Chapter 13 - Bukan Mukhrim

461 25 7
                                    

"Aww... Sakit." Hava meringis kesakitan karena terkena cipratan minyak saat menggoreng telur.

Gibran yang mendengar pekikan Hava langsung berlari mendekati Hava, dan menarik tangan Hava.

"Va? Lo gapapa kan? Kok bisa gini sih? Mending lo ikut gue." Gibran mematikan kompor, dan menarik Hava untuk duduk di kursi ruang makan lalu mengambil salep untuk Hava.

"Lo tuh hati hati dong! Jadi kayak gini kan." Kata Gibran masih dengan mengolesi salep ke tangan Hava.

"Lo—eemm... Makasih ya." Kata Hava sambil menatap Gibran yang masih sibuk mengobati luka ditangannya.

Gibran yang mendengar itu langsung mendongakkan wajahnya, menatap tepat di mata hitam milik Hava dengan posisi tangannya yang masih menggenggam tangan Hava.

Deg deg deg deg

Hava merasakan jantungnya berdebar dengan ritme tak normal. Apa apaan ini? Batin Hava.

***

"Mereka sweet banget ya? Cocok banget tau." Agnetta terus mengamati tingkah Hava dan Gibran yang berada di ruang makan.

"Iyaa... Jadi pengen deh." Sahut Eliza.

"Biasa aja." Balas Stella datar. Dirinya pun segera meninggalkan dapur dan berjalan menuju apartment bagian belakang tempat dimana Theo sedang asyik membakar ikan.

"Kamu pengen diperhatiin kea gitu?" Tanya Briyan menggoda Eliza.

"Yaaa gitu deh, emang ada cewek yang nggak pengen diperhatiin?" Jawab Eliza sambil memalingkan wajahnya kekanan, yang ternyata ada Briyan tepat didepan wajahnya.

"Eh, lo—lo kok disini?!" Eliza gugup dan kaget juga.

"Emangnya kenapa hm? Gaboleh?" Balas Briyan dengan membalikkan tubuh Eliza menjadi menghadap ke arahnya.

"Bu—bukannya gituu, ta—tapi gu—gue...ehm...anu—ehm...itu, gue..." Jawab Eliza tiba tiba gugup, dan diakhiri dengan menggigit bibir bawahnya yang terlihat seksi dimata Briyan.

Shit! Bener bener nih cewek! Rasanya pengen gue anuin sekarang juga. Batin Briyan.
*Maap author khilap.

Dan entah setan darimana, secara spontan Briyan mendekatkan wajahnya ke wajah Eliza.

Akan tetapiiii....

"Ehm..." Suara deheman Agnetta menginterupsi mereka berdua, akibatnya Briyan merasa terganggu.

"Njing! Setan lo!" Briyan menatap Agnetta tajam.

"Serah! Gue mau pergi! Males gue disini, cuma jadi obat nyamuk. Jangan lupa nanti kerumah Mrs. Rose, elo jangan pacaran mulu." Agnetta meninggalkan dapur.

Njir, jadian aja belom, dikata pacaran! Sergah Eliza dalam hati.

"El? Kita lanjutin aja yuk yang tadi?" Tanya Briyan polos.

"Apaansih Bri? Awas! Gue mau lanjutin masak!" Eliza mendorong dada bidang Briyan, dan berhasil, ia pun melanjutkan acara memasaknya.

Briyan tiba tiba merengkuh pinggang Eliza, "Argh! Briyan! Lepasin!" Pintanya karena risih.

"Gapapalah, mumpung berdua."

"Ahh, apaan sih lo?! Awas, khilaf nanti." Eliza mencoba bergurau.

Khilap juga kagak apa apa El, malah seneng gue :v Batin Briyan.

"Lepasin Bri! Gabisa nafas nih guenya!" Berlebihan ga sii alasan gue? Wkwkwk batin Eliza.

Dengan santainya, Briyan malah meletakkan dagunya di pundak Eliza.

This Is An Adventure [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang