Chapter 11 - Sakit Hati

500 25 5
                                    

Author POV

"Waahh, luas juga yaa apartementnya." Hava mengelilingi apartement Stella dengan decak kagumnya.

Tanpa disangka sangka, Gibran berjalan mengendap endap menuju Hava. "Doorr!!" Gibran mengagetkan Hava dari belakang

"Aaaaaaaaaaa!!" Hava terlonjak dan menoleh ke belakang, didapatinyalah Gibran dibelakangnya.

Gibran tertawa sangat keras hingga tangannya memegangi perutnya, "Hahahaha... Sumpah, lo lucu banget kalo lagi kaget!" Ucapnya disela tawa.

"Gibraaann!!" Hava menggencrkan aksi pukulnya kepada pundak Gibran. Yang dipukuli hanya bisa menghindar dan memohon ampun agar penyiksaan ini segera berakhir.

Sudah merasa puas mengungkapkan kekesalannya, Hava berucap, "Lo tuh ngagetin gue tau gak?! Untung aja gue gak punya riwayat penyakit jantung!!" Hava menatap Gibran dengan mata melotot.

"Hehehe" Gibran terkekeh dan menunjukkan cengiran bodoh.

"Lagian lo ngapain disini?"

"Gue pengen ngomong empat mata sama lo."

Tiba tiba Gibran menyeringai lalu mendorong Hava dan menghimpitnya di tembok.

"Lo—lo mau ng—ngapain?" Hava gugup.

Gibran malah mendekatkan wajahnya kewajah Hava.

Gue harus gimana? Nyosor kah atau merem? Merem aja deh. Batin Hava

Refleks, Hava menutup matanya. Gibran malah mendekatkan wajahnya ke telinga Hava, Hava merasakan hembusan nafas Gibran. Gue mau diapain anjay?

Setelah beberapa detik tidak terjadi apa apa, Hava membuka matanya, lalu Gibran menjauhkan wajahnya dari telingan Hava.

"Lo berharap gue cium?"

Hava membuka matanya, "Gibran! Apaan sih! Minggir! Gue pengen lewat!" Hava mendorong Gibran sambil berusaha menutupi rasa malunya kemudian berjalan menjauhi Gibran.

"Dasar, cewek polos, gue makin suka sama lo." Gibran terkekeh.

Hava yang bisa mendengar kalimat Gibran, berhenti ditengah perjalanannya.

Hava tersenyum dibalik rambut sebahu yang membingkai wajahnya.

"Gue juga suka sama lo." Hava bergumam sangat pelan lalu melanjutkan jalannya.

🙌 🙌 🙌

Dimalam hari semua sudah tidur, namun Stella terbangun karena haus.

"Duh gue haus," Stella beranjak dari kasurnya berniat menuju dapur.

Didapur ia membuka kulkas, mengambil botol lalu menuang airnya ke gelas.

Saat Stella hendak ke kamar, ia melihat Theo duduk di sofa ruang tamu sedang memandang layar ponselnya. Theo terlihat frustasi, dan kurang tidur—terlihat dari kantung mata yang lumayan hitam.

"The, lo kenapa belum tidur?" Tanya Stella.

"Gue.. belum ngantuk." Theo menjawab asal.

Nadanya pun terdengar dingin, Stella yang mendengarnya bergidik ngeri karena terselip nada kekecewaan di kalimat Theo.

"Hmm, gue boleh duduk?" Stella berbasa basi namun basi *eh

"Boleh lah, ini kan apartement lo." Theo terkekeh.

"Iya juga yaa... Ehm, The, lo kok kaya ada masalah gitu sih, lo kenapa?" Tanya Stella langsung to the point.

Theo menatap Stella sejenak, "Ehm," Theo berdehem. "Gue boleh cerita gak?" Tanya Theo meminta izin.

This Is An Adventure [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang