Chapter 2 - Kumis Idiot

773 41 0
                                    


Author POV.

Hava menghela nafas ketika ia berjalan sudah agak dekat sekolah, "semoga aja gerbangnya belum ditutup," Ucapnya penuh harap.

Tapi apa daya? Realita tak seindah ekspetasi. Ternyata gerbang sudah tertutup. Ah jahad kao pak satpam :V

"Pak, bentar pak! Gerbangnya jangan ditutup dulu, saya mau masuk!" Ujar Hava memohon mohon dengan wajah memelasnya pada seorang satpam yang sedang duduk manis di pos satpam tak jauh dari gerbang.

Ketika melihat Hava baru saja datang, satpam itu terlihat kaget, ia langsung berjalan menuju gerbang tanpa ada niatan untuk membuka gerbang.

"Eh, murid baru udah berani telat ya! Tunggu sampai upacara selesai!" Satpam itu menjawab dengan nada membentak.

"Heh, nggak mungkin lah, Pak. Bisa bisa saya dihukum." Jawab Hava lagi.

"Ya itu salah kamu sendiri, siapa suruh kamu telat!" Jawab satpam itu dan langsung pergi ke posnya lagi.

Fuck! Terlampau tertib! Umpat Hava dalam hati.

Tak disangka, terlihatlah dua cewek berjalan kearah gerbang sekolah. Ya yang pasti mereka juga telat.

"Shit! Gerbangnya udah ditutup cuk!" Ucap salah satu cewek dengan rambut sebahu yang digerai bernama Eliza dengan wajah kagetnya.

"Astaga! What the f*ck!" Ucap cewek satunya dengan rambut diikat bernama Stella juga memasang wajah terkejut.

"Eh, tuh kayaknya ada orang telat deh. Samperin yuk?" Ajak Stella pada Eliza ketika matanya melihat ada seseorang memegang gerbang sekolah yang tinggi

"Ayo!" Eliza menyanggupi.

Setelah jarak mereka sisa beberapa langkah, Eliza langsung berkata agak keras, "Woy! Lo telat juga ya?" Tanya Eliza pada Hava. Eliza memang mudah akrab dengan orang yang baru dikenalnya.

Hava menoleh, merasa dirinya dipanggil walau dengan sebutan 'woy'. "Iya, nih, sialan. Lo juga baru brangkat ya?" Jawabnya.

"Eh, iya, kenalin gue Hava." Lanjut Hava sedetik kemudian.

Eliza mengulurkan tangannya, membalas uluran tangan Hava. "Gue Eliza, dan ini Stella temen gue." Jawab Eliza.

"Ngomong ngomong lo murid angkatan baru ya?" Lanjut Eliza bertanya pada Hava.

"Iya, lo berdua juga ya?" Hava balik bertanya.

Tanpa ada niatan menjawab, Stella hanya bergumam, "Hmm." Jawab Stella dingin. Stella memang dikenal dengan sifatnya yang dingin.

Eliza teringat sesuatu, "Eh, kalo kita disini terus bisa bisa kena hukum." Celetuknya.

Hava terkejut, dia lupa satu kenyataan kalau dia sudah terlambat. "Oh, iya ya! Terus gimana dong?" Balasnya.

"Ayo ikut gue, kebetulan gue pernah keliling sekolah ini." Ajak Stella.

☘☘☘

Kini Eliza, Stella, dan Hava sudah sampai pagar belakang sekolah. Tadi mereka berjalan dari gerbang depan sekolah hingga pagar belakang, hal itu membuat mereka sadar kalau sekolah itu tidak kecil.

Yang dimaksudkan Stella adalah mereka memanjat salah satu sisi dinding pagar yang bagian atasnya sudah roboh mungkin, jadi tinggal tiga perempat bagian tembok pagarnya. Kebetulan juga, pagar itu sudah bolong bolong, jadi mudah dipanjat.

"Nah, ayo naik biar ngga kena hukum" ajak Stella.

"Are you crazy? Lo pikir gue yang cantik ini mau naik, gitu!?" Jawab Eliza tak setuju dan sok jual mahal dengan gaya andalan yaitu menyebak rambutnya yang di gerai. Memang terlihat alay, namun itu kebiasaan Eliza.

"Terserah lo aja, gue sih ga mau dihukum, lo mau ngga Va?" Stella bertanya pada Hava.

"Gue sih ikut aja." Hava menanggapi

Eliza terlihat berfikir sejenak. Satu hal yang perlu diketahui bahwa Eliza phobia pada ketinggian, memang pagar itu tidak terlalu tinggi kalau dilihat, tapi tetap saja Eliza takut. Apalagi didekat pagar tembok itu ada sebuah pohon, Eliza takut kalau tiba tiba ada ulat nakal yang menempel di tubuhnya lalu membuatnya menjadi gatal gatal. Eliza juga takut kalau nanti tidak bisa turun saat sudah diatas pagar tembok. Poor Eliza.

"Yaudah deh, gue ikut" ucap Eliza final.

Kebetulan rok seragam di sekolah mereka mereka pendek, jadi saat mereka menaiki pagar mereka nggak perlu mencincing rok.

Stella adalah yang pertama memanjat, saat sudah sampai diatas Stella mengulurkan tangannya hendak membantu Eliza naik keatas. Ketika itu juga datanglah seorang cewek yang tiba tiba berkata dengan polosnya.

"Woy! Kalian ngapain sih?" Kata cewek itu bernama Agnetta yang mengagetkan mereka bertiga.

"Anjing! Lo ngagetin gue aja!" Omel Eliza yang kaget.

"Sorry sorry." Agnetta berucap dengan nada canggung. Iyalah, lha baru aja dateng langsung dimaki dengan kata kasar.

"Lo pada ngapain sih?" Lanjut Agnetta polos mengulangi pertanyaannya.

"Dasar! Lo itu punya jam ngga sih? Lo itu telat! TELAT.BANGET!" Jawab Eliza marah dengan penuh penekanan pada kata 'telat banget'. Eliza selain mudah akrab, ia juga dikenal sebagai orang tempramental.

"Gue punya jam lah! Keparat lo! Ngehina gue. " Jawab Agnetta merajuk.

"Woy! Udahan deh ah! Kalian mau dihukum gara gara kelamaan disini?!" Ucap Stella kesal.

"Iya iyaa, Gue ikut lo pada aja ya" celetuknya

"Hmm." Jawab Stella singkat.

Agnetta pun juga mengikuti tiga orang yang memanjat pagar sekolah setelah Hava berhasil memanjat duluan. Dengan dibantu uluran tangan Hava, Agnetta berhasil sampai diatas pagar tembok itu.

"Huh, selamat" ucap Agnetta ketika sudah sampai didalam sekolah setelah melakukan aksi panjat memanjat pagar belakang sekolah.

Mereka melanjutkan perjalanan menuju ke dalam sekolah dengan niatan ingin ikut upacara. Yaa telat gapapa yang penting bisa ikut. Tapi siapa sangka ada sesuatu yang menghalangi mereka mengikuti upacara.

Di dalam sekolah, tanpa mereka sadari ada salah seorang guru BK sedang mengawasi mereka yang berjalan mengendap endap.

"Eh, kalian sedang apa disini?" Ujar guru tersebut, tepatnya Mr. Anton.

"Ya sekolah lah!" Jawab Eliza santai tanpa menyadari bahwa yang berbicara dengannya adalah gurunya.

Hava menoleh kearah belakangnya ingin melihat siapa yang baru saja mengganggu perjalanan mereka. Terkejut. Sangat terkejut malahan, satu guru BK yang maniak ketertiban sedang berdiri dibelakang mereka.

"Eh, Za, lihat tuh belakang lo siapa." Bisik Hava pelan pada Eliza.

"Paan sih-" Eliza membalikkan tubuhnya dan otomatis kicep ketika melihat Mr. Anton.

"Kalian tau gak sih! Kalian tuh telat, kenapa baru brangkat, ini tuh udah upacara-" ucapan Mr. Anton terpotong saat Eliza tiba tiba berbicara.

"Ya, ini kita mau upacara. Makanya bapak jangan ngehalangin kita dong, nanti malah tambah telat." ujar Eliza dengan santainya.

"Oh, kamu berani sekali ya!" Ucap Mr. Anton menunjuk Eliza.

"Kalian tuh harusnya sadar diri, kalian itu murid angkatan baru di sekolah ini, udah berani nantang guru!" Lanjut Mr. Anton.

"Kita nggak nantang kok, pak. Bapaknya aja yang ke ge-er an." Jawab Eliza dengan pede-nya. Sedangkan temannya hanya menunduk ketakutan.

"Diem kamu! Kalian itu telat, masih aja ngehindar, sebagai hukumannya kalian harus bersihin gudang! Sekarang!!" Mr. Anton sangat marah kepada mereka ber-empat

"I—iya pak." Jawab Hava takut.

"Bacot ae dah!" Kata Eliza pelan.

Setelah Mr. Anton meninggalkan mereka, Eliza kembali berbicara.

"Eh, dasar! Si kumis idiot! Pake acara ngehukum segala!" Umpat Eliza kesal pada Mr. Anton yang tadi disebutnya dengan panggilan 'kumis idiot', memang Mr. Anton berkumis, sehingga Eliza memanggilnya dengan sebutan itu.

This Is An Adventure [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang