berdegub kencang saat sang emerald meliriknya meski sekilas.

“Iya Sasuke? Ada apa?” wanita yang sudah menyandang marga Uchiha itu mulai mendudukkan diri pada kursi tempatnya. Dokter muda itu hanya bisa berdoa dalam hati agar diberi ketabahan yang luar biasa, onyx Sasuke benar benar membuatnya ingin menangis.

“Kenapa kau bersikap seolah olah tidak ada hal yang terjadi? Apa kau sudah melupakan kejadian kemarin?”

Sakura terdiam ditempat, emeraldnya memandang sendu roti miliknya sebelum menatap lurus onyx yang membuat air matanya terjatuh. “Semua wanita pasti tidak akan mudah melupakan kejadian yang membuat hatinya sakit, tapi disini aku bertindak sebagai layaknya seorang istri, jadi aku mohon jangan bahas hal menyakitkan itu lagi”

Sasuke terdiam, ia tak bergeming. Tatapan matanya kosong, dalam hati ia benar benar mengutuk bodoh dirinya yang dulu menyia nyiakan sosok wanita yang benar benar berhati malaikat. ‘Maaf Sakura’

We Are FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang