Chapter 17 - Joining

304 29 3
                                    

"Tunggu, tunggu! Madam Rose?" Tanya Theo memastikan ketika Bu Rina selesai bercerita.

"Iya, kamu tau madam Rose?"

"Mungkin iya" jawab Stella yang membuat bu Rina agak bingung. Lumayan bingung mungkin.

Ruth mencoba mengingat ingat semua kejadian yang diceritakan ibunya itu. Tapi tiba tiba kepalanya terasa sangat pusing, spontan tangannya memegangi kepala.
"Aaargghh! Pusing bangeett!" Ruth mengerang.

"Hah? Lo kenapa Ruth?" Briyan dengan sigapnya mendekati Ruth.

Saking pusingnya, Ruth tak mampu menahan rasa sakitnya.
Brukk!
Tiba tiba tubuh mungil Ruth terjatuh. Untung saja, Briyan masih sempat menangkap tubuh Ruth sehingga tak sampai jatuh ke tanah.

"Ruth! Ruth! Lo kenapa?" Stella dengan sigapnya mendekati Ruth, melihat wajah pucat Ruth, dan menepuk nepuk pipinya.

"Ruth!" Pekik Eliza yang sedari tadi terdiam kaget, mungkin karena melihat Briyan yang... Entah Briyan mencari kesempatan atau tulus dari hatinya menolong Ruth.

"Bawa kedalem!" Perintah bu Rina.

Briyan langsung mengangkat tubuh gadis yang lemas menimpanya.

***

Bu Rina memeriksa keadaan Ruth.

"Eeuurrghhh" erang Ruth yang mulai sadarkan diri.

"Ruth? Udah sadar? Nih minum dulu" Agnetta menyerahkan segelas air putih yang diambilnya dari nakas samping tempat tidur Ruth.

Ruth menengguk seperempat air dari dalam gelas.

"Aduhh, kepala aku sakit banget" keluh Ruth.

"Kamu istirahat dulu aja," perintah Stella dan Ruth menurut.

"Kamu kenapa bisa jadi begini? Pasti kamu coba nginget inget kejadian masalalu ya? Mama kan udah bilang jangan suka begitu, liat kan jadi begini, kepala kamu jadi pusing" cecar bu Rina.

"Bu," Stella mengusap pundak bu Rina, menenangkan bu Rina.

"Maaf,"

"Yasudah, Ruth kamu istirahat dulu, ayo kita keluar aja biarin Ruth istirahat." Ajak Theo.

***

"Kita harus gimana guys buat nolong bu Rina?" Tanya Stella saat sampai didepan rumah sederhana itu.

"Kita harus ngembaliin ingatan Ruth?" Ujar Gibran.

"Iyaa, tapi gimana caranya?"

"Bentar deh, menurut firasat gue ini ada hubungannya sama penyelidikan kita" celetuk Eliza.

"Iya, menurut gue juga" timpal Agnetta.

"Apa si Ruth mendingan ikut kita ke kota aja?" Ucap Briyan asal.

"Bisa juga, tapi kasian bu Rina dia tinggal sendiri di dasar jurang" balas Stella.

"Ya bu Rina ikut ke kota aja dong, gampang" jawab Briyan asal lagi.

"Mau tinggal dimana?" Tanya Hava.

"Dibeliin rumah, biar tinggal disana sama Ruth" jawab Briyan dengan entengnya. Hmm holkay ma bebas.

"Yaampun Bri, tapi boleh juga" balas Ramon.

"Nah kan, gitu aja"

"Tapi bu Rina belum tentu setuju juga kan, dia pasti gamau tinggalin kampung halamannya" Hava masih ragu.

"Ya dibujuk ajalahh, mau gimana gimana lagi" Kekeuh Briyan.

"Mendingan to si Ruth nya itu dibikin inget sama peristiwa dia jatuh ditempat ini dulu. Nah kalo dia udah inget baru kita bawa ke kota sana, biar bisa mengungkap semua itu. Perlahan aja gapapa, yang penting pasti." Saran Eliza.

This Is An Adventure [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang